Sejak Peringatan KAA, WPAP Mulai Dikenal Masyarakat
A
A
A
Banyak yang belum tahu apa itu wedha’spop art potrait(WPAP). Banyak juga yang kurang paham dengan WPAP asli Indonesia. Wedha’s pop art potraitpunya aturan main sendiri. Salah satunya, warna lukisan harus kontras.
Ketua Komunitas WPAP Chapter Bandung Ahmad Nada mengatakan, warna-warna dalam karya WPAP umumnya kontras alias harus bertabrakan, tidak boleh ada gradasi dan tak boleh skintone (warna kulit). Selain itu, harus trace facetdan tak boleh melengkung atau tidak ada kurva, harus bersudut.
“Ada dua jenis karya seni gambar Soekarno & Mandela yang menghiasi kota untuk menyambut 60 tahun KAA. Yang pertama adalah lukisan crayonkarya Zahrah Zubaidah dan keduakarya pop art komunitas. Karya Zahrah hanya ada di ruas Jalan Asia Afrika dekat Gedung Merdeka. Sedangkan yang tersebar di seluruh pelosok Kota Bandung adalah karya pop artKomunitas WPAP Bandung Chapter,” kata Ahmad Nada.
Selain tokoh Soekarno dan Mandela, komunitas WPAP Bandung Chapter juga membuat standing figure tokoh-tokoh KAA 1955. Lima karya instalasi yang boks dua tumpuk di Jalan Cikapundung, panel pop art penutup bekas lokasi Plaza Palaguna, dan lukisan pop art lima penggagas KAA dan 29 tokoh lain. Lukisan WPAP itu tersebar di beberapa ruas jalan, seperti Asia-Afrika, Wastukancana, Bandara Husein Sastranegara, dan lain-lain.
“Tantangan membuat lukisanala WPAP ini, seorang seniman harus patuh pada pakem. Soal warna, harus memperhatikan pemilihan warna dalam, tengah, luar, gelap dan terang,” ujar Nada. Menurut Nada, peringatan 60 tahun KAA memberi hikmah tersendiri bagi pop art. Kini masyarakat menjadi lebih tahu apa itu WPAP setelah sejumlah karya para seniman dipajang untuk menghias kota.
“Alhamdulillah, sejak jelang perhelatan KAA, banyak masyarakat yang mulai mengenal apa itu WPAP? Dalam umbul-umbul, baligo, dan bannerWPAP bergambar Soekarno dan Mandela yang tersebar ke seluruh pelosok Kota Bandung tertera logo WPAP dan menerangkan sedikit apa itu WPAP. Setelah panel penutup palaguna dan instalasi box di Jalan Cikapundung terpasang, masyarakat berbondongbondong berfoto di sana,” ungkap Nada.
“Setelah semua WPAP terpasang, mulai ada masyarakat yang mencari tahu keberadaan komunitas karena ingin dibuat dia dan keluarganya memakai gaya WPAP,” sambung jurnalis salah satu surat kabar harian di Kota Bandung ini. Sejak itu, pesanan demi pesanan lukisan WPAP mulai berdatangan kepada komunitasnya. “ Lumayan order mulai berdatangan. Ada yang untuk keperluan menghias kantor dan lain-lain,” tutur dia.
Nada menceritakan, Komunitas WPAP Indonesia lahir dari interaksi sesama penggemar gaya melukis potret bergaya pop artpotraitmelalui jejaring sosial Facebook. Komunitas ini berdiri pada 27 September 2010 saat event pameran di Grand Indonesia. Sedangkan Komunitas WPAP Chapter Bandung lahir dua tahun kemudian. “Karena merasa berasal dari kota yang sama, akhirnya beberapa anggota melakukan kopi darat di kantor Pikiran Rakyat, Jalan Soekarno Hatta 147, Kota Bandung, pada 9 Januari 2012. Itulah yang dianggap momen terbentuknya komunitas,” ungkap Nada.
Hingga saat ini, jumlah anggota WPAP Chapter Bandung lebih dari 780 orang. Namun, yang aktif sering berkumpul hanya sekitar 30 orang. Komunitas ini diisi oleh orang dari beragam profesi, seperti mahasiswa, desainer grafis, chef, dokter, hingga ibu rumah tangga. Setiap pekan pertama dan ketiga, komunitas itu berkumpul di Balai Kota Bandung. Selain silaturahim, ada sesi berbagi teknik WPAP khususnya kepada anggota baru.
“Bila masyarakat tertarik belajar WPAP, bisa datang ke Sekretariat WPAP Chapter Bandung di Kompleks Green Hills Residence Nomor 70 atau balai kota dan Jalan Sabang Nomor 67,” ujar Nada.
YUGI PRASETYO
Kota Bandung
Ketua Komunitas WPAP Chapter Bandung Ahmad Nada mengatakan, warna-warna dalam karya WPAP umumnya kontras alias harus bertabrakan, tidak boleh ada gradasi dan tak boleh skintone (warna kulit). Selain itu, harus trace facetdan tak boleh melengkung atau tidak ada kurva, harus bersudut.
“Ada dua jenis karya seni gambar Soekarno & Mandela yang menghiasi kota untuk menyambut 60 tahun KAA. Yang pertama adalah lukisan crayonkarya Zahrah Zubaidah dan keduakarya pop art komunitas. Karya Zahrah hanya ada di ruas Jalan Asia Afrika dekat Gedung Merdeka. Sedangkan yang tersebar di seluruh pelosok Kota Bandung adalah karya pop artKomunitas WPAP Bandung Chapter,” kata Ahmad Nada.
Selain tokoh Soekarno dan Mandela, komunitas WPAP Bandung Chapter juga membuat standing figure tokoh-tokoh KAA 1955. Lima karya instalasi yang boks dua tumpuk di Jalan Cikapundung, panel pop art penutup bekas lokasi Plaza Palaguna, dan lukisan pop art lima penggagas KAA dan 29 tokoh lain. Lukisan WPAP itu tersebar di beberapa ruas jalan, seperti Asia-Afrika, Wastukancana, Bandara Husein Sastranegara, dan lain-lain.
“Tantangan membuat lukisanala WPAP ini, seorang seniman harus patuh pada pakem. Soal warna, harus memperhatikan pemilihan warna dalam, tengah, luar, gelap dan terang,” ujar Nada. Menurut Nada, peringatan 60 tahun KAA memberi hikmah tersendiri bagi pop art. Kini masyarakat menjadi lebih tahu apa itu WPAP setelah sejumlah karya para seniman dipajang untuk menghias kota.
“Alhamdulillah, sejak jelang perhelatan KAA, banyak masyarakat yang mulai mengenal apa itu WPAP? Dalam umbul-umbul, baligo, dan bannerWPAP bergambar Soekarno dan Mandela yang tersebar ke seluruh pelosok Kota Bandung tertera logo WPAP dan menerangkan sedikit apa itu WPAP. Setelah panel penutup palaguna dan instalasi box di Jalan Cikapundung terpasang, masyarakat berbondongbondong berfoto di sana,” ungkap Nada.
“Setelah semua WPAP terpasang, mulai ada masyarakat yang mencari tahu keberadaan komunitas karena ingin dibuat dia dan keluarganya memakai gaya WPAP,” sambung jurnalis salah satu surat kabar harian di Kota Bandung ini. Sejak itu, pesanan demi pesanan lukisan WPAP mulai berdatangan kepada komunitasnya. “ Lumayan order mulai berdatangan. Ada yang untuk keperluan menghias kantor dan lain-lain,” tutur dia.
Nada menceritakan, Komunitas WPAP Indonesia lahir dari interaksi sesama penggemar gaya melukis potret bergaya pop artpotraitmelalui jejaring sosial Facebook. Komunitas ini berdiri pada 27 September 2010 saat event pameran di Grand Indonesia. Sedangkan Komunitas WPAP Chapter Bandung lahir dua tahun kemudian. “Karena merasa berasal dari kota yang sama, akhirnya beberapa anggota melakukan kopi darat di kantor Pikiran Rakyat, Jalan Soekarno Hatta 147, Kota Bandung, pada 9 Januari 2012. Itulah yang dianggap momen terbentuknya komunitas,” ungkap Nada.
Hingga saat ini, jumlah anggota WPAP Chapter Bandung lebih dari 780 orang. Namun, yang aktif sering berkumpul hanya sekitar 30 orang. Komunitas ini diisi oleh orang dari beragam profesi, seperti mahasiswa, desainer grafis, chef, dokter, hingga ibu rumah tangga. Setiap pekan pertama dan ketiga, komunitas itu berkumpul di Balai Kota Bandung. Selain silaturahim, ada sesi berbagi teknik WPAP khususnya kepada anggota baru.
“Bila masyarakat tertarik belajar WPAP, bisa datang ke Sekretariat WPAP Chapter Bandung di Kompleks Green Hills Residence Nomor 70 atau balai kota dan Jalan Sabang Nomor 67,” ujar Nada.
YUGI PRASETYO
Kota Bandung
(ars)