Siswa Belajar Hidup Bersama Warga

Sabtu, 25 April 2015 - 10:48 WIB
Siswa Belajar Hidup...
Siswa Belajar Hidup Bersama Warga
A A A
Proses belajar tidak hanya bisa diperoleh siswa dari bangku sekolah, namun juga dari masyarakat. Hidup bersama warga memberikan pelajaran hidup, membangkitkan kepedulian kepada sesama, dan membuat siswa lebih memahami arti kehidupan.

Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) telah menerapkan pelajaran hidup ini kepada para siswanya, khusus untuk kelas XII. Lewat program yang disebut dengan Homestay itu, siswa ditempatkan di rumah warga desa di Sumatera Utara (Sumut) yang bekerja sebagai petani, nelayan, pedagang, dan lainnya. Selama satu pekan, siswa mengikuti aktivitas seharihari masyarakat tersebut, dan merasakan kehidupan yang berbeda dari keseharian mereka.

“Homestay merupakan bagian dari pelajaran siswa. Banyak hal yang bisa dipelajari siswa dari alam ataupun masyarakat. Itu sebabnya Homestay dilaksanakan pada hari sekolah, bukan di masa liburan,” kata Ketua Umum YPSA, Rahmawaty Sofyan Raz, kepada KORAN SINDO MEDAN, baru-baru ini.

Selain bisa merasakan pengalaman masyarakat di pedesaan, kegiatan tersebut dilakukan agar siswa bisa menghargai jerih payah petani, pedagang, nelayan, dan warga dengan profesi lain, untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Mereka juga diajarkan memaknai hidup dari masyarakat.

“Siswa bisa merasakan perjuangan petani untuk memenuhi beras bagi masyarakat lain, serta nelayan yang harus bersusah-payah di lautan untuk mendapatkan ikan. Itu merupakan pelajaran hidup yang berharga. Misalnya kalau warga tidur di balai bambu, siswa juga,” kata perempuan kelahiran 9 Mei 1956 itu.

Sebelum kegiatan tersebut dimulai, perwakilan YPSA akan mendatangi rumah warga dan menjelaskan maksudnya. Jika warga setuju, selanjutnya pihak sekolah akan memberikan modal yang dipergunakan siswa selama sepekan tinggal di rumah warga. Siswa juga ditemani guru pendamping. Siswa selanjutnya ditugaskan menceritakan pengalamannya dalam bentuk tulisan yang selanjutnya mendapatkan penilaian dari guru.

Lantas, apakah siswa menerima metode tersebut mengingat harus berada di daerah terpencil, jauh dari keluarga, dan menjalani aktivitas berbeda dari yang biasanya dilakukan setiap hari. Menanggapi hal itu, ibu tiga putra dan satu putri tersebut mengaku, kegiatan ini justru yang paling ditunggutunggu para siswa.

Bahkan, sebagian siswa lainnya meminta Homestay tidak hanya untuk siswa kelas XII, tetapi juga kelas XI atau kelas X. “Ada siswa yang bilang waktu sepekan Homestay sangat singkat dan akhirnya meminta ditambah jadi sebulan. Namun, sesuai program YPSA, kami hanya memberikan waktu selama sepekan,” kata perempuan asal Sumatera Barat itu.

Berbagai daerah pernah didatangi siswa SMA YPSA seperti di Asahan, Deliserdang, Serdangbedagai, Labuhanbatu Utara, dan daerah lainnya. Sebagai balasan, saat para siswa tersebut tamat, YPSA akan mengundang para orang tua angkat tersebut untuk menghadiri acara perpisahan di sekolah, dan diajak jalanjalan menikmati berbagai fasilitas di Kota Medan. Biaya akomodasinya ditanggung sekolah.

Tidak hanya itu, banyak kegiatan yang diprogramkan YPSA setiap tahun ini untuk semakin menumbuhkan kepedulian siswa pada sesama. Siswa diajak ikut dalam kegiatan kemanusiaan atau bakti sosial dalam program Shafiyyatul for Others. Siswa juga ikut membantu korban bencana alam seperti tsunami dan erupsi Gunung Sinabung.

Selain itu, setiap Ramadan, siswa menyisihkan sebagian uang jajan untuk menggelar Sahur On the Road, memberikan makanan kepada orang yang kurang beruntung. Kepala SMA Shafiyyatul Amaliyyah, Rudi Sumarto,mengatakan, kegiatan Homestayyang lalu diadakan di Kabupaten Serdangbedagai, yaitu Desa Lidah Tanah, Kecamatan Perbaungan, dari 12-16 Februari 2015.

Kegiatan itu diikuti 109 siswa, terdiri atas 61 siswa perempuan dan 48 siswa laki-laki, dengan enam guru pendamping. “Pada rombongan siswa Homestay ke X yang lalu, ada tiga orang pelajar dari mancanegara yaitu Ahmed Adrin dari Qatar; Midoriko Hasabe dari Jepang; dan Alejandro Gonzales dari Argentina. Ketiganya siswa dari Program Pertukaran Pelajar Bina Antarbudaya (American Field Studies (AFS),” katanya.

Alumnus SMA YPSA lulusan tahun 2013, Tengku Adrian, mengatakan, mengikuti Homestay tahun 2013 di rumah warga bernama Pak Mariono di Dusun Cempedak, Kabupaten Serdangbedagai. Mayoritas warga di dusun itu bertani sehingga Adrian dan teman-temannya juga sehari-hari ikut bertani.

Bagi Adrian, pengalaman itu sangat berharga. Dia dapat langsung merasakan bertani dan menjalankan aktivitas sehari-hari yang dijalani warga. Pemandangan indah di Dusun Cempedak juga memberikan pengalaman menyenangkan bagi dia.

“Saya senang karena bisa mengenal warga dan ikut merasakan apa yang dirasakan petani untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apa yang saya dapatkan merupakan pengalaman berharga,” ucap pria 19 tahun itu.

Syukri amal
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6820 seconds (0.1#10.140)