Hari Jadi, Obat Kangen Dolanan Lawas
A
A
A
TEGAL - Peringatan Hari Jadi Kota Tegal ke-435 menjadi momentum Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal untuk mengangkat permainan tradisional yang terancam punah.
Upaya tersebut di antaranya dilakukan dengan menggelar sejumlah pelombaan permainan tradisional, kemarin. Kegiatan yang digelar di lapangan di depan GOR Wisanggeni, Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Selatan tersebut melombakan tiga permainan tradisional yakni bakiak, egrang, dan dagongan. Ketiga permainan tersebut saat ini sudah jarang dijumpai di masyarakat seiring menjamurnya permainan modern.
Perlombaan tersebut menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan, seperti PNS, pelajar, hingga karyawan swasta. Mereka terlihat antusias mengikuti perlombaan kendati lomba dimulai saat cuaca terik mulai terasa. Lomba bakiak digelar di sisi sebelah barat lapangan. Puluhan kelompok peserta yang terdiri dari tiga orang bergantian men jajal permainan yang menuntut kekompakan saat menggerakkan kaki tersebut.
Tak sedikit yang berulang kali terjatuh saat mencoba berjalan dan harus susah mencapai garis finis. Hal ini beberapa kali memancing tawa peserta maupun warga yang menonton. Salah seorang panitia lomba bakiak Primbudi mengungkapkan, lomba diikuti 35 kelompok peserta yang dibagi dalam kelompok laki-laki dan perempuan.
“Lomba ini terbuka untuk umum jadi pesertanya ya macam-macam, dari berbagai kalangan,” katanya di sela-sela lomba. Para peserta tersebut bersaing untuk bisa masuk ke babak final dan mendapat juara pertama hingga ketiga. Juara pertama mendapat hadiah uang Rp1.180.000, juara kedua Rp900.000, dan juara ketiga Rp700.000. Menurut Primbudi, perlombaan permainan tradisional diadakan agar keberadaannya tidak dilupakan masyarakat.
“Ini juga untuk menggali sebanyak mungkin permainan tradisional. Sekarang kan sudah jarang sekali permainan tradisional,” katanya. Salah seorang peserta, Nanik, 16, mengaku sengaja ikut lomba bakiak karena sudah lama tidak menjumpai permainan tersebut. “Terakhir main itu pas SD. Itu saja pas lomba 17- an,” ujar siswi SMKN 2 Kota Tegal ini, kemarin. Dia menilai, perlombaan per mainan tradisional perlu ba nyak diadakan agar anakanak jaman sekarang tidak hanya kenal dengan permainan mo dern. “Anak kecil sekarang saja banyak yang sudah pegang HP dan tablet ,” ucapnya.
Farid firdaus
Upaya tersebut di antaranya dilakukan dengan menggelar sejumlah pelombaan permainan tradisional, kemarin. Kegiatan yang digelar di lapangan di depan GOR Wisanggeni, Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Selatan tersebut melombakan tiga permainan tradisional yakni bakiak, egrang, dan dagongan. Ketiga permainan tersebut saat ini sudah jarang dijumpai di masyarakat seiring menjamurnya permainan modern.
Perlombaan tersebut menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan, seperti PNS, pelajar, hingga karyawan swasta. Mereka terlihat antusias mengikuti perlombaan kendati lomba dimulai saat cuaca terik mulai terasa. Lomba bakiak digelar di sisi sebelah barat lapangan. Puluhan kelompok peserta yang terdiri dari tiga orang bergantian men jajal permainan yang menuntut kekompakan saat menggerakkan kaki tersebut.
Tak sedikit yang berulang kali terjatuh saat mencoba berjalan dan harus susah mencapai garis finis. Hal ini beberapa kali memancing tawa peserta maupun warga yang menonton. Salah seorang panitia lomba bakiak Primbudi mengungkapkan, lomba diikuti 35 kelompok peserta yang dibagi dalam kelompok laki-laki dan perempuan.
“Lomba ini terbuka untuk umum jadi pesertanya ya macam-macam, dari berbagai kalangan,” katanya di sela-sela lomba. Para peserta tersebut bersaing untuk bisa masuk ke babak final dan mendapat juara pertama hingga ketiga. Juara pertama mendapat hadiah uang Rp1.180.000, juara kedua Rp900.000, dan juara ketiga Rp700.000. Menurut Primbudi, perlombaan permainan tradisional diadakan agar keberadaannya tidak dilupakan masyarakat.
“Ini juga untuk menggali sebanyak mungkin permainan tradisional. Sekarang kan sudah jarang sekali permainan tradisional,” katanya. Salah seorang peserta, Nanik, 16, mengaku sengaja ikut lomba bakiak karena sudah lama tidak menjumpai permainan tersebut. “Terakhir main itu pas SD. Itu saja pas lomba 17- an,” ujar siswi SMKN 2 Kota Tegal ini, kemarin. Dia menilai, perlombaan per mainan tradisional perlu ba nyak diadakan agar anakanak jaman sekarang tidak hanya kenal dengan permainan mo dern. “Anak kecil sekarang saja banyak yang sudah pegang HP dan tablet ,” ucapnya.
Farid firdaus
(ars)