Ayo.. Jual Sampah ke Bank Sampah
A
A
A
BATU - Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu Hari Santoso mengajak masyarakat supaya 'bersahabat' dengan sampah. Pilihannya bisa menjual ke bank sampah dan mengolah menjadi pupuk organik.
Menurut Hari, jumlah penduduk dan dunia usaha di Kota Batu telah berkembang pesat. Diprediksikan, saat ini volume sampah mencapai 60 ton per hari. Pada saat hari libur, saat kunjungan wisatawan meningkat, volume sampah naik 30 ton.
"Perlu ada gerakan bersama dari masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah agar bisa menjadi barang yang bermanfaat. Sampah kering bisa dijual ke bank sampah atau dijadikan kerajinan tangan. Yang sampah basahnya bisa dijadikan bahan pupuk organik. Karena pada saat liburan, volume sampahnya mencapai 90 ton per harinya," terang Hari, Kamis (23/4/2015).
Hari menyambut baik, setiap usaha dari masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungannya dengan membuang sampah pada tempatnya. "Seperti warga RT 4 di Kelurahaan Sisir ini. Secara bergotong royong mendirikan bank sampah," terangnya.
Ketua Tim Penggerak PKK RT 4, RW 3, Kelurahan Sisir, Sri Rahayu menjelaskan, ide mendirikan bank sampah di lingkungannya berawal dari usulan masyarakat. Karena selama ini, sampah rumah tangga dijual ke pemulung.
Untuk tahap awal diikuti 30 orang. Bank sampah dibuka setiap minggu kedua dan keempat per bulannya. "Nanti mendekati Lebaran uang dari penyetoran sampah bisa diambil," bebernya.
Ketua RW 3, Kelurahan Sisir, FX Sumedi menambahkan, jumlah warganya diperkirakan mencapai 1.200 orang. Sehingga, dia yakin usaha bank sampah yang dikelola warga RT 3 bisa sukses. Karena setiap hari masyarakat memproduksi sampah di rumahnya.
"Di RT 4 ini sebagai pilot project. Kalau sukses akan kami lebarkan ke RT lain. Setelah sukses dengan bank sampah. Kami akan mengembangkan produksi pertanian organik dengan bahan dasar sampah basah dari rumah tangga," ucap Sumedi.
Menurutnya, uang dari hasil penyetoran ke bank sampah bisa dimanfaatkan untuk membayar iuran bagi petugas kebersihan lingkungan. "Setiap bulan warga wajib membayar retribusi sampah Rp6.000-10.000," ungkapnya.
Kata Sumedi, yang harus dilakukan warga saat ini adalah membuang sampah pada tempatnya. Supaya tidak menimbulkan polusi dan banjir. "Lalu diusahakan memilah sampah basah dan kering. Supaya bernilai ekonomis," pungkasnya.
Menurut Hari, jumlah penduduk dan dunia usaha di Kota Batu telah berkembang pesat. Diprediksikan, saat ini volume sampah mencapai 60 ton per hari. Pada saat hari libur, saat kunjungan wisatawan meningkat, volume sampah naik 30 ton.
"Perlu ada gerakan bersama dari masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah agar bisa menjadi barang yang bermanfaat. Sampah kering bisa dijual ke bank sampah atau dijadikan kerajinan tangan. Yang sampah basahnya bisa dijadikan bahan pupuk organik. Karena pada saat liburan, volume sampahnya mencapai 90 ton per harinya," terang Hari, Kamis (23/4/2015).
Hari menyambut baik, setiap usaha dari masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungannya dengan membuang sampah pada tempatnya. "Seperti warga RT 4 di Kelurahaan Sisir ini. Secara bergotong royong mendirikan bank sampah," terangnya.
Ketua Tim Penggerak PKK RT 4, RW 3, Kelurahan Sisir, Sri Rahayu menjelaskan, ide mendirikan bank sampah di lingkungannya berawal dari usulan masyarakat. Karena selama ini, sampah rumah tangga dijual ke pemulung.
Untuk tahap awal diikuti 30 orang. Bank sampah dibuka setiap minggu kedua dan keempat per bulannya. "Nanti mendekati Lebaran uang dari penyetoran sampah bisa diambil," bebernya.
Ketua RW 3, Kelurahan Sisir, FX Sumedi menambahkan, jumlah warganya diperkirakan mencapai 1.200 orang. Sehingga, dia yakin usaha bank sampah yang dikelola warga RT 3 bisa sukses. Karena setiap hari masyarakat memproduksi sampah di rumahnya.
"Di RT 4 ini sebagai pilot project. Kalau sukses akan kami lebarkan ke RT lain. Setelah sukses dengan bank sampah. Kami akan mengembangkan produksi pertanian organik dengan bahan dasar sampah basah dari rumah tangga," ucap Sumedi.
Menurutnya, uang dari hasil penyetoran ke bank sampah bisa dimanfaatkan untuk membayar iuran bagi petugas kebersihan lingkungan. "Setiap bulan warga wajib membayar retribusi sampah Rp6.000-10.000," ungkapnya.
Kata Sumedi, yang harus dilakukan warga saat ini adalah membuang sampah pada tempatnya. Supaya tidak menimbulkan polusi dan banjir. "Lalu diusahakan memilah sampah basah dan kering. Supaya bernilai ekonomis," pungkasnya.
(san)