Melirik Bisnis Waralaba di Kota Bandung

Minggu, 29 Maret 2015 - 09:45 WIB
Melirik Bisnis Waralaba...
Melirik Bisnis Waralaba di Kota Bandung
A A A
KOTA BANDUNG - Memulai usaha terkadang menjadi hal yang membingungkan. mulai dari persiapan dana, uji coba produk, uji masa tahan, hingga pasang surut usaha, hingga menjadi berkembang dan mapan.

Tapi, sekarang ini masyarakat dipermudah dengan adanya jenis usaha berbasis franchise atau waralaba yang hadir sebagai salah satu pilihan yang makin menjanjikan dan terus berkembang. Kekuatan utamanya terletak pada sistem bisnis yang sudah teruji dan terbukti untung, panduan usaha yang mudah dimengerti serta terangkum pada semangat yang menopangnya yakni semangat kewirausahaan.

Waralaba menawarkan banyak hal yang bisa dijadikan model dibandingkan jenis investasi lainnya. Merek yang dikenal, jaminan kualitas produk, dan sistem usaha yang mapan adalah sebagian jaminan yang diberikan waralaba untuk mendatangkan manfaat finansial. Siapapun yang memiliki dana terbatas tak usah berkecil hati. Pasalnya sejumlah peluang usaha menanti siapapun yang ingin menjalankan bisnisnya dan mengambil untung dengan nilai investasi beragam.

Mulai tipe investasi terjangkau berkisar Rp 10 juta hingga ratusan juta rupiah. Dengan hadirnya banyak pilihan bisnis untuk dijalankan, pengunjung juga bisa melakukan perbandingan bisnis apa yang cocok dan sesuai, melihat dan menilai produk yang ditawarkan, serta menilai jenis usaha mana yang mempunyai visi paling menjanjikan. Dahlan,48, satu bagian dari ribuan pengunjung yang datang ke acara bertajuk National Roadshow IFBC (Info Francise and Busines Concept 2015) Expo 2015 di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh kemarin.

Pria yang berprofesi sebagai PNS ini mengaku ingin membuka usaha waralaba untuk menambah penghasilannya. Dia mengaku sangat tertarik dengan pola bisnis waralaba karena untuk menjalankan bisnis ini tidak terlampau sulit dibandingkan harus membangun bisnis dari nol. “Pengen lihat-lihat dulu aja. Siapa tahu ada yang kira-kira cocok,” ujarnya kepada KORAN SINDO di lokasi pameran. Saat ini pria asli Kota Bandung ini pun memiliki beberapa bisnis yang sudah dirintisnya sejak beberapa tahun ke belakang, seperti usaha konveksi, produsen papan catur, dan kafe.

Dia ingin mengembangkan bisnisnya dengan membuka bisnis waralaba. Dahlan mengaku sangat tertarik dengan usaha jenis properti. Menurut dia potensi bisnis di sektor ini sangat besar, apalagi kebutuhan tempat tinggal menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. “Ingin properti. Di Kota Bandung sendiri prospeknya sangat cerah sekali. Apalagi kawasan Bandung Timur. Selain itu untungnya lebih gede dibandingkan bisnis lainnya,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Sopar, 59. Pria yang berprofesi sebagai wiraswasta ini rupanya tahu betul dengan ceruk bisnis waralaba di Bandung. Menurut dia, salah satu keuntungan menjalankan bisnis waralaba ini yakni tidak perlu memulai bisnis dari nol. Dia mengaku tertarik dengan bisnis kuliner. Sektor bisnis kuliner, menurut dia, cukup potensial untuk dikembangkan di Bandung.

“Ya saya tertarik dengan bisnis kuliner karena potesinya besar sekali. Tapi saya ingin melihat melihat dulu sistemnya seperti apa,” ujar warga Sarijadi ini yang saat ini sudah memiliki usaha tempar kos, kursus, dan rental. Salah seorang peserta pameran Randi yang merupakan Manager Opeational Apotek Griya Farma Randi. Menurutnya, sektor bisnis kesehatan menjadi salah satu sektor binis yang potensial untuk pola waralaba.

Saat ini, kata dia, di Kota Bandung sendiri sudah berdiri 18 outlet Apotik Griya Farma. Menurut Randi, dengan investasi sebesar Rp375 juta siapapun dapat membuka usaha waralaba apotik yang meliputi franchise fee senilai Rp 40 juta, display interior dan eksterior, peralatan elektronik dan non elektronik, persediaan stok obat awal, panduan rekrutmen, training, dan launching.

“Lumayan banyak (pengunjung). Ada yang serius ada yang nanya-nanya mulai dari keuntungan dan risiko dalam menjalankan bisnis. Karena sektor kesehatan gak ada matinya. Sektor ini semakin tua usianya akan semakin jadi, karena kaloudah di atas lima tahun susah goyang,”katanya. Randi mengungkapkan, ada beragam kalangan yang mulai melirik sektor binis ini mulai dari pengusaha, pensiunan, pelaku farmasi.

“Pokoknya kalangan kalangan yang mulai care dengan kesehatan mulai melirik sektor kesehatan ini. Sejak 2013 kita buka franchise sampai saat ini sudah ada 23 unit di beberapa Kota di Indonesia seperti Medan, Jakarta, dan Semarang. Kita punya sistem manajemennya, keuangan, SDM dan pelaku usaha tinggal duplikat,” katanya. Lain lagi dengan sektor bisnis tours and travel.

Hanya dengan modal Rp1 juta rupiah, siapapun kini dapat menjadi agen-agen travel. Rivkhi,27, salah seorang penjaga stan Gramindo Tours and Travel mengungkapkan, dengan modal Rp 1 juta, siapapun kini dapat menjual tiket pesawat, airport shuttle, dan travel. “Nanti agen mendapat komisi 85 persen, sisanya dibagi dengan perusahaan,” katanya. Dia menilai potensi usaha di bidang usaha biro perjalanan sangat menjanjikan. Pasalnya mobilitas masyarakat tidak pernah sepi.

Saat ini, kata dia, di perusahaanya tempatnya bekerja tercatat ada 1.300 agen di seluruh Indonesia. “Keuntungannya banyak. Gak perlu ke kantor karena ini semua menggunakan sistem online. Karena ini pake sistem deposit, jadi pake hape juga bisa,” katanya. Sementara itu Chief Consulting Officer (COO) Direxion Strategy Consulting Jahja B Soenarjo mengungkapkan, Kota Bandung memiliki potensi bisnis waralaba yang cukup besar.

Bisnis kuliner menjadi sektor yang paling menguntungkan di Kota Bandung. Bisnis kuliner ini kata dia menggeser posisi bisnis pakaian seperti factory outlet. “FO mulai masuk ke titik jenuh, jadi menurun. Ini sebagai kota tujuan wisata, ya wisata kuliner. Selain itu juga nanti ada peluang lagi wisata medis, dimana wisata medis ini mereka datang ke Bandung. Selain wisata kuliner, mereka wisata sambil berobat, perawatan, kecantikan,” katanya.

Jahja memberikan sedikit tips bagi mereka yang ingin mulai berwirausaha khususnya yang baru pertama. Pertama pilihlah bidang usaha yang betul-betul memang memiliki prospek. Kedua, harus tekun. “Artinya jatuh bangun itu sudah biasa. Ketekunan itu dituntut ketika jatuh Anda bangkit lagi. Kesandung jalan lagi,” kata dia. Ketiga, harus mengembangkan jaringan yang kuat. Untuk mendukung bisnis,networking penting sehingga bisnis bisa menjadi lebih solid dan cepat berkembang.

“Tapi yang paling menguntungkan itu menjadi sangat relatif, karena ini sangat tergantung siapa yang menjalankan bisnisnya dan bagaimana dia mejalankan bisnisnya,” jelas Jahja. Dalam acara yang digagas Asosiasi Franchise Indonesia hadir dengan dengan tema tahun ini The Spirit of Entrepreneurship atau Pemberdayaan Semangat Kewirausahaan. Pameran berlangsung mulai Jumat (27/03) dan hari ini adalah hari terakhir.

Dian Rosadi
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1288 seconds (0.1#10.140)