Cerdas-Rajin Ibadah, Bukan Bunuh Diri

Sabtu, 04 April 2015 - 11:41 WIB
Cerdas-Rajin Ibadah, Bukan Bunuh Diri
Cerdas-Rajin Ibadah, Bukan Bunuh Diri
A A A
SLEMAN - Akseyna Ahad Dori, 19, ditemukan tewas tenggelam di Danau Kenanga, Kompleks Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jabar, Kamis (26/3).

Tewasnya putra kedua dari pasangan Kolonel Sus Mardoto dan Karimatul Ummah, dosen UII, yang dikenal cerdas tersebut untuk sementara diduga polisi karena bunuh diri. Namun tak ada yang percaya dengan dugaan itu. Terlebih orang-orang yang dekat dengan almarhum.

Semasa hidupnya, Ace-sapaan akrab Akseyna Ahad Dori-dikenal sebagai sosok anak cerdas, tidak mudah putus asa, dan sederhana. “Untuk tingkat SMA, dua kali berturut-turut ikut lomba tingkat nasional di Medan dan Jakarta. Di Yogyakarta, dua kali juara satu dan tingkat provinsi juga sama. Belum lagi, lomba-lomba biologi di kampus-kampus,” ujar Mardoto.

Sejak kecil memang minat Ace mengenai biologi sudah terlihat. Contohnya ketika dia diajak ke pantai selalu membawa pulang batu. “Bagi saya batu itu biasa, tapi dia bawa pulang, dibawa ke kamar,” katanya. Bahkan, kamar pribadinya di rumah dibuat seperti laboratorium penelitian. Dia sering mengumpulkan dedaunan dan sejenisnya.

“Awalnya, orang rumah melihat itu jorok. Tapi ternyata minatnya di situ. Jadi terus kami dorong,” ucapnya mengenang kebiasaan anaknya bersama istrinya saat menemui wartawan seusai salat Jumat di Griya Avia Ceria, Jalan Elang nomor 4, Tegalsari, Kalasan, Sleman, kemarin.

Hal sama juga dikatakan guru sekolah Ace saat di SMA N 8 Yogyakarta, Sri Utari. “Saya tidak percaya kalau bunuh diri. Saya kenal dia seperti apa orangnya. Ibadahnya rajin, anaknya pandai, dan kemauannya juga kuat,” ucapnya. Ace merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Satu kakak perempuannya kuliah dan dua adik kembarnya baru duduk di kelas tiga SMP.

Yakin Bukan Bunuh Diri

Terkait dugaan bunuh diri, orang tua, terutama ayah Ace yang bekerja di Ksatrian Akademi Angkatan Udara Lanud Adisutjpto Yogyakarta, berharap peristiwa yang menimpa anaknya bisa terungkap. Mardoto melihat peristiwa ini banyak kejanggalan.

Setidaknya dari secarik surat wasiat yang diduga ditulis Ace sebelum ditemukan tewas di Danau Kenanga. Bersama sang istri, dirinya mengungkapkan keyakinannya bahwa Ace tidak melakukan bunuh diri. “Banyak kejanggalan yang saya lihat,” ujarnya.

Sebelum mengetahui Ace tewas, komunikasi terakhir yang dilakukannya pada Sabtu (21/3) lalu. Saat itu keluarga di Yogyakarta sedang pulang dari berlibur di Candi Borobudur, Magelang, Jateng. “ Pada 21 Maret lalu kontak terakhir. Ngobrolin hal-hal positif saja. Biasanya kalau pas libur kan kami berkunjung ke tempat wisata. Saat itu pulang dari Borobudur mampir ke sebuah rumah makan. Ibunya telepon. Nada suaranya biasa, tidak ada rasa sedih. Kami kasih tahu kalau ingin membelikan sepeda,” katanya.

Tujuan dibelikan sepeda untuk menunjang aktivitasnya kuliah. Sebab selama ini Ace hanya jalan kaki atau naik ojek. “Mau dibelikan sepeda motor tidak mau. Padahal uangnya sudah saya transfer ke adik saya di Depok,” kata Mardoto.

Selepas itu tidak ada kontak lagi dengan Ace. Kamis (26/3), dirinya mencoba menghubungi anaknya tersebut, tapi tidak terhubung. Malamnya, Mardoto sempat membaca portal berita online ada seorang mayat laki-laki ditemukan di Danau Kenanga, Depok, tapi saat itu tidak ada rasa curiga. “Jumat dan Sabtu, kami kontak lagi, tapi tidak ada tanggapan. Kemudian saya mengulangi membaca berita itu. Hanya karena merasa putus kontak itu, naluri kami untuk mencarinya,” tuturnya.

Sebelum berangkat ke Depok, Mardoto lebih dulu meminta tolong kepada adiknya di sana untuk mengecek. Faktanya, Ace tidak ada di kos dan sudah empat hari tidak terlihat di kosannya. Minggu malam, Mardoto memutuskan berangkat ke Jakarta.

Pada Senin sekitar pukul 11.00 WIB, langsung ke Rumah Sakit Polri tempat jasad dari Mr X yang ditemukan tewas pada Kamis (26/3) masih disimpan. “Saya cek langsung, secara fisik belum sepenuhnya yakin. Badannya menggelembung. Tapi di hidung dan tampilan mukanya yang bulat ada kemiripan,” ucapnya.

Kemudian dia pergi ke Polsek setempat dan kepada petugas di sana diperlihatkan foto Ace. “Komentar anggota Polsek di sana tidak mirip (dengan Mr X),” ujarnya. Pencarian berlanjut. Mardoto bertemu dengan pengajar UI, dosen pembimbing, kepala departemen, dan dua mahasiswa yang mengaku teman Ace. “Kami diskusi tentang kemungkinan apakah Mr X itu Ace,” katanya.

Dari situ dirinya disodorkan sebuah surat wasiat oleh salah satu mahasiswa yang juga ikut dalam diskusi itu. “Surat itu saya terima di Gedung Biologi (UI) dari salah satu mahasiswa yang mengaku teman Ace pada jam empat sore, Senin. Bukan ditemukan di kamar kos Ace seperti yang saat ini di beritaberita itu,” ungkapnya meluruskan.

Dirinya kembali lagi ke Polsek untuk melihat bukti-bukti. “Dari situlah saya memastikan pakaian (Mr X) itu milik anak saya. Dari jaket, tas ransel, kaos putih, celana, sepatu, dan payung ibunya,” tuturnya. Setelah dipastikan dan memperlihatkan surat wasiat tersebut, baru polisi melakukan tindakan. “Surat itu difoto dan dikopi. Selepas magrib, baru di-BAP (berita acara pemeriksaan),” katanya.

Dari surat tersebut pun dirinya tak yakin tulisan itu adalah tulisan anaknya. Kecurigaan ini semakin bertambah karena surat tersebut diberikan atau disodorkan oleh orang lain yang tak mempunyai kewenangan apa-apa. “Bukan ditemukan oleh polisi. Bagi saya juga sulit memastikan itu tulisan tangan anak saya atau bukan,” katanya.

Setelah itu, kemudian dia bersama polisi mengecek ke kos Ace. Ternyata kamar anaknya sudah acak-acakan. “Kondisinya sudah acakacakan. Mahasiswa yang menyodorkan surat wasiat itu juga mengaku tidur di kamar kos anak saya,” ujar Mardoto. Atas beberapa kejanggalan ini pun, dirinya berharap peristiwa yang dialami Ace bisa terungkap. Kalau memang pihak kepolisian tidak sanggup diharapkan mau berterus terang saja.

“Sejak Senin (30 Maret) itu, sampai sekarang saya belum dihubungi pihak kepolisian setempat. Harapan saya ingin agar ada pengungkapan yang jelas dan terukur. Punya dasar fakta yang kuat. Jangan sampai ada pemaksaan kesimpulan,” katanya.

Ridho
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9597 seconds (0.1#10.140)