Ambulans Saksi Bisu Pemberontakan DI/TII

Senin, 30 Maret 2015 - 14:31 WIB
Ambulans Saksi Bisu...
Ambulans Saksi Bisu Pemberontakan DI/TII
A A A
BANDUNG - Tampilan mobil pabrikan Chevrolet tahun 1955 itu masih tampak seperti aslinya. Warnanya putih agak kusam. Mobil itu memiliki kekuatan 300 cc, dengan stir di bagian kiri.

Di balik kesan klasik yang ada, mobil itu punya cerita panjang dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Mobil itu pernah dipakai sebagai ambulans oleh Rumah Sakit (RS) Majalaya, di Kabupaten Bandung, pada 1957 hingga 1962.

Selain digunakan rutin untuk operasional rumah sakit, mobil itu jadi saksi bergolaknya perang pada era DI/TII.

"Mobil ini digunakan untuk membantu tim kesehatan dalam menyelamatkan para korban keganasan DI/TII di Jawa Barat," kata Kepala Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bambang Irianto, kepada wartawan, Senin (30/3/2015).

Ambulans yang dikenal dengan julukan 'Si Dukun' atau 'Si Gajah' itu, pernah digunakan untuk membantu jalannya operasi militer Kodam III/Siliwangi menumpas gerombolan DI/TII, di kawasan Cijapati, Cihanyir, Rancakole, Ibun, Paseh, dan Ciekek.

Tak terhitung berapa korban pemberontakan DI/TII yang diangkut dengan ambulans tersebut untuk mendapat perawatan di RS Majalaya. Salah seorang di antara korban perang yang berhasil diangkut mobil itu adalah Letnan Djuanda.

Keberadaannya pun jelas sangat penting, mengingat saat itu tak ada lagi ambulans dengan ukuran cukup besar. "Waktu itu di Indonesia ambulans seperti ini hanya ada satu," ungkap Bambang.

Tapi, seiring berakhirnya pemberontakan DI/TII, mobil itu kembali jadi kendaraan operasional RS Majalaya. Lama-kelamaan, mobil itu akhirnya 'pensiun', karena dimakan usia sejak 1967.

Mobil itu pun dikandangkan di lokasi. Keadaannya makin tak terawat. Hingga akhirnya mobil itu dihibahkan pada Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang terletak di Jalan Lembong, Kota Bandung.

"Waktu itu, dihibahkan ke museum pada 2012 dengan kondisi tidak layak jalan, mesinnya mati, catnya juga kusam sekali," jelas Bambang.

Oleh pihak museum, mobil itu kemudian diperbaiki. Mesinnya pun kembali hidup, meski untuk mencari onderdilnya cukup sulit. "Mobilnya juga dicat ulang," ucapnya.

Mobil itu, kini mejeng di Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Tapi, sesekali mobil dibawa keluar untuk berbagai kegiatan. Salah satunya adalah saat Festival Bandoeng Baheula, di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat.

Mobil itu pun diharapkan dikenal publik sebagai salah satu benda bersejarah. Sehingga, keberadaannya tak terlupakan begitu saja.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2354 seconds (0.1#10.140)