Terbuka Potensi Migrasi

Jum'at, 03 April 2015 - 09:30 WIB
Terbuka Potensi Migrasi
Terbuka Potensi Migrasi
A A A
PALEMBANG - Beban masyarakat belakangan ini semakin berat dengan kenaikan harga elpiji 12 kg. Sebab sebelumnya pemerintah juga menaikkan harga BBM dan listrik yang memicu kenaikan harga sembako.

“Kami heran sejak pemerintahan diemban Jokowi-JK, semua mengalami kenaikan. Mulai dari elpiji, TDL naik, BBM naik, sembako naik, ongkos naik dan lainnya. Masyarakat kini makin terbebani dengan kebijakan yang tidak pro rakyat,” kata Iche, warga Soak Simpur, Sukabangun, Palembang, kemarin. Apalagi kenaikan harga elpiji 12 kg akan terus digulirkan per triwulan hingga Juli 2016 mendatang hingga menuju pada harga keekonomian.

Jelas kebijakan ini semakin menyengsarakan rakyat. Belum lagi dengan adanya rencana mencabut subsidi elpiji 3 kg, kata dia, dengan begitu maka masyarakat akan makin terbebani. Bahkan nilai estimasi elpiji 3 kg setelah dicabut subsidinya mencapai Rp42.000 per tabung. “Kalaupun pemerintah ingin menekan harga subsidi elpiji 12 kg, seharusnya bukan menaikkan harga elpiji melainkan memangkas biaya yang memberatkan anggaran Pertamina seperti perjalanan dinas, operasional kendaraan, dan optimalisasi SDM yang ada.

Kalau naik terus dan subsidi elpiji 3 kg dicabut, akan semakin menambah angka penduduk yang ber ada di garis kemiskinan,” terangnya. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka dia mengaku lebih memilih menjual elpiji 12 kg dan beralih ke elpiji 3 kg daripada harus menambah biaya rumah tangga. Saat ini, kata dia, harga elpiji 12 kg di tingkat pengecer dijual sebesar Rp155.000-160.000 per tabung dari harga sebelumnya sebesar Rp150.000 per tabung.

“Tiap awal bulan saya mengganti elpiji 12 kg dengan yang baru. Saya terkejut penjual mengatakan kalau elpiji 12 kg naik. Jika kondisi seperti ini jelas akan berdampak ke semua lini sektor mulai dari kenaikan makanan siap saji, sembako dan lainnya,” jelasnya. Dia berharap pemerintah ber sikap tegas dan tidak menge luarkan kebijakan yang tidak pro rakyat. Sementara itu, Usmadin, pemilik pengecer elpiji Jati Indah Dwikora Palembang mengaku telah memberlakukan harga elpiji baru dari Rp150.000 menjadi Rp155.000 per tabung.

Sedangkan untuk harga elpiji 3 kg tetap. “Sejak Januari lalu, demand elpiji 12 kg menurun drastis. Biasanya sudah habis dalam 3 hari, kini hampir dua pekan. Ada juga pelanggan yang men jual tabung elpiji 12 kg lalu mem beli elpiji 3 kg. Kalau elpiji 12 kg hanya ada sekitar 16 ta bung. Untuk 3 kg ada sekitar 200 tabung. Justru elpiji 3 kg yang cepat habis diburu,” jelasnya.

Terpisah, Senior Supervisor External Relation Pertamina Fuel Retail Marketing Region II Sumbagsel, Alicia Irzanova mengklaim, tidak ada peru ba - han tingkat konsumsi masyara kat terhadap elpiji 12 kg pasca kenaikan harga. “Harga elpiji itu kan fluktuatif. Beberapa bulan lalu sempat turun sehingga tidak memengaruhi tingkat konsumsi elpiji. Walaupun harganya lebih tinggi dibanding elpiji bright gas, namun tetap saja sama,” tuturnya.

Saat ini, harga elpiji 12 kg ditingkat agen dipatok Rp142.000 per tabung. Sedangkan harga elpiji bright gas capai Rp141.500 per tabung. Untuk konsumsi rata-rata harian elpiji 12 kg capai 73 ton per hari. Sedangkan suplai elpiji 12 kg yang disiapkan Pertamina selama sepekan terakhir capai 109 ton per hari atau mencapai 45% di atas konsumsi harian.

“Pertamina memutuskan menaikkan harga elpiji non subsidi 12 kg menyusul tingginya harga elpiji di pasar internasional dan rendahnya nilai tukar rupiah sehingga menyebabkan beban kerugian perusahaan makin tinggi,” katanya.

Darfian jaya suprana
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6697 seconds (0.1#10.140)