Ikhlas Dampingi Anak Penghuni LP
A
A
A
Menjadi relawan yang mendampingi anakanak narapidana (napi) sama sekali tidak pernah terbersit dalam benak Dian Sasmita, warga Jalan Jambu II Nomor 6 Dusun Pondok, Desa Tohudan, Kecamatan Colomadu, Karanganyar.
Perhatiannya kepada anakanak yang dijebloskan ke penjara mulai muncul setelah menggeluti profesi sebagai pengacara.
Apa yang melatarbelakangi Anda mendirikan Yayasan Sahabat Kapas?
Sahabat Kapas ada semenjak tahun 2009 lalu. Diawali dari keprihatinan melihat kondisi anak-anak di penjara yg tampak kurang aktivitas. Kebetulan back ground saya adalah pengacara yang sering berinteraksi dengan lembaga pemasyarakatan (LP). Dari situ kemudian muncul gagasan bahwa anak-anak di dalam penjara sangat membutuhkan pendampingan. Mereka hanya sebatas berkegiatan di masjid atau gereja. tidak aada pendidikan formal, apalagi buku bacaan yg sesuai dengan umurnya.
Kebetulan saya adalah ibu rumah tangga sehingga memiliki banyak waktu luang meski menjalani profesi pengacara. Jadi saya mengajak beberapa teman untuk berbagi waktu dan ketrampilannya bagi mereka. Rumah yang menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai kantor Yayasan Sahabat Kapas. Kesibukan sebagai relawan pendampingan anak membuat profesi sebagai pengacara sedikit terpinggirkan meski tidak sepenuhnya ditinggalkan.
Adakah rintangan ? Kalau ada seperti apa?
Rintangan muncul ketika awal-awal berdiri. Saat itu sulit masuk karena dari pihak lembaga pemasyarakatan cukup tertutup. Sehingga harus melalui prosedur kesana kemari dan sangat birokratis. Berkat dukungan media massa, kegiatan yang dilakukan Sahabat Kapas mulai diketahui dan pihak LP secara berlahan mulai terbuka. Bahkan, kini LP yang menghubungi kami agar membantu memberikan pendampingan. Namun sejauh ini baru LP Solo, Klaten dan Kutoarjo yang bisa kami jangkau karena keterbatasan relawan.
Apa Anda hanya fokus pada anak-anak yang menghuni LP?
Pendampingan kami lakukan juga pada anak yang menjadi korban, namun selama ini memang lebih banyak ke anak yang menghuni LP. Keterbatasan relawan membuat kami kesulitan menjangkau seluruhnya. Relawan yang kami miliki hanya 12 orang dan sebagian besar masih berstatus mahasiswa. Setelah lulus kuliah, biasanya kemudian beralih melanjutkan untuk bekerja di profesi. Sehingga proses regenerasi relawan memang harus cepat.
Anak-anak di LP sendiri, kondisinya seperti apa?
Pertama kali kami melakukan kegiatan adalah Juli 2009 di Rutan Surakarta. Saat itu anak anak diberikan selembar kertas beserta kuas dan cat. Mereka bebas menuangkan apa saja. Hasilnya, karya anak-anak membuat kami trenyuh. Semua anak didominasi dengan warna gelap dalam lukisannya. Indikasi mereka mengalami stres tinggi selama di dalam penjara.
Apa yang diberikan dari Sahabat Kapas?
Sahabat kapas telah melayani di tiga lapas/rutan yakni Rutan Surakarta, LPKlaten, dan LP Khusus Anak di Kutoarjo. Belajar bersama anak-anak memberikan kami banyak pengalaman baru dan pelajaran kehidupan. Mereka adalah anak-anak yang hebat. Dengan usia yang masih remaja telah berani mempertanggungjawabkan kenakalannya dengan menjalani pidana penjara. Mereka juga hidup dalam keterbatasaan. Keterbatasaan ruang gerak dan fasilitas. Oleh karenanya, kami sangat mendorong peran masyaraakat dan pemerintah daerah agar ikut berpartisipasi memperhatikan dan memenuhi hak mereka.
Pendampingan apakah dilakukan sampai anak-anak itu bebas dari LP dan setelahnya?
Bagi anak-anak yang telah selesai masa hukuman, tantangan mereka lebih besar. Yakni penerimaan keluarga dan masyarakat, apakah mereka masih bisa melanjutkan sekolah, diterima bekerja setelah menjadi napi, hingga masih bisa bergaul dengan teman sekampung setelah ada cap mantan napi. Realitasnya mereka biasanya dikucilkan. sebagian masyarakat menjadi sangat berhati-hati dengan melarang anak-anaknya untuk mendekat. Padahal mereka tak layak mendapatkan sanksi sosial setelah mereka jalani pidananya. Masyarakat tak berhak menghakimi anak lagi. Ini menjadi tugas besar bagi pemerintah, bagaimana memberikan jaminanan pemenuhan hak mereka tanpa membeda-bedakan masa lalu anak.
Sebenarnya apa yang bisa diberikan kepada anak-anak yang ada di LP?
Cakupan layanan kami tidak sebatas anak di penjara. Meskipun pelayan inti kami adalah anak-anak di lembaga penahanan. Kami memandang perlu juga menjangkau anakanak yang rentan berhadapan dengan hukum. Seperti remaja remaja yang berada di slum area. Beberapa kali kami melakukan edukasi tentang pencegahan kekerasaan dengan melibatkan remaja remaja. Tujuannya agar mereka tidak menjadi korban atau bahkan pelaku kekerasaan. Ternyata banyak temuan menarik bahwa anak-anak rentan dengan kekerasaan baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Tugas bersama untuk terus melakukan sosialisasi ke masyarakat tidak hanya bagi anak tapi juga orang dewasa.
Apakah dalam bertugas juga mendapatkan honor atau gaji?
Sahabat Kapas dalam berinteraksi dengan anak bukan dalam kapasitas bekerja. Karena semua adalah volunteer atau memberi layanan dengan sukarela dan karena memiliki jiwa peduli dengan anak-anak. Tidak ada satu pun dari kami yang mendapatkan gaji ataupun honor. Teman-teman mahasiswa mendonasikan waktu, tenaga, dan ketrampilannya untuk adikadik di LP. Hal ini menunjukan bahwa siapa saja sebenarnya bisa berbuat untuk selamatkan masa depan mereka dengan cara mulailah dengan diri sendiri.
Misalnya jika ada anak yang melakukan kenakalan tidak langsung menimpakan semua kesalahan pada anak, kemudian melabeli mereka dengan anak nakal. Tetapi dekatilah anak dan dengarkan keluhan mereka. Anak tidak mungkin melakukan kenakalan tanpa latar belakang masalah. Semua anak di dalam lapas memiliki latar belakang kekerasaan di masa kecilnya. Bisa datang dari keluarga, lingkungan, atau sekolah. Kekerasaan ini bisa fisik, mental/psikis, seksual, bahkan penelantaran dari orang tuanya.
Anggaran untuk menjalankan lembaga dari mana?
Saya mendapatkan dukungan yang luar biasanya dari suami dan keluarga. Sebagai ibu rumah tangga, tentu saya mendapatkan gaji dari suami. Sebagian memang saya sisihkan untuk kegiatan Sahabat Kapas. Saya juga berterimakasih pada relawan karena mereka sangat ikhlas mendukung meski tidak dibayar.
Apa reaksi pertama kali bagi anak-anak ketika akan diberikan pendampingan?
Biasanya awalnya mereka curiga di kira aparat yang mau menginterogasi, atau acuh karena belum kenal. Secara psikologis kondisinya memang sangat memprihatinkan karena di dalam penjara mereka tidak memiliki kegiatan. Sehingga waktu banyak dipakai untuk mengkhayal atau biasa mereka sebut membatik karena memang sama sekali tidak ada hiburan. Pendekatan yang dipakai sebenarnya sama dengan anak anak pada umumnya.
Berapa kali dalam sepekan memberikan pendampingan?
Karena keterbatasan tenaga, saat ini maksimal hanya tiga kali seminggu. Khusus untuk anak yang mendekati akan bebas, pendampingan harus lebih intens.
Bentuk pendampingan yang diberikan apa saja?
Kami lebih condong ke kegiatan rehabilitasi pengembangan diri. Kalau yang hukumannya di atas satu tahun, ada rehabilitasi psikis, dan memberikan mereka berbagai ketrampilan yang menghasilkan uang. Jenisnya tergantung minat mereka, seperti menyablon, menjahit, membuat kerajinan lainnya. Sehingga, kami harus membuat jaringan luas dengan orang orang yang memiliki beragam ketrampilan.
Saya bersyukur karena dukungan mereka juga sangat tinggi dan bersedia menjadi mentor dan datang ke lapas untuk mengajarkan ketrampilan meskipun tanpa dibayar.
Ary wahyu wibowo
Perhatiannya kepada anakanak yang dijebloskan ke penjara mulai muncul setelah menggeluti profesi sebagai pengacara.
Apa yang melatarbelakangi Anda mendirikan Yayasan Sahabat Kapas?
Sahabat Kapas ada semenjak tahun 2009 lalu. Diawali dari keprihatinan melihat kondisi anak-anak di penjara yg tampak kurang aktivitas. Kebetulan back ground saya adalah pengacara yang sering berinteraksi dengan lembaga pemasyarakatan (LP). Dari situ kemudian muncul gagasan bahwa anak-anak di dalam penjara sangat membutuhkan pendampingan. Mereka hanya sebatas berkegiatan di masjid atau gereja. tidak aada pendidikan formal, apalagi buku bacaan yg sesuai dengan umurnya.
Kebetulan saya adalah ibu rumah tangga sehingga memiliki banyak waktu luang meski menjalani profesi pengacara. Jadi saya mengajak beberapa teman untuk berbagi waktu dan ketrampilannya bagi mereka. Rumah yang menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai kantor Yayasan Sahabat Kapas. Kesibukan sebagai relawan pendampingan anak membuat profesi sebagai pengacara sedikit terpinggirkan meski tidak sepenuhnya ditinggalkan.
Adakah rintangan ? Kalau ada seperti apa?
Rintangan muncul ketika awal-awal berdiri. Saat itu sulit masuk karena dari pihak lembaga pemasyarakatan cukup tertutup. Sehingga harus melalui prosedur kesana kemari dan sangat birokratis. Berkat dukungan media massa, kegiatan yang dilakukan Sahabat Kapas mulai diketahui dan pihak LP secara berlahan mulai terbuka. Bahkan, kini LP yang menghubungi kami agar membantu memberikan pendampingan. Namun sejauh ini baru LP Solo, Klaten dan Kutoarjo yang bisa kami jangkau karena keterbatasan relawan.
Apa Anda hanya fokus pada anak-anak yang menghuni LP?
Pendampingan kami lakukan juga pada anak yang menjadi korban, namun selama ini memang lebih banyak ke anak yang menghuni LP. Keterbatasan relawan membuat kami kesulitan menjangkau seluruhnya. Relawan yang kami miliki hanya 12 orang dan sebagian besar masih berstatus mahasiswa. Setelah lulus kuliah, biasanya kemudian beralih melanjutkan untuk bekerja di profesi. Sehingga proses regenerasi relawan memang harus cepat.
Anak-anak di LP sendiri, kondisinya seperti apa?
Pertama kali kami melakukan kegiatan adalah Juli 2009 di Rutan Surakarta. Saat itu anak anak diberikan selembar kertas beserta kuas dan cat. Mereka bebas menuangkan apa saja. Hasilnya, karya anak-anak membuat kami trenyuh. Semua anak didominasi dengan warna gelap dalam lukisannya. Indikasi mereka mengalami stres tinggi selama di dalam penjara.
Apa yang diberikan dari Sahabat Kapas?
Sahabat kapas telah melayani di tiga lapas/rutan yakni Rutan Surakarta, LPKlaten, dan LP Khusus Anak di Kutoarjo. Belajar bersama anak-anak memberikan kami banyak pengalaman baru dan pelajaran kehidupan. Mereka adalah anak-anak yang hebat. Dengan usia yang masih remaja telah berani mempertanggungjawabkan kenakalannya dengan menjalani pidana penjara. Mereka juga hidup dalam keterbatasaan. Keterbatasaan ruang gerak dan fasilitas. Oleh karenanya, kami sangat mendorong peran masyaraakat dan pemerintah daerah agar ikut berpartisipasi memperhatikan dan memenuhi hak mereka.
Pendampingan apakah dilakukan sampai anak-anak itu bebas dari LP dan setelahnya?
Bagi anak-anak yang telah selesai masa hukuman, tantangan mereka lebih besar. Yakni penerimaan keluarga dan masyarakat, apakah mereka masih bisa melanjutkan sekolah, diterima bekerja setelah menjadi napi, hingga masih bisa bergaul dengan teman sekampung setelah ada cap mantan napi. Realitasnya mereka biasanya dikucilkan. sebagian masyarakat menjadi sangat berhati-hati dengan melarang anak-anaknya untuk mendekat. Padahal mereka tak layak mendapatkan sanksi sosial setelah mereka jalani pidananya. Masyarakat tak berhak menghakimi anak lagi. Ini menjadi tugas besar bagi pemerintah, bagaimana memberikan jaminanan pemenuhan hak mereka tanpa membeda-bedakan masa lalu anak.
Sebenarnya apa yang bisa diberikan kepada anak-anak yang ada di LP?
Cakupan layanan kami tidak sebatas anak di penjara. Meskipun pelayan inti kami adalah anak-anak di lembaga penahanan. Kami memandang perlu juga menjangkau anakanak yang rentan berhadapan dengan hukum. Seperti remaja remaja yang berada di slum area. Beberapa kali kami melakukan edukasi tentang pencegahan kekerasaan dengan melibatkan remaja remaja. Tujuannya agar mereka tidak menjadi korban atau bahkan pelaku kekerasaan. Ternyata banyak temuan menarik bahwa anak-anak rentan dengan kekerasaan baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Tugas bersama untuk terus melakukan sosialisasi ke masyarakat tidak hanya bagi anak tapi juga orang dewasa.
Apakah dalam bertugas juga mendapatkan honor atau gaji?
Sahabat Kapas dalam berinteraksi dengan anak bukan dalam kapasitas bekerja. Karena semua adalah volunteer atau memberi layanan dengan sukarela dan karena memiliki jiwa peduli dengan anak-anak. Tidak ada satu pun dari kami yang mendapatkan gaji ataupun honor. Teman-teman mahasiswa mendonasikan waktu, tenaga, dan ketrampilannya untuk adikadik di LP. Hal ini menunjukan bahwa siapa saja sebenarnya bisa berbuat untuk selamatkan masa depan mereka dengan cara mulailah dengan diri sendiri.
Misalnya jika ada anak yang melakukan kenakalan tidak langsung menimpakan semua kesalahan pada anak, kemudian melabeli mereka dengan anak nakal. Tetapi dekatilah anak dan dengarkan keluhan mereka. Anak tidak mungkin melakukan kenakalan tanpa latar belakang masalah. Semua anak di dalam lapas memiliki latar belakang kekerasaan di masa kecilnya. Bisa datang dari keluarga, lingkungan, atau sekolah. Kekerasaan ini bisa fisik, mental/psikis, seksual, bahkan penelantaran dari orang tuanya.
Anggaran untuk menjalankan lembaga dari mana?
Saya mendapatkan dukungan yang luar biasanya dari suami dan keluarga. Sebagai ibu rumah tangga, tentu saya mendapatkan gaji dari suami. Sebagian memang saya sisihkan untuk kegiatan Sahabat Kapas. Saya juga berterimakasih pada relawan karena mereka sangat ikhlas mendukung meski tidak dibayar.
Apa reaksi pertama kali bagi anak-anak ketika akan diberikan pendampingan?
Biasanya awalnya mereka curiga di kira aparat yang mau menginterogasi, atau acuh karena belum kenal. Secara psikologis kondisinya memang sangat memprihatinkan karena di dalam penjara mereka tidak memiliki kegiatan. Sehingga waktu banyak dipakai untuk mengkhayal atau biasa mereka sebut membatik karena memang sama sekali tidak ada hiburan. Pendekatan yang dipakai sebenarnya sama dengan anak anak pada umumnya.
Berapa kali dalam sepekan memberikan pendampingan?
Karena keterbatasan tenaga, saat ini maksimal hanya tiga kali seminggu. Khusus untuk anak yang mendekati akan bebas, pendampingan harus lebih intens.
Bentuk pendampingan yang diberikan apa saja?
Kami lebih condong ke kegiatan rehabilitasi pengembangan diri. Kalau yang hukumannya di atas satu tahun, ada rehabilitasi psikis, dan memberikan mereka berbagai ketrampilan yang menghasilkan uang. Jenisnya tergantung minat mereka, seperti menyablon, menjahit, membuat kerajinan lainnya. Sehingga, kami harus membuat jaringan luas dengan orang orang yang memiliki beragam ketrampilan.
Saya bersyukur karena dukungan mereka juga sangat tinggi dan bersedia menjadi mentor dan datang ke lapas untuk mengajarkan ketrampilan meskipun tanpa dibayar.
Ary wahyu wibowo
(ars)