Mahasiswa Ditantang Rancang Game Edukatif
A
A
A
KUDUS - Pangsa pasar game yang sangat besar harus dimanfaatkan perguruan tinggi di Indonesia dengan menciptakan permainan edukatif.
Pasalnya, selama ini, aplikasi game yang dimainkan mayoritas pemakaian smartphone maupun komputer adalah karya developer luar negeri. Hal ini mengemuka saat seminar nasional bertajuk Education Game for Future Education of Indonesia yang digelar di auditorium Kampus Universitas Muria Kudus, kemarin.
Hadir dalam kegiatan tersebut praktisi pembuat game, dosen, serta mahasiswa Teknik Informatika (TI) dari sejumlah perguruan tinggi. Chief Marketing Officer (CMO) dan Lead Game Designer PT Nightspade, Garibaldy Wibowo Mukti mengatakan, saat ini game tidak lagi sekedar hiburan semata.
Sebaliknya, permainan bisa dimaksimalkan sebagai salah satu sarana untuk transfer ilmu pengetahuan. Karena itu, hal ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk menggarap sektor tersebut sekaligus menetralisasi maraknya game yang cenderung memicu efek buruk bagi anak-anak.
“Game itu hanyalah alat. Jadi, manfaat atau tidaknya, tergantung siapa pemakainya. Ibarat pisau, jika digunakan chef profesional, maka menjadi alat menghasilkan makanan yang lezat. Tetapi, jika dipegang penjahat maka ceritanya lain lagi,” kata Garibaldi kemarin. Saat ini sudah ada sejumlah game yang memenuhi kriteria edukatif. Beberapa di antaranya seperti Worms, SimCity, Trauma Center, Second Opinion, Besiege, dan Countastic .
“Kehidupan adalah sebuah game yang memiliki misi, tujuan, dan lain sebagainya. Ini bisa jadi bahan inspirasi untuk membuat permainan edukatif,” ungkapnya. Garibaldy menambahkan, agar game memiliki nilai edukatif maka konsepnya harus dirancang secara matang. Pematangan konsep tersebut menjadi tantangan para developer game utamanya dari kalangan mahasiswa teknik informatika.
Dekan Fakultas Teknik UMK Rochmat Winarso menerangkan, pihaknya terus mendorong mahasiswa dan dosen di UMK agar tergerak mengembangkan game-game edukatif. Pasalnya, selain bermanfaat bagi dunia pendidikan, juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. “Game ini sangat menarik, tetapi butuh ketekunan dan kreativitas tinggi untuk membuatnya,” ucapnya.
Ketua Prodi TI Fakultas Teknik UMK Ahmad Jazuli menambahkan, dalam membuat permainan edukatif, sistem yang dibangun harus menarik, mendidik, dan bisa diterima masyarakat. Hal ini penting untuk meningkatkan kreativitas anak-anak Indonesia.
“Manfaatnya bagi pembuat game edukatif juga ada karena bisa mendatangkan pendapatan dalam jumlah besar,” ujarnya.
Muhammad oliez
Pasalnya, selama ini, aplikasi game yang dimainkan mayoritas pemakaian smartphone maupun komputer adalah karya developer luar negeri. Hal ini mengemuka saat seminar nasional bertajuk Education Game for Future Education of Indonesia yang digelar di auditorium Kampus Universitas Muria Kudus, kemarin.
Hadir dalam kegiatan tersebut praktisi pembuat game, dosen, serta mahasiswa Teknik Informatika (TI) dari sejumlah perguruan tinggi. Chief Marketing Officer (CMO) dan Lead Game Designer PT Nightspade, Garibaldy Wibowo Mukti mengatakan, saat ini game tidak lagi sekedar hiburan semata.
Sebaliknya, permainan bisa dimaksimalkan sebagai salah satu sarana untuk transfer ilmu pengetahuan. Karena itu, hal ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk menggarap sektor tersebut sekaligus menetralisasi maraknya game yang cenderung memicu efek buruk bagi anak-anak.
“Game itu hanyalah alat. Jadi, manfaat atau tidaknya, tergantung siapa pemakainya. Ibarat pisau, jika digunakan chef profesional, maka menjadi alat menghasilkan makanan yang lezat. Tetapi, jika dipegang penjahat maka ceritanya lain lagi,” kata Garibaldi kemarin. Saat ini sudah ada sejumlah game yang memenuhi kriteria edukatif. Beberapa di antaranya seperti Worms, SimCity, Trauma Center, Second Opinion, Besiege, dan Countastic .
“Kehidupan adalah sebuah game yang memiliki misi, tujuan, dan lain sebagainya. Ini bisa jadi bahan inspirasi untuk membuat permainan edukatif,” ungkapnya. Garibaldy menambahkan, agar game memiliki nilai edukatif maka konsepnya harus dirancang secara matang. Pematangan konsep tersebut menjadi tantangan para developer game utamanya dari kalangan mahasiswa teknik informatika.
Dekan Fakultas Teknik UMK Rochmat Winarso menerangkan, pihaknya terus mendorong mahasiswa dan dosen di UMK agar tergerak mengembangkan game-game edukatif. Pasalnya, selain bermanfaat bagi dunia pendidikan, juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. “Game ini sangat menarik, tetapi butuh ketekunan dan kreativitas tinggi untuk membuatnya,” ucapnya.
Ketua Prodi TI Fakultas Teknik UMK Ahmad Jazuli menambahkan, dalam membuat permainan edukatif, sistem yang dibangun harus menarik, mendidik, dan bisa diterima masyarakat. Hal ini penting untuk meningkatkan kreativitas anak-anak Indonesia.
“Manfaatnya bagi pembuat game edukatif juga ada karena bisa mendatangkan pendapatan dalam jumlah besar,” ujarnya.
Muhammad oliez
(ftr)