Tak Dikelola, Becak Wisata Sia-sia
A
A
A
SEMARANG - Program becak wisata di Kota Semarang sia-sia. Sekitar seratus becak dari hibah Kementerian Sosial dan Bank Jateng pada 2013 kini tidak terurus. Bahkan tak sedikit yang dijual murah oleh penerimanya.
Pantauan KORAN SINDO di berbagai lokasi, becak wisata tersebut jarang terlihat berseliweran di Kota Semarang. Juga di Semarang Utara yang merupakan wilayah dibagikannya hibah saat itu, hanya terlihat satu dua becak wisata yang melintas di jalanan.
“Dulu memang Semarang Utara ini yang mendapatkan bantuan becak dari Pak Bibit Waluyo. Namun sekarang sudah banyak becak yang rusak atau diperjualbelikan,” kata salah satu penerima becak wisata yang enggan disebutkan namanya kemarin. Menurut pria paruh baya itu, tak sedikit becak wisata hasil pemberian Bibit Waluyo itu dijual oleh para penerimanya.
Untuk satu becak, biasanya dijual Rp450.000 hingga Rp500.000. “Bahkan ketua kelompok saya juga menjual becaknya. Ada pula yang dirongsokkan karena sudah rusak,” ungkapnya. Hal senada dikatakan Suratmin, 54, salah satu pengayuh becak wisata di kawasan Gajahmada Semarang. Menurutnya, becak yang saat ini dimilikinya itu adalah hasil membeli dari seseorang.
“Saya beli Rp500.000. Sudah sekitar tiga bulan ini saya membawa becak ini, sebelumnya saya sewa milik teman,” ujarnya. Sekadar diketahui, pada 2013 mantan Gubernur Jateng Bibit Waluyo memberikan hibah becak wisata kepada warga Semarang Utara. Saat itu Bibit memberikan 100 becak wisata untuk sepuluh kelompok usaha bersama di Gedung Olahraga (GOR) Satria Kota Semarang yang dihadiri sejumlah pihak terkait.
Selain itu, sebanyak 200 paket perlengkapan seperti jas hujan, sepatu, caping, dan kaos bertuliskan Semarang Setara juga diberikan. Becak seharga Rp5 juta yang dilengkapi dengan lampu sorot dan lampu hias itu seyogianya digunakan untuk membantu pengembangan wisata. Saat itu becak digadang-gadang akan menjadi transportasi favorit para wisatawan untuk mengelilingi berbagai destinasi wisata di Kota Semarang.
Belum diberdayakannya becak Semarang sebagai pendukung pariwisata sangat disayangkan oleh banyak kalangan. Menurut mereka, becak memiliki potensi yang sangat bagus jika dikembangkan secara serius untuk menunjang pariwisata Kota Semarang.
“Di berbagai daerah sudah banyak yang sukses mengembangkan dan mengelola secara baik moda transportasi tradisional untuk mendukung pengembangan pariwisatanya seperti bentor di Aceh, bendi atau andong di Yogya, dan banyak lagi,” kata Benk Mintosih, salah satu pegiat pariwisata Kota Semarang. Becak Semarang dapat dijadikan ikon transportasi yang dapat menarik wisatawan. Diperlukan keseriusan untuk mengelolanya jika ingin kehadirannya dapat menunjang sektor pariwisata.
Andika prabowo
Pantauan KORAN SINDO di berbagai lokasi, becak wisata tersebut jarang terlihat berseliweran di Kota Semarang. Juga di Semarang Utara yang merupakan wilayah dibagikannya hibah saat itu, hanya terlihat satu dua becak wisata yang melintas di jalanan.
“Dulu memang Semarang Utara ini yang mendapatkan bantuan becak dari Pak Bibit Waluyo. Namun sekarang sudah banyak becak yang rusak atau diperjualbelikan,” kata salah satu penerima becak wisata yang enggan disebutkan namanya kemarin. Menurut pria paruh baya itu, tak sedikit becak wisata hasil pemberian Bibit Waluyo itu dijual oleh para penerimanya.
Untuk satu becak, biasanya dijual Rp450.000 hingga Rp500.000. “Bahkan ketua kelompok saya juga menjual becaknya. Ada pula yang dirongsokkan karena sudah rusak,” ungkapnya. Hal senada dikatakan Suratmin, 54, salah satu pengayuh becak wisata di kawasan Gajahmada Semarang. Menurutnya, becak yang saat ini dimilikinya itu adalah hasil membeli dari seseorang.
“Saya beli Rp500.000. Sudah sekitar tiga bulan ini saya membawa becak ini, sebelumnya saya sewa milik teman,” ujarnya. Sekadar diketahui, pada 2013 mantan Gubernur Jateng Bibit Waluyo memberikan hibah becak wisata kepada warga Semarang Utara. Saat itu Bibit memberikan 100 becak wisata untuk sepuluh kelompok usaha bersama di Gedung Olahraga (GOR) Satria Kota Semarang yang dihadiri sejumlah pihak terkait.
Selain itu, sebanyak 200 paket perlengkapan seperti jas hujan, sepatu, caping, dan kaos bertuliskan Semarang Setara juga diberikan. Becak seharga Rp5 juta yang dilengkapi dengan lampu sorot dan lampu hias itu seyogianya digunakan untuk membantu pengembangan wisata. Saat itu becak digadang-gadang akan menjadi transportasi favorit para wisatawan untuk mengelilingi berbagai destinasi wisata di Kota Semarang.
Belum diberdayakannya becak Semarang sebagai pendukung pariwisata sangat disayangkan oleh banyak kalangan. Menurut mereka, becak memiliki potensi yang sangat bagus jika dikembangkan secara serius untuk menunjang pariwisata Kota Semarang.
“Di berbagai daerah sudah banyak yang sukses mengembangkan dan mengelola secara baik moda transportasi tradisional untuk mendukung pengembangan pariwisatanya seperti bentor di Aceh, bendi atau andong di Yogya, dan banyak lagi,” kata Benk Mintosih, salah satu pegiat pariwisata Kota Semarang. Becak Semarang dapat dijadikan ikon transportasi yang dapat menarik wisatawan. Diperlukan keseriusan untuk mengelolanya jika ingin kehadirannya dapat menunjang sektor pariwisata.
Andika prabowo
(bbg)