Ini Pengakuan PSK di Tempat Prostitusi Rumahan

Minggu, 19 April 2015 - 19:54 WIB
Ini Pengakuan PSK di...
Ini Pengakuan PSK di Tempat Prostitusi Rumahan
A A A
BANDUNG - LH (17) kini dapat bernafas lega setelah terbebas dari jeratan para germo yang mempekerjakannya sebagai pekerja seks komersil (PSK) di Jalan Dewi Sartika, Gang Ijan, No 55, Kelurahan Pungkur, Kecamatan Regol.

LH kini dapat meninggalkan jauh-jauh masa kelamnya, setelah Polrestabes Bandung melakukan penggerebekan di lokasi yang diduga dijadikan sebagai tempat prostitusi rumahan tersebut.

Kini gadis kelahiran Bangka Belitung ini berada dalam pengamanan kepolisian.
Kepada wartawan, LH mengaku terjun ke dunia PSK lantaran terjebak rayuan seorang teman yang menawarkan pekerjaan di Kota Bandung.

Awalnya, gadis yang besar di Cibinong, Kabupaten Bogor ini, bekerja di sebuah toko ponsel di Kabupaten Karawang.

Namun lantaran adanya ajakan teman melalui facebook yang menawarkan kerja di Bandung, LH akhirnya keluar dari kerjaanya dan berangkat ke Bandung.

"Tadinya saya kerja di Karawang di toko ponsel, lalu ada temen saya melalui facebook nawarin kerjaan di Bandung. Kami janji bertemu di Tegallega. Tapi sesampainya di sana teman saya tak kujung datang," katanya di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Minggu (19/4/2015).

LH merasa dijebak lantaran temannya tak kunjung datang, kegelisahan pun nampak di raut mukanya.

Dia kebingungan lalu mondar-mandir di kawasan tersebut dan beristirahat di sebuah warung kopi pinggir jalan. Melihat wajah LH yang kebingungan, ibu warung itu pun bertanya tujuan dan tempat tinggal LH.

"Ibu warung itu nanya-nanya, terus dia nawarin saya untuk bantu-bantu di warungnya. Karena saya sudah gak punya ongkos lagi, saya pun mau. Sampai tiga hari ada anak angkatnya membawa saya ke rumah kost yang ada di belakang ITC itu," tuturnya.

Di rumah sewaan itu LH mengaku bertemu dengan seorang wanita bernama Yuli yang menawarkannya pekerjaan sebagai penjaga toko di Kawasan Dewi Sartika.

LH pun menerima tawaran tersebut, namun siapa sangka tawaran pekerjaan itulah yang menjerumuskannya pada dunia seks komersil.

"Awalnya sih saya gak tahu, tapi ternyata di gang itu saya terus dipaksa untuk melayani laki-laki. Saya mau keluar tapi ditahan karena saya punya utang karena bekerja di situ," ujarnya.

Dia pun dikurung dalam kontrakan yang dijadikan lokasi prostitusi tersebut. Setiap hari dia mengeluh ingin keluar namun keluar dari tempat tersebut, namun selalu ditahan, hingga akhirnya berhasil kabur dari lokasi prostitusi setelah mengelabui penjaga rumah kontrakan tersebut.

LH menyebut akan ada polisi yang merazia Jalan Dewi Sartika. Lantas dia pun langsung kabur begitu pintu rumah kontrakannya terbuka.

"Setelah itu saya melapor ke polisi tapi tidak tahu dari mana. Saya kaburnya Jumat 17 April 2015 sekitar pukul 00.00 WIB," timpalnya.

Selama satu bulan LH, mengaku kerja di tempat prostitusi tersebut, melayani birahi para hidung belang.

"Sebenarnya saya sudah gak tahan dengan pekerjaan ini dan saya tidak kuat dengan perlakukan tamu yang kasar," katanya.

LH mengaku setiap hari dipaksa melayani tiga sampai empat lelaki hidung belang dari berbagai usia. "Lelaki yang paling tua yang pernah saya layani umurnya 56 tahun, " kata LH.

Dari setiap para lelaki hidung belang, LH dibayar sebesar Rp175 ribu perorang. Namun uang tersebut tak dipegang olehnya melainkan oleh mucikari.

LH mengaku hanya mendapatkan upah Rp70.000 per orangnya lantaran dipotong germonya.

"Selama ini saya belum pernah dikasih uangnya. Untuk kehidupan sehari-hari mesti kas bon ke bos. Makan juga dipotong dari situ, bahkan kalau lagi menstruasi cuman dikasih jamu," ujarnya.

Mendapatkan laporan tersebut, Satreskrim Polrestabes Bandung melakukan penggerebekan ke lokasi yang diduga dijadikan tempat prostitusi dan berhasil menangkap enam mucikari atau germo yang mempekerjakan para wanita PSK.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1155 seconds (0.1#10.140)