Jangan Malu Memiliki Anak Autis

Sabtu, 04 April 2015 - 11:11 WIB
Jangan Malu Memiliki...
Jangan Malu Memiliki Anak Autis
A A A
BANDUNG - Stigma negatif yang berkembang di masyarakat tentang autis membuat sebagian besar orang tua yang memiliki anak dengan autisme malu.

Hal itu diungkapkan Ketua Art Theraphy Centre Widyatama Anne Nurfarina. Menurutnya, kondisi tersebut menjadi sebuah kesalahan besar. “Masih banyak orang tua malu dan tidak tahan dengan stigma negatif dari masyarakat yang sering kali mengaitkan autis dengan kegilaan dan dosa orang tua. Ini adalah kesalahan fatal,” ucap Anne usai acara Peringatan Hari Autis Sedunia 2015 di Gedung Serba Guna Kampus Widyatama, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Kamis (2/4).

Dia menegaskan, autis adalah kelainan perkembangan sistem syaraf yang menyebabkan penyandangnya kesulitan memahami hubungan sosial dan emosional. Dia menyebutkan, berdasarkan hasil penelitian, 97% penyandang autis di sebabkan paparan timah hitam dari asap kendaraan bermotor. Hal itu diketahui dari hasil tes darahnya.

Pihaknya meyakini bahwa rehabilitasi pada penyandang autis tidak melulu soal medis, tetapi juga harus menyeluruh mulai dari kemampuan bersosialisasi dan kemampuan akademik yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai modal dasar untuk membangun life skill.

“Perlu dicatat, penyandang autis sangat peka terhadap hal-hal yang bersifat au dio visual dan secara keilmuan kedua aspek ini terkait dengan kreatifitas manusia. Untuk itu, di Art Theraphy Center, ka mi mencoba mengolah kreatifitas mereka sebagai bentuk kemandirian,” tuturnya.

Dia menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, jumlah penyandang autis di Indonesia mencapai lebih dari tiga juta orang dengan pertumbuhan 500 orang setiap tahunnya. Faktanya, kata Anne, di perkirakan lebih besar lagi. Pasalnya, masih banyak orang tua yang menyembunyikan anaknya yang menyandang autis.

Hal senada diungkapkan Ketua Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Kota Bandung Atalia Kamil. Menurut dia, masih banyak keluarga di Kota Bandung yang menyembunyikan anaknya yang berkebutuhan khusus. Akibatnya, mengacu pada Data Dinas Sosial Kota Bandung 2013, dari 5.000 orang penyandang difabel, baru 2000 orang saja yang tersentuh program pemerintah.

“Kini kami tengah mengajukan pembangunan beberapa infrastruktur penunjang kaum di fabel, termasuk akses pendidikan. Seperti diketahui sekolah negeri untuk difabel jumlahnya masih sedikit. Kalau pun swasta ada, harganya mahal,” ujarnya seraya menambahkan, dalam waktu dekat Pemkot Bandung akan membangun taman yang dikhususkan bagi kaum berkebutuhan khusus.

Anne rufaidah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5548 seconds (0.1#10.140)