Tujuh Warga Kulon Progo Positif Leptospirosis
A
A
A
KULON PROGO - Dinas Kesehatan Kulon Progo fokus menangani kasus leptospirosis yang terjadi di Kecamatan Nanggulan. Bersama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) DIY, mereka memasang 100 perangkap tikus. Ini merupakan salah satu upaya untuk memastikan ada tidaknya endemis leptospirosis.
Pemasangan perangkap tikus ini dilakukan di Desa Jatisarono dan Desa Wijimulyo, Kecamatan Nanggulan. Tahun ini, sudah ada tujuh kasus leptospirosis. Selama ini, di Kulon Progo, khususnya Kecamatan Nanggulan dan Sentolo, menjadi endemis penyakit yang disebabkan virus leptospira yang dibawa oleh tikus.
"Kasus terbaru di dua desa itu, makanya kita coba pasang perangkap untuk diteliti lebih lanjut," jelas Kasi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kulon Progo Slamet Riyanto.
Dia mengakui, dalam beberapa tahun kasus leptospirosis selalu saja terjadi di Kulon Progo. Bahkan, pada 2011 menjadi kasus luar biasa dengan 329 kasus dan ada 19 yang meninggal dunia. Pada 2013 juga ditemukan 42 kasus dan tujuh orang meninggal. Lalu di 2014 ada 37 kasus dan enam penderita juga meninggal dunia.
"Masyarakat kita masih anggap remeh gejala dari virus ini," jelasnya.
Staf Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Seksi P2M Dinas Kesehatan Kulon Progo Habib Abubakar Ahmad mengatakan, tahun ini sudah ada tujuh kasus. Sebanyak lima kasus terjadi di bulan Januari dan dua kasus terjadi bulan Februari.
Upaya untuk menekan kasus ini telah dilakukan dengan melakukan kewaspadaan dini. Mereka juga melibatkan puskesmas untuk melakukan lebih intensif jika ada gejala klinis dari pasien di kawasan tersebut.
"Tikus yang tertangkap akan diteliti lebih lanjut, agar masyarakat lebih waspada dan mengenali jenis tikus dan upaya pencegahannya," jelas Habib.
Petugas dari BBTKLPP DIY Nieng Nova Sutopo mengatakan, hasil dari uji laboratorium akan segara keluar. Ini penting agar masyarakat memiliki pemahaman yang benar tentang bakteri ini. Selama ini, mereka tahu leptospirosis hanya dari tikus sawah. Padahal juga bisa terinfeksi tikus rumahan.
"Kita akan periksa urine, tanah di dapur, maupun air di saluran got," ujarnya.
Pemasangan perangkap tikus ini dilakukan di Desa Jatisarono dan Desa Wijimulyo, Kecamatan Nanggulan. Tahun ini, sudah ada tujuh kasus leptospirosis. Selama ini, di Kulon Progo, khususnya Kecamatan Nanggulan dan Sentolo, menjadi endemis penyakit yang disebabkan virus leptospira yang dibawa oleh tikus.
"Kasus terbaru di dua desa itu, makanya kita coba pasang perangkap untuk diteliti lebih lanjut," jelas Kasi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kulon Progo Slamet Riyanto.
Dia mengakui, dalam beberapa tahun kasus leptospirosis selalu saja terjadi di Kulon Progo. Bahkan, pada 2011 menjadi kasus luar biasa dengan 329 kasus dan ada 19 yang meninggal dunia. Pada 2013 juga ditemukan 42 kasus dan tujuh orang meninggal. Lalu di 2014 ada 37 kasus dan enam penderita juga meninggal dunia.
"Masyarakat kita masih anggap remeh gejala dari virus ini," jelasnya.
Staf Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Seksi P2M Dinas Kesehatan Kulon Progo Habib Abubakar Ahmad mengatakan, tahun ini sudah ada tujuh kasus. Sebanyak lima kasus terjadi di bulan Januari dan dua kasus terjadi bulan Februari.
Upaya untuk menekan kasus ini telah dilakukan dengan melakukan kewaspadaan dini. Mereka juga melibatkan puskesmas untuk melakukan lebih intensif jika ada gejala klinis dari pasien di kawasan tersebut.
"Tikus yang tertangkap akan diteliti lebih lanjut, agar masyarakat lebih waspada dan mengenali jenis tikus dan upaya pencegahannya," jelas Habib.
Petugas dari BBTKLPP DIY Nieng Nova Sutopo mengatakan, hasil dari uji laboratorium akan segara keluar. Ini penting agar masyarakat memiliki pemahaman yang benar tentang bakteri ini. Selama ini, mereka tahu leptospirosis hanya dari tikus sawah. Padahal juga bisa terinfeksi tikus rumahan.
"Kita akan periksa urine, tanah di dapur, maupun air di saluran got," ujarnya.
(zik)