Resort Masih Menjanjikan, tapi Terkendala Infrastruktur

Selasa, 24 Maret 2015 - 11:13 WIB
Resort Masih Menjanjikan,...
Resort Masih Menjanjikan, tapi Terkendala Infrastruktur
A A A
KENDATI potensi wisata alam di Jawa Barat melimpah baik dari pegunungan, laut, hingga air terjun, namun berbagai objek wisata tersebut rupanya belum terkelola dengan optimal karena persoalan infrastruktur jalan.

Begitu juga perkembangan bisnis properti untuk lini resort di sejumlah objek wisata yang ada di Jabar. Akses jalan dan infrastruktur yang belum menunjang setidaknya menjadi alasan pihak pengembang atau investor untuk membangun resort di sejumlah kawasan wisata. Menurut pengamat properti Bandung Yana Mulyana, akses infrastruktur di sejumlah daerah masih menjadi pertimbangan utama pihak investor.

Untuk itu dirinya berharap adanya stimulan dari pemerintah provinsi. “Soal potensi wisata Jabar tentu tak kalah saing, misal saja di Garut Selatan. Tapi kalo infrastrukturnya tidak dibenahi, tentu tidak mungkin bisa menarik perhatian para wisatawan,” ujar Yana. Untuk meningkatkan nilai jual potensi wisata di Jabar, Bali setidaknya bisa menjadi model pembelajaran dari pengelolaan alam hingga penyedian berbagai akses.

Sehingga berbagai resort yang ada di kawasan itu bisa menarik perhatian wisatawan dari berbagai negara. “Bali meski wilayahnya kecil, akses infrastruktur untuk kawasan wisata sangat berkembang. Selain itu potensi wisatanya juga luar biasa,” ujarnya. Bisnis properti resort yang berkembang di sejumlah titik di Jawa Barat, menurutnya tak lepas dari kondisi infrastruktur yang mendukung.

Misal saja sejumlah resort yang ada kawasan Wisata Cipanas, Garut dan Ciater, Kabupaten Subang. “Meski pengembangan bisnis resort berkembang di titik-titik tertentu. Namun ke depannya tentu akan mengalami kejenuhan juga,” ujarnya. Konsep resort yang memiliki daya jual di Jabar sendiri, menurutnya, adalah yang memadukan berbagai fasilitas wisata baik kuliner maupun rekreasi lainnya.

Sehingga produk unggulan yang ditawarkan bisa menstimulus fasilitas wisata lainnya. Minat pihak investor dalam bisnis resort sendiri selalu ada dan terbuka. Pasalnya selain membutuhkan perluasan bidang bisnis, investasi dalam usaha ini masih dinilai prospektif dalam jangka panjang. “Asal akses menuju kawasan wisata dibenahi, industri wisata disana tentu akan berkembang,” ucapnya.

Selain perbaikan infrastruktur, sejumlah insentif pemerintah daerah juga diperlukan untuk menumbuhkan bisnis resort. Seperti insentif pajak dan perizinan. “Perbaikan akses atau infrastruktur tetap harus jadi prioritas. Yang lainnya seperti insentif pajak dan izin tentu mengikuti,” ujarnya.

Pendapat senada juga disampaikan Budi Faisal, dosen arsitektur dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P2 PAR) ITB. Menurutnya, potensi wisata yang diikuti bisnis resort di Jabar masih cukup besar. Selain memiliki destinasi khas alamnya, kekayaan budaya Sunda menjadi bagian wisata yang memiliki nilai jual tinggi.

Meski demikian, Budi menilai persoalan akses dan infrastruktur di sejumlah titik masih saja menjadi kendala. Misal saja akses bandara untuk menarik wisatawan mancanegara. “Kita ketahui sendiri infrastruktur di kawasan wisata Jabar masih sangat lemah. Apalagi kalau mau menyisir wisatawan mancanegara yang mengandalkan akses pesawat. Mudah-mudahan saja bandara baru di Majalengka bisa terwujud. Jalan-jalan juga masih buruk, sehingga curug-curug sangat sulit dikunjungi,” ujarnya.

Untuk mengembangkan potensi wisata tersebut, menurutnya, memerlukan kebijakan kepariwisataan menyeluruh baik dari pemerintah maupun pihak terkait lainnya, seperti industri pariwisata dan asosiasi lainnya yang berhubungan.

“Indikator keberhasilan tersebut dapat terlihat manakala pengembangan kawasan wisata bermanfaat bagi masyarakat sekitar serta budaya dan nilai kearifan wilayah itu tetap terpelihara,” tambahnya.

Heru muthahari
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8515 seconds (0.1#10.140)