Visi Bisnisnya Melampaui Zaman
A
A
A
Mata Jost Cor tertuju pada foto seorang perempuan muda berkebaya putih yang terpajang di ruang tamu Komunitas Rumah Kartini di Jalan KH Moliki Pengkol, Jepara. Dalam foto itu, sang wanita terlihat sedang membatik dan wajahnya hanya terlihat separuh itu adalah RA Kartini.
“Foto ini diambil awal tahun 1900,” kata Cote peneliti dari Monash University Australia di sela-sela kegiatan Share Heritage Fund Japara akhir pekan lalu. Selain foto itu, juga ada foto bergambar kotak kayu dan lukisan angsa buatan Kartini tahun 1902. Ada juga foto batik Jepara yang kemungkinan besar dibuat Kartini. “Kartini memang punya minat dalam bidang seni. Mulai dari melukis, membatik menyulam, bermain gamelan, seni ukir, dan lainnya. Perhatiannya itu terekam dalam surat-surat yang dikirimnya kepada teman- temannya di Eropa,” kata Cote.
Menurut Cote, Kartini sebenarnya tak hanya melulu berhubungan dengan pendidikan dan emansipasi. Cote telah meriset dan menggali sejarah Kartini selama kurang lebih 20 tahun. Kartini adalah sosok muda yang visinya melintasi zaman. Dalam usianya masih muda, dia sudah mengenalkan sekaligus mengekspor produk-produk asal Jepara ke mancanegara. Kartini mengirimkan lukisan, rajutan, batik beserta artikel tata cara membatik kepada teman-temannya di Belanda.
Gayung bersambut, sebab saat itu orang-orang Belanda tertarik terhadap seni dan kriya pribumi. “Dia kirim juga foto ukiran kayu Jepara. Kartini mengirim kepada beberapa sahabatnya di sejumlah negara. Ini selain pengenalan identitas Jawa, juga sekaligus promosi yang jitu,” ujarnya. Cote sudah meluncurkan sebuah buku “Kartini: The Complete writings, 1898 – 1904 “ pada 2013.
Buku ini berisi koleksi ratusan surat-surat, tulisan, dan artikel karya Kartini, termasuk yang belum pernah dipublikasikan. Menurut Cote, Kartini merupakan gambaran sejarah sangat penting di Jawa. Pemikiran Kartini seperti yang tertulis dalam surat-suratnya mencerminkan berbagai aspek kehidupan di Jawa awal 1900- an, mulai dari nasionalisme, seni, dan budaya Jawa. Kartini juga berupaya menegaskan identitas Jawa di dunia internasional. Hal ini seperti tertulis dalam suratnya yang isinya “Orang-orang Jawa merupakan bagian yang penting dalam sejarah. Mereka mampu menciptakan identitas bangsa melalui ukirannya,daninilah orang Jawa sesungguhnya.”
Pengelola Rumah Kartini, Apeep mengatakan, jejak-jejak Kartini sebagai duta dagang ke Eropa bisa dilacak dalam berbagai dokumen. Kartini memulai proses pengenalan dan ekspor produk Jepara itu melalui Ostwets, semacam usaha dagang timur dan barat. “Produk yang dikenalkan lebih mengarah barang-barang fungsional seperti kotak perhiasan dan tempat foto,” ucap Apeep.
Perhatian Kartini terhadap seni ukir Jepara bahkan diapresiasi oleh pemerintah kolonial Belanda dengan mendirikan Openbare Amabtschool semacam Sekolah Teknik Pertukangan. Founding Father Indonesia, Soekarno, bahkan pernah mengunjungi sekolah in dan memesan karya berupa bola dunia (bumi atau atlas) yang dipanggul oleh seorang laki-laki dewasa.
Hingga kini pesanan Soekarno itu masih tersimpan di Openbare Amabtschool yang saat ini menjadi SMPN 6 Jepara.
Muhammad Oliez
Jepara
“Foto ini diambil awal tahun 1900,” kata Cote peneliti dari Monash University Australia di sela-sela kegiatan Share Heritage Fund Japara akhir pekan lalu. Selain foto itu, juga ada foto bergambar kotak kayu dan lukisan angsa buatan Kartini tahun 1902. Ada juga foto batik Jepara yang kemungkinan besar dibuat Kartini. “Kartini memang punya minat dalam bidang seni. Mulai dari melukis, membatik menyulam, bermain gamelan, seni ukir, dan lainnya. Perhatiannya itu terekam dalam surat-surat yang dikirimnya kepada teman- temannya di Eropa,” kata Cote.
Menurut Cote, Kartini sebenarnya tak hanya melulu berhubungan dengan pendidikan dan emansipasi. Cote telah meriset dan menggali sejarah Kartini selama kurang lebih 20 tahun. Kartini adalah sosok muda yang visinya melintasi zaman. Dalam usianya masih muda, dia sudah mengenalkan sekaligus mengekspor produk-produk asal Jepara ke mancanegara. Kartini mengirimkan lukisan, rajutan, batik beserta artikel tata cara membatik kepada teman-temannya di Belanda.
Gayung bersambut, sebab saat itu orang-orang Belanda tertarik terhadap seni dan kriya pribumi. “Dia kirim juga foto ukiran kayu Jepara. Kartini mengirim kepada beberapa sahabatnya di sejumlah negara. Ini selain pengenalan identitas Jawa, juga sekaligus promosi yang jitu,” ujarnya. Cote sudah meluncurkan sebuah buku “Kartini: The Complete writings, 1898 – 1904 “ pada 2013.
Buku ini berisi koleksi ratusan surat-surat, tulisan, dan artikel karya Kartini, termasuk yang belum pernah dipublikasikan. Menurut Cote, Kartini merupakan gambaran sejarah sangat penting di Jawa. Pemikiran Kartini seperti yang tertulis dalam surat-suratnya mencerminkan berbagai aspek kehidupan di Jawa awal 1900- an, mulai dari nasionalisme, seni, dan budaya Jawa. Kartini juga berupaya menegaskan identitas Jawa di dunia internasional. Hal ini seperti tertulis dalam suratnya yang isinya “Orang-orang Jawa merupakan bagian yang penting dalam sejarah. Mereka mampu menciptakan identitas bangsa melalui ukirannya,daninilah orang Jawa sesungguhnya.”
Pengelola Rumah Kartini, Apeep mengatakan, jejak-jejak Kartini sebagai duta dagang ke Eropa bisa dilacak dalam berbagai dokumen. Kartini memulai proses pengenalan dan ekspor produk Jepara itu melalui Ostwets, semacam usaha dagang timur dan barat. “Produk yang dikenalkan lebih mengarah barang-barang fungsional seperti kotak perhiasan dan tempat foto,” ucap Apeep.
Perhatian Kartini terhadap seni ukir Jepara bahkan diapresiasi oleh pemerintah kolonial Belanda dengan mendirikan Openbare Amabtschool semacam Sekolah Teknik Pertukangan. Founding Father Indonesia, Soekarno, bahkan pernah mengunjungi sekolah in dan memesan karya berupa bola dunia (bumi atau atlas) yang dipanggul oleh seorang laki-laki dewasa.
Hingga kini pesanan Soekarno itu masih tersimpan di Openbare Amabtschool yang saat ini menjadi SMPN 6 Jepara.
Muhammad Oliez
Jepara
(ars)