Manyaran Rawan Banjir dan Longsor
A
A
A
SEMARANG - Warga Kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang Barat mengeluhkan sejumlah persoalan di lingkungannya.
Salah satunya terkait fasilitas jalan di sekitar makam penghubung empat RW (RW 05, 06, 09, dan 10) yang terlalu sempit dan curam, sehingga tidak bisa untuk persimpangan kendaraan. “Wilayah kami juga sering terjadi tanah longsor apabila hujan dengan curah dan intensitas tinggi. Sedangkan keberadaan lampu penerangan jalan di sekitar Jalan Gedongsongo Timur juga sering mati. Ini berpotensi menjadi tempat kejahatan khususnya penjambretan,” kata Sutoyo, salah seorang warga Manyaran saat Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengunjungi kelurahannya setempat kemarin.
Hendi, sapaan akrab wali kota, didampingi kepala SKPD, camat, dan lurah. Warga lain juga mengeluhkan sempitnya jalan di 10 RW dan saluran air yang rusak sehingga memerlukan talud. Persoalan jalan, saluran, dan potensi ancaman tanah longsor tersebut sudah diajukan proposal kepada dinas terkait. Baik untuk dilakukan perbaikan maupun pembangunan. Menanggapi keluhan tersebut, Hendi berjanji menginstruksikan Dinas Bina Marga untuk membuat planning jalur menjadi dua arah di posisi jalan yang sudah ada.
Sedangkan untuk ancaman tanah longsor, sudah diusulkan pembangunan talud dalam Musrenbang 2016. “Namun jangan hanya mengandalkan pemerintah, lakukan swadaya pencegahan dengan penghijauan memperbanyak menanam pohon kelapa, mahoni, maupun bambu misalnya,” ujarnya. Untuk persoalan penerangan jalan, Dinas PJPR akan mengecek lokasi dan segera lakukan perbaikan lampu mati.
Sementara persoalan-persoalan lain akan memerintahkan dinas untuk mengecek dan menganggarkan dana di APBD murni atau perubahan. Dalam mapping atau pemetaan bencana, Kecamatan Semarang Barat termasuk kawasan rawan banjir. Persoalan banjir diakui masih menjadi pekerjaan rumah pemkot meski sudah banyak proyek penanganan yang dilakukan. Antara lain melalui pembangunan Polder Banger, normalisasi Banjir Kanal Barat, pembangunan Waduk Jatibarang, normalisasi Kali Tenggang.
Selain itu juga peningkatan sejumlah saluran seperti Kali Es, Pasar Johar, MT Haryono, kawasan Bubakan, Jalan Agus Salim, kawasan Simpang Lima, Jalan Imam Bonjol, pembangunan long storage di kawasan Kampung Kali, dan memaksimalkan fungsi 94 pompa dan 35 rumah pompa serta optimalisasi kolam retensi.
“Di samping banjir, ancaman lain adalah tanah longsor. Dari hasil pemetaan BPBD, Kecamatan Semarang Barat merupakan satu dari 11 kecamatan yang rawan mengalami tanah longsor. Bahkan memiliki titik wilayah terbanyak yaitu sembilan titik wilayah rawan longsor,” papar Hendi.
Karena itu warga diminta memperhatikan lingkungan sekitar, mengecek jika ada tanah retak atau berongga. Jika tergerus air hujan dan tidak ada penahan maka bisa terjadi longsor. Menariknya, dalam acara tersebut Hendi secara simbolis memotong rambut warga dalam rangka bakti sosial potong rambut gratis. Selain itu, diadakan pemeriksaan kesehatan, donor darah, penyuluhan HIV/AIDS, serta pelayanan KB di aula kelurahan.
M abduh
Salah satunya terkait fasilitas jalan di sekitar makam penghubung empat RW (RW 05, 06, 09, dan 10) yang terlalu sempit dan curam, sehingga tidak bisa untuk persimpangan kendaraan. “Wilayah kami juga sering terjadi tanah longsor apabila hujan dengan curah dan intensitas tinggi. Sedangkan keberadaan lampu penerangan jalan di sekitar Jalan Gedongsongo Timur juga sering mati. Ini berpotensi menjadi tempat kejahatan khususnya penjambretan,” kata Sutoyo, salah seorang warga Manyaran saat Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengunjungi kelurahannya setempat kemarin.
Hendi, sapaan akrab wali kota, didampingi kepala SKPD, camat, dan lurah. Warga lain juga mengeluhkan sempitnya jalan di 10 RW dan saluran air yang rusak sehingga memerlukan talud. Persoalan jalan, saluran, dan potensi ancaman tanah longsor tersebut sudah diajukan proposal kepada dinas terkait. Baik untuk dilakukan perbaikan maupun pembangunan. Menanggapi keluhan tersebut, Hendi berjanji menginstruksikan Dinas Bina Marga untuk membuat planning jalur menjadi dua arah di posisi jalan yang sudah ada.
Sedangkan untuk ancaman tanah longsor, sudah diusulkan pembangunan talud dalam Musrenbang 2016. “Namun jangan hanya mengandalkan pemerintah, lakukan swadaya pencegahan dengan penghijauan memperbanyak menanam pohon kelapa, mahoni, maupun bambu misalnya,” ujarnya. Untuk persoalan penerangan jalan, Dinas PJPR akan mengecek lokasi dan segera lakukan perbaikan lampu mati.
Sementara persoalan-persoalan lain akan memerintahkan dinas untuk mengecek dan menganggarkan dana di APBD murni atau perubahan. Dalam mapping atau pemetaan bencana, Kecamatan Semarang Barat termasuk kawasan rawan banjir. Persoalan banjir diakui masih menjadi pekerjaan rumah pemkot meski sudah banyak proyek penanganan yang dilakukan. Antara lain melalui pembangunan Polder Banger, normalisasi Banjir Kanal Barat, pembangunan Waduk Jatibarang, normalisasi Kali Tenggang.
Selain itu juga peningkatan sejumlah saluran seperti Kali Es, Pasar Johar, MT Haryono, kawasan Bubakan, Jalan Agus Salim, kawasan Simpang Lima, Jalan Imam Bonjol, pembangunan long storage di kawasan Kampung Kali, dan memaksimalkan fungsi 94 pompa dan 35 rumah pompa serta optimalisasi kolam retensi.
“Di samping banjir, ancaman lain adalah tanah longsor. Dari hasil pemetaan BPBD, Kecamatan Semarang Barat merupakan satu dari 11 kecamatan yang rawan mengalami tanah longsor. Bahkan memiliki titik wilayah terbanyak yaitu sembilan titik wilayah rawan longsor,” papar Hendi.
Karena itu warga diminta memperhatikan lingkungan sekitar, mengecek jika ada tanah retak atau berongga. Jika tergerus air hujan dan tidak ada penahan maka bisa terjadi longsor. Menariknya, dalam acara tersebut Hendi secara simbolis memotong rambut warga dalam rangka bakti sosial potong rambut gratis. Selain itu, diadakan pemeriksaan kesehatan, donor darah, penyuluhan HIV/AIDS, serta pelayanan KB di aula kelurahan.
M abduh
(ars)