Komplotan Begal Ingusan Digulung

Selasa, 17 Maret 2015 - 13:35 WIB
Komplotan Begal Ingusan Digulung
Komplotan Begal Ingusan Digulung
A A A
SEMARANG - Tim gabungan dari Polsek Pedurungan dan Polrestabes Semarang berhasil membekuk komplotan begal jalanan di Kota ATLAS. Dari 10 orang yang ditangkap, sebagian besar di antaranya anak-anak di bawah umur, bahkan masih berstatus pelajar.

Meski begitu, komplotan begal ini tak segan-segan membacok korbannya. Anggota komplotan begal yang ditangkap adalah TP,17; F,16; MAS,18; MUN,15; DW,16; HAR,16; SN;17; RH,14; AR; 17; dan AS;17. Semua tersangka adalah warga Kecamatan Mranggen, Demak, kecuali AS, yang merupakan warga Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Hasil penyidikan sementara polisi, komplotan begal ini telah beraksi di 16 Tempat Kejadian Perkara (TKP) mulai dari Kabupaten Demak hingga Kota Semarang. Aksi terakhirnya pada Minggu (15/3) sekitar pukul 01.00 WIB. Korban berinsial NH,18, warga Pedurungan, Kota Semarang dibacok anggota komplotan ini tiga kali di kepala dan jari tangan. Akibatnya korban harus mendapat 25 jahitan.

Tempat pembegalan di jalan depan Musala Kyai Morang Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Mereka menyerang korban hanya untuk merampas sebuah telepon seluler (ponsel). “Saat berkendara motor, korbannya langsung dibacok tanpa basabasi. Jadi tidak menghentikan dulu seperti modus-modus yang sudah pernah terungkap.

Para pelaku ini berboncengan pakai 4 motor, ada satu yang masih buron,” kata Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono di Mapolrestabes Semarang, kemarin. Berbekal informasi dari korban, tim langsung bergerak cepat dan berhasil menangkap para pelaku. Sebelum beraksi, ternyata para ABG ini pesta miras jenis ciu di rumah pelaku AR.

Kemudian mereka bersamasama keluar mencari korban. Sebelum membacok NH, kelompok begal ingusan ini juga sudah mengeroyok korban lain di daerah Horison Demak, memeras di Jembatan Layang Genuk Semarang dan membeli bensin di SPBU Jalan Wolter Monginsidi Semarang. Tak berhenti sampai di situ, komplotan begal ini kembali berulah di daerah Perumahan Klipang Tembalang.

Dua orang tak dikenal dipukuli tanpa sebab. Bahkan aksi ini berlanjut di sekitar Jembatan Penggaron, dua orang tak dikenal juga dipukuli bahkan motor korban dirusak dengan senjata tajam. “Satu malam sampai 4 TKP. Penyidikan sementara, mereka ini sudah beraksi di 16 TKP,” ungkap Kapolrestabes.

Hiburan

Pengakuan mengejutkan datang dari salah satu tersangka, AS, yang diketahui paling sadis. AS memukul kepala NH dengan gir sepeda onthel yang diikatkan pada sabuk. “Saya ikut (begal), cuma untuk cari hiburan saja kok,” kataAS dengan wajah tertutup sebo saat ditanya wartawan di Mapolrestabes Semarang. Para pembawa sajam lainnya adalah SN yang membacok korban menggunakan celurit ke punggung.

Lalu RH, dia membacok korban dengan parang pendek ke tangan kiri korban, dan AR yang membacok korban dengan parang panjang ke kepala NH. “Mereka ini pelaku pencurian dengan kekerasan alias begal. Kami jerat Pasal 365 KUHP, ancaman hukumannya bisa 12 tahun penjara. Mereka semua ditahan,” kata Djihartono.

Empat motor, aneka senjata tajam dan sebuah ponsel dijadikan barang bukti aksi sadis para tersangka ini. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang AKBP Sugiarto juga tampak terkejut dengan kasus ini. Sebab, aksi para pelaku yang tergolong sadis ini ternyata hanya berniat mengambil handphone, uang bahkan meminta rokok. Motor korban rata-rata dirusak dengan sajam, tak dirampas.

“Ini perlu peran orang tua untuk pengawasan anak-anaknya. Lingkungan itu penting (membawa pengaruh),” ujarnya. Dihubungi terpisah, psikolog Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Hastaning Sakti menyebut fenomena anak-anak muda melakukan tindak kriminal bisa terjadi karena faktor lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah. Hasta, sapaan akrabnya, menganalisa fenomena ini bukanlah sesuatu yang baru, tapi berpola.

Dia menyebut pada 2000-an, munculfenomenageng motor hingga geng Nero di Pati. “Saya melihatnya ini sebuah siklus. Pada tahun 1980 pendidikan budi pekerti di SMP dan SMA dihapus. Efeknya sampai sekarang ini, walau pun ada kurikulum baru di 2006, dan 2013 kurikulum baru lagi. Sekarang diganti istilahnya pendidikan karakter, tetapi perlu diingat kita sudah kehilangan 2 generasi. Jadi sistem pendidikan sangat berpengaruh,” katanya.

Eka setiawan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6568 seconds (0.1#10.140)