Songket Sumut Unggul di Varian
A
A
A
MEDAN - Songket Sumatera Utara (Sumut) memiliki keunggulan tersendiri jika dipasarkan ke dunia internasional karena memiliki banyak varian dan penampilan beragam dalam setiap produk yang dihasilkan.
“Sedikitnya ada brand khusus dengan 22 varian dan 30 look (tampilan) warna-warni yang bisa dihasilkan dari launching di Lapangan Merdeka. Ini modal yang kuat bagi songket Sumut untuk go international ,” kata Desainer Songket, T Abdul Jabar, di Medan, Senin (20/4). Tampilnya beragam corak dan warna kain tenunan songket Sumut yang dijahit menjadi baju seolah menyadarkan akan budaya harta karun yang selama ini terkubur.
Abdul Jabar yang punya andil di belakang penampilan parade model songket pada malam puncak pesta rakyat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 Provinsi Sumut, beberapa hari lalu. Pria berusia 26 tahun yang tergabung dalam Komunitas MEIN Desainer Jakarta itu menilai potensi pasar songket Sumut juga sangat besar, terutama karena didukung faktor-faktor seperti otonomi daerah, pemerintah, serta popularitasnya hampir di seluruh Indonesia.
Songket memiliki banyak keunggulan dari sisi kekuatan benang yang menjadikannya tidak dipengaruhi kondisi warna yang bisa memudar seperti halnya batik. Karena itu, songket sangat sesuai dijadikan kemeja dan jas. Pria yang sering terlibat dalam event Jakarta Fashion Week, dan Indonesia Fashion Week ini menjelaskan, kekayaan tenunan songket Sumut memiliki empat karakter dalam empat wilayah di Sumut.
Merujuk sejarah, empat karakter khas tersebut yakni, songket khas Deli, Langkat, Serdang, dan Batubara. Jika songket Deli bercorak berwarna kuning dan biru navy, songket Langkat memiliki banyak sentuhan ornamen hijau, siak, dan ada juga merah muda. Sementara songket Serdang memiliki khas warna hitam, cokelat, dan hijau muda.
“Terakhir, songket Batubara warnanya bercampur dengan warna yang sedang tren, Songket Sembilan Negara (sembilan warna). Inilah yang kami gali dan kombinasikan untuk terus dikembangkan menjadi produk andalan Sumut,” katanya. Menurutnya, karena produk songketjugaadadibeberapadaerah lain selain Sumut, maka hajatan songket menyapa dunia bukan hanya semata Sumut.
Tetapi paling tidak, Sumut bisa jadi trendsetter sehingga menjadi acuan songket dengan desain yang berbaur dengan internasional. Namun, tetap harus ditampilkan dengan tidak meninggalkan fungsinya yang secara filosofissebagaipakaian.“Untuk mengangkat songket Sumut ke dunia internasional, tetap harus memperhatikan kesopanan karena marwah songket adalah gaun tertutup,” sebutnya.
Dengan segala keistimewaan tersebut, T Abdul Jabar berada dalam barisan desainer muda yang akan menduniakan songket. Dia juga berharap di Medan akan ada kampung songket. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumut, Sutias Handayani, mengatakan, pencanangan Tahun Songket 2015 untuk Sumut merupakan peluang dan kesempatan bagi pelaku UMKM memunculkan produk kebanggaan khas daerah yang bisa merambah pasar internasional.
Setidaknya dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Sumut siap berdaya saing dalam hal produk unggulan. “Pemerintah maupun Dekranasda di kabupaten/kota juga diharapkan ikut membantu mempromosikan dan memberdayakan para perajin songket di daerah masing-masing agar bisa sama-sama menduniakan songket khas Sumut,” ujar Sutias.
M rinaldi khair
“Sedikitnya ada brand khusus dengan 22 varian dan 30 look (tampilan) warna-warni yang bisa dihasilkan dari launching di Lapangan Merdeka. Ini modal yang kuat bagi songket Sumut untuk go international ,” kata Desainer Songket, T Abdul Jabar, di Medan, Senin (20/4). Tampilnya beragam corak dan warna kain tenunan songket Sumut yang dijahit menjadi baju seolah menyadarkan akan budaya harta karun yang selama ini terkubur.
Abdul Jabar yang punya andil di belakang penampilan parade model songket pada malam puncak pesta rakyat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 Provinsi Sumut, beberapa hari lalu. Pria berusia 26 tahun yang tergabung dalam Komunitas MEIN Desainer Jakarta itu menilai potensi pasar songket Sumut juga sangat besar, terutama karena didukung faktor-faktor seperti otonomi daerah, pemerintah, serta popularitasnya hampir di seluruh Indonesia.
Songket memiliki banyak keunggulan dari sisi kekuatan benang yang menjadikannya tidak dipengaruhi kondisi warna yang bisa memudar seperti halnya batik. Karena itu, songket sangat sesuai dijadikan kemeja dan jas. Pria yang sering terlibat dalam event Jakarta Fashion Week, dan Indonesia Fashion Week ini menjelaskan, kekayaan tenunan songket Sumut memiliki empat karakter dalam empat wilayah di Sumut.
Merujuk sejarah, empat karakter khas tersebut yakni, songket khas Deli, Langkat, Serdang, dan Batubara. Jika songket Deli bercorak berwarna kuning dan biru navy, songket Langkat memiliki banyak sentuhan ornamen hijau, siak, dan ada juga merah muda. Sementara songket Serdang memiliki khas warna hitam, cokelat, dan hijau muda.
“Terakhir, songket Batubara warnanya bercampur dengan warna yang sedang tren, Songket Sembilan Negara (sembilan warna). Inilah yang kami gali dan kombinasikan untuk terus dikembangkan menjadi produk andalan Sumut,” katanya. Menurutnya, karena produk songketjugaadadibeberapadaerah lain selain Sumut, maka hajatan songket menyapa dunia bukan hanya semata Sumut.
Tetapi paling tidak, Sumut bisa jadi trendsetter sehingga menjadi acuan songket dengan desain yang berbaur dengan internasional. Namun, tetap harus ditampilkan dengan tidak meninggalkan fungsinya yang secara filosofissebagaipakaian.“Untuk mengangkat songket Sumut ke dunia internasional, tetap harus memperhatikan kesopanan karena marwah songket adalah gaun tertutup,” sebutnya.
Dengan segala keistimewaan tersebut, T Abdul Jabar berada dalam barisan desainer muda yang akan menduniakan songket. Dia juga berharap di Medan akan ada kampung songket. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumut, Sutias Handayani, mengatakan, pencanangan Tahun Songket 2015 untuk Sumut merupakan peluang dan kesempatan bagi pelaku UMKM memunculkan produk kebanggaan khas daerah yang bisa merambah pasar internasional.
Setidaknya dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Sumut siap berdaya saing dalam hal produk unggulan. “Pemerintah maupun Dekranasda di kabupaten/kota juga diharapkan ikut membantu mempromosikan dan memberdayakan para perajin songket di daerah masing-masing agar bisa sama-sama menduniakan songket khas Sumut,” ujar Sutias.
M rinaldi khair
(bbg)