Kikis Pemikiran Perempuan seperti Adagium
A
A
A
Emansipasi Raden Ajeng (RA) Kartini, sebagai pendobrak feodalisme masa penjajahan Belanda, tetap menjadi inspirasi kaum perempuan masa kini.
Sekarang, sangat banyak perempuan Indonesia yang berperan di segala bidang, tanpa terkecuali di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Wanita di Bumi Sebimbing Sekundangtak lagi terkungkung pada urusan dapur, tapi sudah menyentuh pada bidang pemerintahan. Dari sekian banyak perempuan tersebut, ada Yeni Arpah, Ketua PKK Peninjauan dan tercatat sebagai pegawai di Puskesmas Sukaraya.
Bagi Yeni, peran perempuan pada masa lalu, diyakininya hanya sebatas lingkup dapur, sumur, dan kasur. Bahkan, ada ungkapan yang menyatakan peran kaum perempuan seperti adagium, kalau siang jadi sandal, kalau malam jadi selimut. “Pemikiran seperti itu harus kita kikis. Kalau bukan kita (kaum perempuan), jelas kita selalu berada di bawah. Sesungguhnya, peranan perempuan besar untuk kemajuan negeri ini,” ungkap wanita kelahiran Lubuk Rukam, 13 Januari 1981 itu.
Menurut istri dari Camat Peninjauan Veri Iswan itu, adagium merupakan gambaran betapa suramnya dunia perempuan masa lalu. Karena perjuangan Kartini untuk mendapatkan hak yang sama di mata lelaki, serta menggulingkan budaya patriarki pada masanya, menjadi hal yang sulit.
“Sekarang tugas kita, bagaimana menuangkan dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat, apalagi terlibat langsung dalam pemerintahan. Setidaknya, kita menjadi Kartini bagi keluarga. Kartini merupakan bagian dari lembaran sejarah yang patut untuk dikenang dan dikagumi, menjadi sosok yang sangat inspiratif bagi wanita modern sekarang ini,” tandas ibu dari Ainun Karini Zahwa itu.
Ibrahim Arsyad
Baturaja
Sekarang, sangat banyak perempuan Indonesia yang berperan di segala bidang, tanpa terkecuali di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Wanita di Bumi Sebimbing Sekundangtak lagi terkungkung pada urusan dapur, tapi sudah menyentuh pada bidang pemerintahan. Dari sekian banyak perempuan tersebut, ada Yeni Arpah, Ketua PKK Peninjauan dan tercatat sebagai pegawai di Puskesmas Sukaraya.
Bagi Yeni, peran perempuan pada masa lalu, diyakininya hanya sebatas lingkup dapur, sumur, dan kasur. Bahkan, ada ungkapan yang menyatakan peran kaum perempuan seperti adagium, kalau siang jadi sandal, kalau malam jadi selimut. “Pemikiran seperti itu harus kita kikis. Kalau bukan kita (kaum perempuan), jelas kita selalu berada di bawah. Sesungguhnya, peranan perempuan besar untuk kemajuan negeri ini,” ungkap wanita kelahiran Lubuk Rukam, 13 Januari 1981 itu.
Menurut istri dari Camat Peninjauan Veri Iswan itu, adagium merupakan gambaran betapa suramnya dunia perempuan masa lalu. Karena perjuangan Kartini untuk mendapatkan hak yang sama di mata lelaki, serta menggulingkan budaya patriarki pada masanya, menjadi hal yang sulit.
“Sekarang tugas kita, bagaimana menuangkan dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat, apalagi terlibat langsung dalam pemerintahan. Setidaknya, kita menjadi Kartini bagi keluarga. Kartini merupakan bagian dari lembaran sejarah yang patut untuk dikenang dan dikagumi, menjadi sosok yang sangat inspiratif bagi wanita modern sekarang ini,” tandas ibu dari Ainun Karini Zahwa itu.
Ibrahim Arsyad
Baturaja
(ars)