5 Teater UIN Walisongo Gelar Aksi Teatrikal

Selasa, 24 Maret 2015 - 12:14 WIB
5 Teater UIN Walisongo Gelar Aksi Teatrikal
5 Teater UIN Walisongo Gelar Aksi Teatrikal
A A A
SEMARANG - Penolakan rencana pembangunan Trans Studio di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang semakin meluas.

Tak hanya kalangan seniman umum, para pegiat seni kampus di Kota Semarang mulai menyuarakan aksi penolakan itu. Kemarin lima komunitas teater di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, yakni Teater Mimbar, Teater Asa, Teater Wadas, Teater Metafisis, dan Teater Beta meng gelar aksi performance art menolak rencana pembangunan Trans Studio.

Aksi tersebut dilakukan di depan area kampus III UIN Walisongo Semarang, Jalan Prof Dr Hamka Kota Semarang. Dalam aksi tersebut puluhan pegiat seni kampus itu menggelar upacara bendera. Menggunakan beragam pakaian para pekerja seni seperti penari, dalang, reog dan seba gainya, mereka menggelar upacara penolakan pendirian Trans Studio di TBRS.

Upacara itu dipimpin oleh seorang pegiat seni yang berperan sebagai Raden Saleh Sjarif Boestaman, seorang pelukis terkenal Kota Semarang yang namanya digunakan untuk TBRS. Layaknya upacara biasa, runtutan acara dilakukan dengan khidmat, seperti pengibaran bendera dan pembacaan ikrar.

”Kami pegiat seni kampus menjadi bagian dari TBRS. Kami dengan tegas menolak pembangunan Trans Studio di TBRS tanpa syarat karena akan mengancam keberadaan seni budaya di Kota Semarang,” kata Raden Saleh palsu saat membacakan ikrar.

Dalam upacara yang digelar pukul 12.00 WIB tersebut, para seniman kampus mengibarkan bendera putih dalam tiang bambu. Bendera tersebut terbagi dua, yakni bergambarkan TBRS dan tulisan Trans Studio.

Di akhir upa cara, seorang pegiat seni merobek bendera Trans Studio dan menyisakan TBRS. ”Ini bentuk penolakan kami seniman kam pus terkait rencana penggusuran TBRS untuk pembangunan Trans Studio. Sebab, kami merasa bahwa seni dan budaya Kota Semarang selama ini tidak terlepas dari TBRS. TBRS adalah wadah seni budaya yang harus dilestarikan,” kata koordinator aksi, Tufa Tomcat.

Hal senada dikatakan Yazid Mubarok, Lurah Teater Metafisis. Menurut Yazid, aksi yang dilakukan di lingkungan kam pus tersebut juga ditujukan untuk menyadarkan kalangan maha siswa yang studi di Kota Semarang untuk ikut mengkritisi rencana pembangunan Trans Studio di TBRS.

Sebab, selama ini, mahasiswa masih belum terlihat aksi. ”Selama ini mahasiswa masih tertidur dan tidak melakukan apapun. Jangan salah, penggusuran TBRS itu tidak hanya merugikan senian di Kota Semarang, namun semua masyarakat akan merugi dengan rencana ini,” tandasnya.

Aksi performance art yang berdurasi sekitar satu jam itu berhasil menarik perhatian puluhan pengendara, mahasiswa, dan masyarakat yang melintas. Tak jarang di antara mereka ada yang mengabadikan momen itu dengan kamera masing-masing.

Andika prabowo
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4784 seconds (0.1#10.140)