3 Bulan, 2 Warga Meninggal
A
A
A
TEGAL - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tegal terus meningkat dalam tiga bulan terakhir. Dinas Kesehatan mencatat kasus DBD yang muncul sebanyak 14 kasus dengan dua orang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Muhammad Hafidz mengatakan penderita yang meninggal berada di Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur yang muncul 4 kasus dan Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur (2 kasus). Kedua kelurahan tersebut merupakan yang terbanyak muncul kasus DBD dan merupakan daerah endemis karena tiap tahun selalu muncul kasus DBD.
"Jumlah kasus DBD yang muncul tergolong tinggi karena mencapai 50%. Dari dua kasus yang meninggal satu," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Muhammad Hafidz di sela pencanangan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) di Kelurahan Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan kemarin. Tren jumlah kasus DBD yang muncul cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada 2012 kasus DBD mencapai 14 kasus dan 2013 meningkat menjadi 73 kasus.
"Tahun 2014 jumlahnya kembali meningkat menjadi 83 kasus, meskipun dalam tiga tahun itu tidak ada penderita yang meninggal," tandasnya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi sulitnya pemberantasan penyakit ini. Salah satunya karena kondisi geografis dan cuaca yang mendukung berkembangnya vektor (nyamuk) serta tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.
"Selain itu, faktor lainnya adalah belum optimalnya langkah pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup dan mengubur sebagai upaya prioritas pemberantasan DBD baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah," ujar Hafidz. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan langkah PSN tersebut ditunjukkan dengan masih rendahnya angka bebas jentik (ABJ).
Di lingkungan masyarakat ABJ mencapai 86%, sedangkan di lingkungan pendidikan kurang dari 70%. "Seharusnya angka bebas jentik bisa di atas 95%," ucapnya. Seiring masih kurang optimalnya langkah PSN, Hafidz menegaskan upaya untuk menekan jumlah kasus DBD terus dilakukan pihaknya baik yang bersifat preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif di masyarakat.
Upaya preventif salah satunya dengan mengubah pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa fogging merupakan langkah utama pemberantasan DBD. Padahal langkah yang utama dan efektif adalah dengan PSN. "Kita juga galakkan Gertak PSN ini di kelurahan-kelurahan, terutama di Kelurahan Kejambon dan Slerok karena kasusnya merupakan yang tertinggi di bandingkan kelurahan lain. Diharapkan pada tahun ini jumlah kasus DBD menurun dari tahuntahun sebelumnya," tandasnya.
Kabid Promkes Dinas Kesehatan Kota Tegal Endah Pratiwi menambahkan, program Gertak PSN dilakukan dengan menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat tentang keefektifan dan pentingnya langkah PSN yakni menguras, menutup, dan mengubur (3 M).
"Upaya Gertak PSN ini kita lakukan secara berkesinambungan dan rutin setiap satu pekan sekali dan dilakukan secara serentak dan bersama-sama oleh masyarakat," kastanya kemarin.
Farid firdaus
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Muhammad Hafidz mengatakan penderita yang meninggal berada di Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur yang muncul 4 kasus dan Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur (2 kasus). Kedua kelurahan tersebut merupakan yang terbanyak muncul kasus DBD dan merupakan daerah endemis karena tiap tahun selalu muncul kasus DBD.
"Jumlah kasus DBD yang muncul tergolong tinggi karena mencapai 50%. Dari dua kasus yang meninggal satu," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Muhammad Hafidz di sela pencanangan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) di Kelurahan Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan kemarin. Tren jumlah kasus DBD yang muncul cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada 2012 kasus DBD mencapai 14 kasus dan 2013 meningkat menjadi 73 kasus.
"Tahun 2014 jumlahnya kembali meningkat menjadi 83 kasus, meskipun dalam tiga tahun itu tidak ada penderita yang meninggal," tandasnya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi sulitnya pemberantasan penyakit ini. Salah satunya karena kondisi geografis dan cuaca yang mendukung berkembangnya vektor (nyamuk) serta tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.
"Selain itu, faktor lainnya adalah belum optimalnya langkah pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup dan mengubur sebagai upaya prioritas pemberantasan DBD baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah," ujar Hafidz. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan langkah PSN tersebut ditunjukkan dengan masih rendahnya angka bebas jentik (ABJ).
Di lingkungan masyarakat ABJ mencapai 86%, sedangkan di lingkungan pendidikan kurang dari 70%. "Seharusnya angka bebas jentik bisa di atas 95%," ucapnya. Seiring masih kurang optimalnya langkah PSN, Hafidz menegaskan upaya untuk menekan jumlah kasus DBD terus dilakukan pihaknya baik yang bersifat preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif di masyarakat.
Upaya preventif salah satunya dengan mengubah pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa fogging merupakan langkah utama pemberantasan DBD. Padahal langkah yang utama dan efektif adalah dengan PSN. "Kita juga galakkan Gertak PSN ini di kelurahan-kelurahan, terutama di Kelurahan Kejambon dan Slerok karena kasusnya merupakan yang tertinggi di bandingkan kelurahan lain. Diharapkan pada tahun ini jumlah kasus DBD menurun dari tahuntahun sebelumnya," tandasnya.
Kabid Promkes Dinas Kesehatan Kota Tegal Endah Pratiwi menambahkan, program Gertak PSN dilakukan dengan menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat tentang keefektifan dan pentingnya langkah PSN yakni menguras, menutup, dan mengubur (3 M).
"Upaya Gertak PSN ini kita lakukan secara berkesinambungan dan rutin setiap satu pekan sekali dan dilakukan secara serentak dan bersama-sama oleh masyarakat," kastanya kemarin.
Farid firdaus
(ars)