Siapkan Regenerasi, Gembleng Pelawak Remaja

Minggu, 29 Maret 2015 - 09:18 WIB
Siapkan Regenerasi, Gembleng Pelawak Remaja
Siapkan Regenerasi, Gembleng Pelawak Remaja
A A A
KOTA SEMARANG - Dalam setiap pementasan ketoprak maupun wayang kulit, sering dijumpai acara selingan untuk pelawak. Kehadiran para pelawak ini mampu mencairkan suasana tegang sekaligus menghibur penonton yang serius mengikuti jalannya alur cerita lakon pementasan.

Pelawak hadir dengan guyonan yang mampu mengocok perut penonton. Seiring perkembangan zaman, seni melawak juga mengalami perkembangan. Saat ini komedi modern tidak harus melibatkan banyak orang dan menunggu pancingan dari lawan main, tapi berbicara sendiri seperti yang ditampilkan bentuk stand up comedy.

Namun, ada beberapa komunitas lawak yang tetap berkomitmen mempertahankan seni lawak tradisional. Salah satunya Paguyuban Lawak Kabupaten Semarang (PLKS) yang mengemas penampilannya dalam bentuk beragam seni. Seperti kuda lumping humor, ketoprak humor campur sari, guyon maton campur sari, dan pengajian ponokawan. Komunitas yang terbentuk lima tahun lalu ini digagas Pamuji MS, Sutoyo (gandos), Drs Sutadi, dan Sarwoto.

Saat ini jumlah anggota yang tergabung dalam PLKS sudah mencapai 38 orang dan tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Semarang, kecuali di Ungaran Barat, Susukan, Kaliwungu, serta Bringin. Anggotanya bukan sekadar pelawak, tapi juga pelaku seni ketoprak dan wayang kulit. Personel yang spesialisasinya melawak hanya sembilan orang.

Dalam kiprahnya, pelawak yang tergabung dalam komunitas ini sering melawak di acara-acara resmi instansi, seperti digandeng dalam sosialisasi pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Semarang dan sosialisasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng. Grup ini juga pernah tampil di Sumatera dan Kalimantan dalam sebuah acara yang digelar oleh salah satu instansi pemerintah.

Saat ini komunitas lawak PLKS tetap eksis mengisi acara di Pemkab Semarang maupun warga setempat yang punya hajat. “Kami prihatin dengan dunia lawak. Akhirnya kami bentuk paguyuban bagi penyuka dan pelaku humor,” ungkap Ketua PLKS Sarwoto, kemarin. Agar tetap eksis, komunitas ini juga mengkader pelawak pemula.

Saat ini ada empat pelawak muda berbakat yang tengah dididik, yakni Dewi Anjani, Angga Ardianto (gareng dalang Joko Sunarno Boyolali), Sugito Plontang, dan Sugeng Kampret. Mereka masih berusia 25-26 tahun dan sudah aktif di komunitas. Sarwoto berharap mereka bisa meneruskan kesenian melawak dan menggantikan peran senior-seniornya di kemudian hari.

Pelawak remaja itu juga disiapkan jika ada festivalfestival lawak karena biasanya mempertimbangkan umur. “Dulu PLKS sebenarnya mau ikut Audisi Pelawak Indonesia (API). Karena usianya dibatasi maksimal 21 tahun, jadi tidak bisa turun karena rata-rata kami sudah di atas 30 tahun,” ungkapnya. Pria yang akrab disapa Dower ini optimistis lawak tetap eksis karena masyarakat masih butuh hiburan.

Sosialisasi yang dilakukan oleh instansi, baik itu swasta maupun negeri, juga lebih efektif dengan lawan karena jika dihadapkan pada makalah berat, akan membosankan. “Kehadiran pelawak ini bisa membuat acara jadi seru, tidak kaku. Ini sudah menjadi pekerjaan utama 65% anggota komunitas,” ujar warga Bergas ini. Untuk menjamin kebutuhan anggotanya, komunitas ini juga memiliki koperasi Prima Sejahtera di Desa Jetak Duren Bandungan, dan rutin menggelar arisan.

Arif Purniawan
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4005 seconds (0.1#10.140)