Kumpulkan Mobil bagi Peserta KAA 1955

Selasa, 07 April 2015 - 10:36 WIB
Kumpulkan Mobil bagi...
Kumpulkan Mobil bagi Peserta KAA 1955
A A A
Menjadi ke banggaan tesendiri bagi setiap warga negara ketika bisa berkontribusi kepada negaranya. Walaupun tak tampak di per mukaan, namun kerja ke rasnya meminjam mobil diakui atau tidak membantu suksesanya perhelatan akbar Konferensi Asia Afrika pada 1955 silam.

Adalah Mbah Landung, 83. Salah seorang saksi sejarah dan relawan Konferensi Asia Afrika yang digelar pertama kalinya di Bandung pada 1955 silam. Landung termasuk warga Bandung yang ikut mengumpulkan mobil untuk dipakai peserta KAA. Kala itu, pada 1955 Landung berprofesi sebagai guru.

Selain mengajar di sekolah, Landung yang masih berusia 23 tahun mengajar les beberapa siswa SMA di Bandung. Pergaulannya cukup luas. Profesinya sebagai guru menempatkannya menjadi orang yang sangat dihormati. Kondisi itu mempermudah Landung memiliki banyak rekan.

Hal ini pula yang membuat Landung muda, bisa berkontribusi pada perhelatan KAA. Awal mula keterlibatan Landung mensukseskan KAA lantaran dia kenal dekat dengan Soewarma, seorang pengusaha yang tengah merintis bisnis sub dealer Mercy di Bandung. Soewarma ditunjuk sebagai juru transportasi KAA.

Karena sudah kenal, lantas Landung membantu mengumpulkan sejumlah mobil untuk keperluan KAA. “Ada 14 mo bil yang berhasil saya kum pulkan,” sebut Landung. Dia bercerita, untuk mencari mobil merek tententu bukan perkara mudah. Namun dia mencari mobil kepada relasi-relasinya. Termasuk menanyakan kepada keluarga murid-muridnya yang dia ajarkan les.

Termasuk kepada rekan-rekannya lainnya. Hasilnua, beberapa mobil bermerek terkenal seperti Mercy, Morris, Impala, dan Dodge berhasil dikumpulkan untuk dipakai delegasi negara-negara dunia. Sosoknya yang memang ramah, tak heran bisa mengumpulkan mobil sebanyak itu.

Apalagi, mobil-mobil itu dipinjam tanpa bayaran. Tentu saja, perlu keahlian berkomunikasi untuk meyakinkan pemilik mobil untuk meminjamkannya. Panitia KAA, kala itu hanya menyediakan akomodasi seperti bensin, perawatan, dan sopir selama peminjaman. Namun, bagoi dia, ini menjadi contoh lain semangat beriuran yang terbangun tempo dulu.

Para pemilik mobil tidak meminta bayaran atas kebaikannya meminjamkan mobil. “Yang paling terkenal saat itu Impala Udin. Mobilnya bagus, bermerek Impala. Ada nama Udin di belakangnya karena pemiliknya Pak Udin, salah seorang pengusaha di Bandung,” sambungnya. Selain dari Udin, dia mendapat pinjaman mobil dari Muhammad Sadak, Tubagus Drajat Marta, Keluarga Al- Katri, Keluarga Asep Berlian, dan lain-lain.

Meskipun tidak semua mobil yang dikumpulkan Mbah Landung digunakan para delegasi KAA, tapi dia sangat senang bisa berkontribusi pada KAA. Satu langkah kecilnya memberi manfaat bagi event akbar sekelas KAA. Memang Landung tidak tampak ke permukaan. Tapi jasanya terasa walau tak seberapa.

BATAS Landung merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil. Ia pernah mengajar di SD Banjarsari, SD Gang Tilil dan SD Tikukur. Selain itu, pernah juga ia bertugas mengajar di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 5 Bandung. “Dari dulu senang bekerja di bidang sosial. Makanya sekarang pun masih aktif terlibat dalam kegiatan sosial seperti saat ada bencana alam gunung meletus, tanah longsor, banjir maupun tsunami,” bebernya sambil mengatakan dirinya aktif di organisasi Pendidikan Pencegahan Bencana dan Anti Korupsi.

Semangat beriuran seperti 60 tahun lalu coba direvitalisasi untuk peringatan KAA tahun ini. Ribuan relawan coba dijaring demi mensukseskan peringatan yang rencananya akan dihadiri oleh beberapa kepala negara tersebut. Akankah semaraknya sama atau bahkan melebihi semarak perhelatan KAA 60 tahun lalu? Semoga.

“Banyak warga yang berdatangan untuk membantu sebisanya. Sampai ke hal-hal kecil seperti melakukan pekerjaan menembok. Bahkan ada yang datang dari luar kota hanya untuk menembok meski cuma satu hari. Dan itu tidak dibayar,” ungkapnya kepada KORAN SINDO. Menurut dia, warga yang membantu negara tanpa bayaran bukan karena tidak berharga.

Tetapi semangat sukarela terlalu berharga jika diuangkan. Apalagi ketika itu ada himbauan Presiden Ir Soekarno untuk menyemarakkan KAA, membuat masyarakat tergerak. Memberi kontribusi, sebisa mungkin. “Pada saatnya para delegasi tiba di Bandung, jalan Padjadjaran sudah dipenuhi anak sekolah.

Masing-masing memegang bendera peserta KAA berbahan plastik yang diduplikasi dari panitia. Warga Bandung begitu antusias menyambut para delegasi yang datang melalui Bandara Husein Sastranegara (Andir),” kata pria kelahiran 11 Juli 1932 itu.

Fauzan
Kota Bandung
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3466 seconds (0.1#10.140)