Ngelawak hingga Subuh, Jajakan VCD dari Pagi Buta

Kamis, 19 Maret 2015 - 11:15 WIB
Ngelawak hingga Subuh,...
Ngelawak hingga Subuh, Jajakan VCD dari Pagi Buta
A A A
PALEMBANG - Di balik lapak yang sederhana di Pasar Cinde Palembang, ada seorang kakek tua dengan keriput yang sudah menghiasi wajahnya, mengenakan topi vet ala seniman, terlihat penuh harap orang yang lalu lalang singgah di lapaknya.

Di lapak ukuran sekitar 2x1 meter, kakek tua tadi tersenyum sembari menyusun dagangannya, kepingan VCD mulai dari musik, film, pengajian dan ceramah. Kakek tua tersebut ialah Ki Agus Abdul Wahab alias Wak Pet, seorang seniman panggung Dul Muluk yang sudah banyak dikenal orang Sumsel khususnya Palembang. Menilik sejarah sebagai pemain Dul Muluk, Wak Pet rupanya sudah sejak tahun 1985 berjualan berbagai jenis kaset yang sudah dipakai sejak zaman itu, yang menggunakan gulungan, dan sekarang menjadi jenis kepingan kecil.

Wak Pet menguraikan, dari pertama kali ia berada di Jalan Karet kawasan Pasar Cinde yang dulunya ramai karena ada Bioskop Mawar, lapak-lapak pedagang di sana dulu tidak seperti sekarang. Banyak perubahan terjadi yang sebelumnya, tidak terlalu padat bangunan, dan sekarang untuk lalu lalang pengunjung saja sangat susah. Pemain senior Dul Muluk ini lahir di Palembang, 16 September 1943 di kawasan 14 Ulu. Nama Wak Pet sendiri mulai melekat semenjak dirinya aktif bermain seni Dul Muluk dengan nama panggung Wak Pet.

Sampai sekarang orang tetap mengenal dan menyapanya Wak Pet. Panggung Dul Muluk dan Wak Pet sudah tidak bisa dipisahkan karena dari kecil Wak Pet sudah menyukai seni drama di sekolahnya waktu itu. Di era 70-an, cerita Wak Pet, itu adalah tahun jaya-jayanya Wak Pet dan anggotanya menggeluti seni Dul Muluk yang kemudian dirinya banyak dikenal masyarakat Sumsel.

Namun miris memang dengan keadaan Wak Pet kini, meskipun dirinya sudah sejak dulu menjual kepingan kaset VCD dan bermain Dul Muluk, rasanya orang tak akan mengira kalau dirinya adalah artis lokal yang biasa menghibur penonton harus berjuang bertahan hidup dari berjualan kepingan VCD. “Sehari-hari memang jualan kaset di sini, tetapi bermain Dul Muluk tetap berjalan. Sekarang manggungnya seminggu sekali, jadi berjualan di sini untuk menambah kebutuhan hidup sehari-hari juga. Seandainya saya malam lagi mengisi acara, nah besok paginya saya istirahat karena ngantuk. Pasalnya, kalau kita main Dul Muluk dari habis Isya hingga jelang subuh baru berhenti,” ucap kakek yang sudah memiliki 17 cucu ini.

Bapak dari 10 anak ini melanjutkan kisahnya, sejak pagi buta dirinya sudah bergegas menuju pasar untuk membuka lapaknya seorang diri. Sampai sore hari, Wak Pet tetap sabar menjajakan kepingan-kepingan VCD. Dari harga yang beragam, mulai dari Rp5.000 untuk kaset yang isinya satu tema, Rp6.000 untuk kaset yang berisikan 4 film atau musik, dan paling tinggi harganya hanya Rp8.000 yang berisikan 6 film atau musik di dalamnya.

“Pendapatan dari jualan kaset seharinya tidak menentu, biasanya per hari memperoleh paling banyak Rp70-80.000 itu pun kalau yang beli banyak, tetapi kadang juga memperoleh Rp50.000 saja. Tetapi, ada juga kadang mendapatkan perolehan banyak di saat hari-hari libur, terus banyak musik-musik baru yang keluar. Nah, di sanalah sedikit beruntung karena yang beli lumayan banyak dan bisa mendapatkan uang hingga Rp200.000,” urainya.

Wak Pet melanjutkan, ia dan teman-teman satu panggungnya memiliki kesibukan beragam jikalau sedang tidak manggung. Seperti, ada yang jadi tukang becak, kuli bangunan, tukang ojek, pegawai negeri sipil dan ada juga yang tidak bekerja sama sekali.

CR1
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1261 seconds (0.1#10.140)