Warga Terpaksa Hirup Debu
A
A
A
MEDAN - Musim kemarau yang sedang melanda Kota Medan, dikeluhkan para pengguna jalan dan warga. Apalagi mereka yang bermukim di sekitar jalanan yang rusak. Sepanjang musim kemarau ini mereka terpaksa menghirup debu jalanan.
Seperti yang dialami warga Jalan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal. Pengamatan KORAN SINDO MEDAN, Senin (6/4), hampir seluruh badan Jalan Sunggal sekitar tiga kilometer terlihat berlubang dihiasi batu dan pasir di Jalanan. Bukan hanya mobil pribadi dan kendaraan roda dua yang melintas, truk berat juga mondar-mandir sehingga debu bertebaran di jalanan hingga masuk ke rumah warga.
Debu tersebut tentu sangat dikeluhkan warga. Selain mengganggu kenyamanan warga, juga mengancam kesehatan warga lantaran rentan terserang penyakit ISPA. “Setiap hari kami harus mencicipi debu. Padahal, kami terus bayar pajak kenapa pelayanan yang kami terima malah seperti ini. Sebagai sarana umum yang setiap hari digunakan warga, tidak seharusnya dibiarkan rusak hingga bertahun-tahun seperti ini,” kata L Manurung, 42, warga sekitar Jalan Sunggal.
Kekesalan warga akibat jalan yang rusak bukan hanya pada musim kemarau saja. Pada musim hujan warga juga terpaksa melintasi kubangan kerbau sehingga kendaraan warga mudah kotor dan rusak, bahkan sering terjadi keributan lantaran terkena percikan air kotor. Lebih lanjut, L Manurung menegaskan, kekesalan warga ini sudah sempat disampaikan warga melalui aksi unjuk rasa di Jalan.
Belakangan ini jalan tersebut memang kerap disiram air oleh Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Namun, warga bukan hanya meminta penyiraman, melainkan perbaikan jalan dan drainase supaya pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut meraya nyaman. “Siram air pun kalau di musim kemarau ini paling bertahan berapa jam, kemudian kering lagi dan berdebu.
Lubang Jalan tetap mengganggu pengendara dan warga tetap terkena debu jalan,” katanya. Kekesalan akibat Jalan Sunggal yang dibiarkan kupakkapik, juga disampaikan Aris, 31. Dia mengatakan, pengguna jalan harus ekstra hati-hati ketika melintas untuk menghindari lubang-lubang besar yang bertebaran di badan jalan. Sementara dari sisi udara, warga harus tutup hidung supaya debu tidak terhirup.
“Belum ada tanda-tanda dilakukan perbaikan Jalan Sunggal. Sebagai warga, kita berharap agar dilakukan perbaikan,” katanya. Kepala Lingkungan VII, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Sunggal, M Arifin, mengakui sedikitnya dua SMS yang diterima setiap hari terkait keluhan jalanan rusak. Jalan yang rusak akibat pipanisasi PDAM Tirtanadi pada tahun lalu, rencananya akan segera diperbaiki sebelum awal Mei mendatang sekaligus memperbaiki drainase.
Namun, jalan yang akan diperbaiki hanya sekitar 1,5 km. “Setiap hari kami menerima SMS terkait kondisi jalan rusak ini. Saya hanya bisa bilang sabar mudah-mudahan bulan Mei mendatang akan diperbaiki,” katanya. Lebih lanjut Arifin mengatakan, untuk mengantisipasi agar debu tidak bertebaran di musim kemarau ini, pihak Dinas Pertamanan, Dinas Bina Marga, dan Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Medan diminta menyiram jalan.
Namun, waktu penyiraman dilakukan kerap berdekatan, sehingga pada pagi dan sore hari masih tetap berdebu. “Memang jadwalnya pukul 09.00 WIB penyiraman, tapi lihatlah kadang dilakukan pukul 11.00WIB. Waktunya jugaberdekatan. Alangkah baiknya kalau waktu penyiraman tidak berdekatan,” katanya.
Irwan siregar
Seperti yang dialami warga Jalan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal. Pengamatan KORAN SINDO MEDAN, Senin (6/4), hampir seluruh badan Jalan Sunggal sekitar tiga kilometer terlihat berlubang dihiasi batu dan pasir di Jalanan. Bukan hanya mobil pribadi dan kendaraan roda dua yang melintas, truk berat juga mondar-mandir sehingga debu bertebaran di jalanan hingga masuk ke rumah warga.
Debu tersebut tentu sangat dikeluhkan warga. Selain mengganggu kenyamanan warga, juga mengancam kesehatan warga lantaran rentan terserang penyakit ISPA. “Setiap hari kami harus mencicipi debu. Padahal, kami terus bayar pajak kenapa pelayanan yang kami terima malah seperti ini. Sebagai sarana umum yang setiap hari digunakan warga, tidak seharusnya dibiarkan rusak hingga bertahun-tahun seperti ini,” kata L Manurung, 42, warga sekitar Jalan Sunggal.
Kekesalan warga akibat jalan yang rusak bukan hanya pada musim kemarau saja. Pada musim hujan warga juga terpaksa melintasi kubangan kerbau sehingga kendaraan warga mudah kotor dan rusak, bahkan sering terjadi keributan lantaran terkena percikan air kotor. Lebih lanjut, L Manurung menegaskan, kekesalan warga ini sudah sempat disampaikan warga melalui aksi unjuk rasa di Jalan.
Belakangan ini jalan tersebut memang kerap disiram air oleh Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Namun, warga bukan hanya meminta penyiraman, melainkan perbaikan jalan dan drainase supaya pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut meraya nyaman. “Siram air pun kalau di musim kemarau ini paling bertahan berapa jam, kemudian kering lagi dan berdebu.
Lubang Jalan tetap mengganggu pengendara dan warga tetap terkena debu jalan,” katanya. Kekesalan akibat Jalan Sunggal yang dibiarkan kupakkapik, juga disampaikan Aris, 31. Dia mengatakan, pengguna jalan harus ekstra hati-hati ketika melintas untuk menghindari lubang-lubang besar yang bertebaran di badan jalan. Sementara dari sisi udara, warga harus tutup hidung supaya debu tidak terhirup.
“Belum ada tanda-tanda dilakukan perbaikan Jalan Sunggal. Sebagai warga, kita berharap agar dilakukan perbaikan,” katanya. Kepala Lingkungan VII, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Sunggal, M Arifin, mengakui sedikitnya dua SMS yang diterima setiap hari terkait keluhan jalanan rusak. Jalan yang rusak akibat pipanisasi PDAM Tirtanadi pada tahun lalu, rencananya akan segera diperbaiki sebelum awal Mei mendatang sekaligus memperbaiki drainase.
Namun, jalan yang akan diperbaiki hanya sekitar 1,5 km. “Setiap hari kami menerima SMS terkait kondisi jalan rusak ini. Saya hanya bisa bilang sabar mudah-mudahan bulan Mei mendatang akan diperbaiki,” katanya. Lebih lanjut Arifin mengatakan, untuk mengantisipasi agar debu tidak bertebaran di musim kemarau ini, pihak Dinas Pertamanan, Dinas Bina Marga, dan Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Medan diminta menyiram jalan.
Namun, waktu penyiraman dilakukan kerap berdekatan, sehingga pada pagi dan sore hari masih tetap berdebu. “Memang jadwalnya pukul 09.00 WIB penyiraman, tapi lihatlah kadang dilakukan pukul 11.00WIB. Waktunya jugaberdekatan. Alangkah baiknya kalau waktu penyiraman tidak berdekatan,” katanya.
Irwan siregar
(bbg)