Misteri Pembawa Berkah

Rabu, 08 April 2015 - 10:30 WIB
Misteri Pembawa Berkah
Misteri Pembawa Berkah
A A A
Pemandangan sungai dipenuhi bebatuan berbagai ukuran terpampang jelas sewaktu pengunjung memasuki sungai di kawasan Kampung Emas Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Aliran air yang tak begitu deras menambah rasa penasaran menyusuri jejak para pejuang kemerdekaan ketika bersembunyi dari serangan Belanda maupun Jepang. Gemericik air jernih dari sumber air pegunungan yang tak pernah mati meskipun kemarau panjang sekalipun menjadi titik tolak pengembaraan pengunjung susur sungai menuju Gua Watu Joglo.

Gua tersebut diklaim warga setempat sebagai tempat persembunyian ideal para pejuang ketika diserang penjajah. Di gua ini pula, diyakini ada ular putih yang menjaga kehidupan mereka selama ini. Untuk menuju ke kawasan Gua Watu Joglo memang bukan perkara mudah. Pengunjung harus merasakan dinginnya air sungai dengan kedalaman bervariasi, tapi yang paling dalam setinggi dada.

Bebatuan yang banyak berserakan di sungai sepanjang satu kilometer tersebut juga menyimpan berbagai misteri. Bahkan oleh sebagian warga, bebatuan itu banyak diambil untuk dijadikan batu akik. “Batunya sangat bagus, biasanya kami mengirimnya ke Bali,” ujar Sumino, warga setempat yang kebetulan sedang mencari batu di kawasan tersebut. Penuh misteri.

Karena di sungai ini warga juga mengklaim banyak tersimpan butiran-butiran emas. Meski belum terbukti apakah emas atau bukan, banyak warga yang sudah menyimpan bongkahanbongkahan batu yang ada bintik-bintik menyala seperti emas. Warga berharap suatu saat nanti keyakinan akan emas tersebut terbukti. Bagi wisatawan yang tertarik turut mencari batubatu mulia ataupun batu akik, warga sekitar sudah menyediakan tambir(nampan dari anyaman bambu).

Warga juga menyediakan alat pahat batu sederhana. Namun di area-area tertentu saja pengunjung dapat mengambil bebatuan. Sebab warga di Kampung Emas Plumbungan sangat menjaga kelestarian bebatuan di sungai tersebut. “Ya tidak boleh sembarangan, kami khawatir nanti akan merusak lingkungan jika tidak dikendalikan,” ucap Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Emas Plumbungan, Andri Purwanto.

Sampai di akhir pengembaraan sungai, terpampang bebatuan cukup besar menjulang tinggi. Di dalamnya nampak air terjun mini yang mengalir deras. Gua kecil terlihat lebih indah dengan gemericik air. Sesampai di mulut gua, Anda tentunya akan tertarik langsung merasakan dinginnya air pegunungan yang masih belum terkontaminasi pencemaran.

Jika tak ingin susah menyusuri sungai, pengunjung bisa langsung masuk melalui pintu di dusun sebelah Kampung Emas Plumbungan, namanya Dusun Kepil. Dari pintu masuk Dusun Kepil, pengunjung sudah disuguhi ratusan anak tangga menuju ke dasar Watu Joglo. Anda jangan takut kecapaian. Sebab para pengunjung bisa memanfaatkan beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat dalam perjalanan.

Selain itu, memasuki area di atas Watu Joglo, pengunjung juga bisa menikmati ranumnya buah jambu tak berbiji. Jambu kristal menjadi daya tarik tersendiri di gua persembunyian para pejuang tersebut. “Jambu kristal menjadi ikon Dusun Kepil. Tak hanya di Watu Joglo, di setiap halaman rumah warga dusun ini juga ada jambu kristal,” kata Kepala Dukuh Kepil, Mardiyanto.

Setidaknya ada sekitar 1.000 pohon jambu kristal yang ada di Dusun Kepil ini. Semuanya bisa dinikmati oleh para pengunjung yang ingin merasakan manisnya jambu tanpa biji ini. “Jika tertarik menanam karena hanya dalam usia sekitar tiga bulan, jambu ini berbuah. Pengunjung juga bisa membeli bibit yang disediakan warga untuk dibawa pulang,” tandasnya.

Erfanto linangkung
Gunungkidul
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4153 seconds (0.1#10.140)