Ngelem, 6 Bocah Diciduk Satpol PP
A
A
A
SEMARANG - Enam anak jalanan yang biasa berada di kawasan Sungai Banjirkanal Barat (BKB) Kota Semarang ditangkap petugas Satpol Pamong Praja kemarin. Mereka dinilai meresahkan karena sering meminta uang kepada para pengunjung BKB secara paksa.
Saat razia enam bocah berinisial Sk, Lk, An, Rm, Ir dan As tersebut sedang asyik ngelem atau menghirup uap lem hingga mabuk. Bahkan saat petugas hendak menangkap mereka, keenamnya langsung menceburkan diri ke Sungai BKB. Petugas sempat dibuat kerepotan karena harus ikut terjun ke sungai untuk menangkap keenam anak tersebut.
Akhirnya keenam bocah berusia sekolah dasar (SD) itu diamankan dan dibawa ke Mako Satpol PP. “Ampun Pak, saya jangan ditangkap,” kata Lk saat digelandang ke dalam truk. Saat ditanya, keenam bocah tersebut membenarkan sedang ngelem bersama-sama. Untuk membeli lem seharga Rp6.000, mereka iuran dan digunakan secara bersama-sama.
“Setiap hari di sini (ngelem ), sudah delapan bulan,” ucapnya. Saat ditanya apakah sering meminta uang kepada para pengunjung, mereka membantahnya. Mereka mengaku hanya sering bersantai sambil menghirup lem bersama-sama. “Tidak pernah Pak, saya tidak pernah malak orang,” ujar An.
Kabid Trantibum Satpol PP Kota Semarang Kusnandir mengatakan keenam bocah tersebut merupakan anak-anak yang sering ngelem di lokasi BKB. “Razia ini berdasarkan laporan masyarakat yang resah dengan keberadaan mereka karena sering teler dan meminta uang kepada pengunjung secara paksa.
Selain itu, mereka juga telah melanggar Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT),” tandasnya. Kusnandir mengatakan keenam anak tersebut memang sudah lama menjadi kelompok atau geng ngelem di lokasi berbeda-beda. Namun, mereka kerap berada di kawasan sungai BKB untuk berkumpul bersama.
“Tadi saja saat ditangkap mereka masih teler dan tidak sepenuhnya sadar. Setelah ditangkap ini, mereka kemudian kami bawa ke Panti Rehabilitasi Sosial Among Jiwo Semarang untuk mendapatkan pembinaan,” ungkapnya. Kusnandir menegaskan pihaknya akan terus rutin melakukan razia terhadap anak-anak jalanan ini.
Apalagi, sampai saat ini keberadaan anjal di Kota Semarang masih tergolong banyak. “Kami juga berharap dinas terkait untuk ikut turun menangani permasalahan ini agar di kemudian hari tidak ada lagi anak-anak yang hidup di jalanan dan cenderung meresahkan,” tandasnya.
Andika prabowo
Saat razia enam bocah berinisial Sk, Lk, An, Rm, Ir dan As tersebut sedang asyik ngelem atau menghirup uap lem hingga mabuk. Bahkan saat petugas hendak menangkap mereka, keenamnya langsung menceburkan diri ke Sungai BKB. Petugas sempat dibuat kerepotan karena harus ikut terjun ke sungai untuk menangkap keenam anak tersebut.
Akhirnya keenam bocah berusia sekolah dasar (SD) itu diamankan dan dibawa ke Mako Satpol PP. “Ampun Pak, saya jangan ditangkap,” kata Lk saat digelandang ke dalam truk. Saat ditanya, keenam bocah tersebut membenarkan sedang ngelem bersama-sama. Untuk membeli lem seharga Rp6.000, mereka iuran dan digunakan secara bersama-sama.
“Setiap hari di sini (ngelem ), sudah delapan bulan,” ucapnya. Saat ditanya apakah sering meminta uang kepada para pengunjung, mereka membantahnya. Mereka mengaku hanya sering bersantai sambil menghirup lem bersama-sama. “Tidak pernah Pak, saya tidak pernah malak orang,” ujar An.
Kabid Trantibum Satpol PP Kota Semarang Kusnandir mengatakan keenam bocah tersebut merupakan anak-anak yang sering ngelem di lokasi BKB. “Razia ini berdasarkan laporan masyarakat yang resah dengan keberadaan mereka karena sering teler dan meminta uang kepada pengunjung secara paksa.
Selain itu, mereka juga telah melanggar Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT),” tandasnya. Kusnandir mengatakan keenam anak tersebut memang sudah lama menjadi kelompok atau geng ngelem di lokasi berbeda-beda. Namun, mereka kerap berada di kawasan sungai BKB untuk berkumpul bersama.
“Tadi saja saat ditangkap mereka masih teler dan tidak sepenuhnya sadar. Setelah ditangkap ini, mereka kemudian kami bawa ke Panti Rehabilitasi Sosial Among Jiwo Semarang untuk mendapatkan pembinaan,” ungkapnya. Kusnandir menegaskan pihaknya akan terus rutin melakukan razia terhadap anak-anak jalanan ini.
Apalagi, sampai saat ini keberadaan anjal di Kota Semarang masih tergolong banyak. “Kami juga berharap dinas terkait untuk ikut turun menangani permasalahan ini agar di kemudian hari tidak ada lagi anak-anak yang hidup di jalanan dan cenderung meresahkan,” tandasnya.
Andika prabowo
(bbg)