Warga Mulai Mengungsi
A
A
A
PALEMBANG - Hujan yang mengguyur Kota Palembang selama hampir enam jam, kemarin mengakibatkan sejumlah pemukiman yang sebelumnya jarang terendam banjir terkena dampaknya.
“Parah dek, mirip danau tadi pagi (kemarin). Kasihan warga yang posisi rumahnya rendah. Ada sebagian yang sudah keluar rumah dan ngungsi ke rumah tetangga. Ada juga yang pergi ke rumah keluarga terdekat,” ungkap Ketua RT12/RW05, Yusuf di kawasan Pipa Reja, Kelurahan 8 Ilir, Palembang, kemarin.
Ketinggian air, kata dia, di atas dengkul orang dewasa. Menurutnya, banjir kali ini mengakibatkan kerugian materil karena banyak perabot rumah tangga milik warga terendam seperti kasur dan kursi tidak bisa diselamatkan karena banjir datang sangat cepat. “Tere dam galo, dek. Airnyo memang tinggi nian, perabot terendam,” ujarnya. Pilihan untuk mengungsi juga terlihat di kawasan Seduduk Putih 1, Kelurahan 8 Ilir. Di RT52/RW7, ketinggian air juga mencapai lutut orang dewasa.
“Iya, kali ini (kemarin) kami juga kebanjiran. Ini seperti 10 tahun lalu. Hampir 100 warga kebanjiran di sini. Sebelumnya, kawasan ini terhindar dari banjir, tetapi kali ini tidak luput mengalami banjir,” ungkap Iskandar, warga setempat. Menurutnya, banjir di Kota Palembang disebabkan hilangnya sejumlah kawasan serapan air. Selain itu, beberapa waduk tidak berfungsi sebagai wilayah serapan air. Misalnya, waduk seduduk putih yang saat ini malah meluap melebih tinggi rata-rata pemukiman di kawasan tersebut.
“Banyak pembangunan yang menghilangkan aspek serapan air. Jadinya, air tidak terserap dan banjir di pemukiman. Padahal, semakin maju kota harusnya permasalahan banjir bisa ditangani,” ungkap mantan pegawai di Dinas Pekerjaan Umum ini. Ketua RT7, Jalan Rawajaya, belakang Kampus UIN Raden Fatah, Palembang, Muhammad Saidin mengatakan, banjir kali ini termasuk parah dengan ketinggian air hampir sepinggul orang dewasa.
Kondisi ini, kata dia, sama seperti tahun 2003 lalu.“Banjir bukan karena kita tidak ada selokan atau tumpukan sampah. Ini karena air Musi pasang dan hujan deras seharian,” ujarnya, kemarin. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air (PUBMPSDA) Kota Palembang, Darma Budhy mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim untuk mengecek drainase atau saluran air apakah ada yang tersumbat.
“Banyak sekali titik banjir dengan kedalaman bervariasi. Dan penyebabnya juga banyak. Kami lihat memang masih ada saluran air tersumbat seperti di Jalan R Sukamto, Kol Barlian, Soekarno Hatta dan lainnya,” jelas Budhy kepada KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin. Dia menuturkan, banjir juga diperparah dengan naiknya debit air Sungai Musi akibat hujan turun dari hulu sungai seperti dari Kabupaten Musi Rawas-Musi Banyuasin-Banyuasin dan mengalir ke Kota Palembang. Dengan begitu warga yang berada di pinggiran sungai musi dan anak sungai mengalami banjir karena luap an air.
“Belum lagi kolam retensi yang ada tidak dapat menampung curah hujan tinggi sehingga meluap juga. Seperti di kolam retensi Simpang Polda, Jalan Mayor Ruslan dan lainnya,” tuturnya. Budhy menambahkan, keberadaan tujuh unit pompa di Kota Palembang belum mampu mempercepatan genangan air. Terlebih, tidak semua unit pompa berfungsi baik sebab matinya aliran listrik PLN. Seperti yang terjadi di Simpang Kapt A Rivai, sejak pagi kemarin listrik mati sehingga pompa tidak dapat berfungsi.
“Pompa kami tidak jalan karena listrik mati. Baru siang hari (kemarin) sekitar pukul 14.00 WIB hidup kembali,” ujarnya. Dengan kompleksitas persoalan banjir di Palembang, jelas Budhy, pihaknya sedikit kesulitan. Namun demikian, pihaknya terus berupaya meminimalisir banjir. “Kami terus menjalin koordinasi dengan sejumlah pihak termasuk juga sedang persiapan untuk pembangunan rumah pompa di muara Sungai Bendung (Jalan Ali Gathmir). Juga tambahan dua unit pompa dengan kapasitas 1.000 liter per detik di sungai Baung dan kolam retensi IBA,” pungkasnya.
Kasi Informasi dan Observasi Badan Meteorlogi, Klimatologi dan Geofisikan SMB II Palembang, Agus Susanto mengatakan, kemarin memang terjadi intensitas hujan yang tinggi, berkisar antara 50 mm/hari dan lebih. Sementara, satu hari sebelumnya intensitas hujan kurang dari katagori lebat. Dia mengatakan, dalam kurun waktu beberapa hari kedepan, masih akan terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi.
“Karena itu, warga waspada. Meski hujan akan seperti sama seperti hari ini. Sedangkan mengenai kondisi pasang, saya belum update,” ujarnya kemarin. Sementara itu, Ketua DPRD Kota Palembang, Darmawan berharap persoalan banjir dan macet di Kota Palembang disikapi secara serius oleh pemkot dan dicarikan solusinya. Darmawan juga mengajak semua pihak siaga banjir. “Dari hal terkecil, masyarakat dan kita semua harus menjaga kebersihan lingkungan dengan rutin membersihkan saluran air di rumah-rumah agar tidak mampet. Jangan ada saluran air yang tersumbat,” ujarnya.
Tasmalinda/ sierra syailendra/ yulia savitri
“Parah dek, mirip danau tadi pagi (kemarin). Kasihan warga yang posisi rumahnya rendah. Ada sebagian yang sudah keluar rumah dan ngungsi ke rumah tetangga. Ada juga yang pergi ke rumah keluarga terdekat,” ungkap Ketua RT12/RW05, Yusuf di kawasan Pipa Reja, Kelurahan 8 Ilir, Palembang, kemarin.
Ketinggian air, kata dia, di atas dengkul orang dewasa. Menurutnya, banjir kali ini mengakibatkan kerugian materil karena banyak perabot rumah tangga milik warga terendam seperti kasur dan kursi tidak bisa diselamatkan karena banjir datang sangat cepat. “Tere dam galo, dek. Airnyo memang tinggi nian, perabot terendam,” ujarnya. Pilihan untuk mengungsi juga terlihat di kawasan Seduduk Putih 1, Kelurahan 8 Ilir. Di RT52/RW7, ketinggian air juga mencapai lutut orang dewasa.
“Iya, kali ini (kemarin) kami juga kebanjiran. Ini seperti 10 tahun lalu. Hampir 100 warga kebanjiran di sini. Sebelumnya, kawasan ini terhindar dari banjir, tetapi kali ini tidak luput mengalami banjir,” ungkap Iskandar, warga setempat. Menurutnya, banjir di Kota Palembang disebabkan hilangnya sejumlah kawasan serapan air. Selain itu, beberapa waduk tidak berfungsi sebagai wilayah serapan air. Misalnya, waduk seduduk putih yang saat ini malah meluap melebih tinggi rata-rata pemukiman di kawasan tersebut.
“Banyak pembangunan yang menghilangkan aspek serapan air. Jadinya, air tidak terserap dan banjir di pemukiman. Padahal, semakin maju kota harusnya permasalahan banjir bisa ditangani,” ungkap mantan pegawai di Dinas Pekerjaan Umum ini. Ketua RT7, Jalan Rawajaya, belakang Kampus UIN Raden Fatah, Palembang, Muhammad Saidin mengatakan, banjir kali ini termasuk parah dengan ketinggian air hampir sepinggul orang dewasa.
Kondisi ini, kata dia, sama seperti tahun 2003 lalu.“Banjir bukan karena kita tidak ada selokan atau tumpukan sampah. Ini karena air Musi pasang dan hujan deras seharian,” ujarnya, kemarin. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air (PUBMPSDA) Kota Palembang, Darma Budhy mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim untuk mengecek drainase atau saluran air apakah ada yang tersumbat.
“Banyak sekali titik banjir dengan kedalaman bervariasi. Dan penyebabnya juga banyak. Kami lihat memang masih ada saluran air tersumbat seperti di Jalan R Sukamto, Kol Barlian, Soekarno Hatta dan lainnya,” jelas Budhy kepada KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin. Dia menuturkan, banjir juga diperparah dengan naiknya debit air Sungai Musi akibat hujan turun dari hulu sungai seperti dari Kabupaten Musi Rawas-Musi Banyuasin-Banyuasin dan mengalir ke Kota Palembang. Dengan begitu warga yang berada di pinggiran sungai musi dan anak sungai mengalami banjir karena luap an air.
“Belum lagi kolam retensi yang ada tidak dapat menampung curah hujan tinggi sehingga meluap juga. Seperti di kolam retensi Simpang Polda, Jalan Mayor Ruslan dan lainnya,” tuturnya. Budhy menambahkan, keberadaan tujuh unit pompa di Kota Palembang belum mampu mempercepatan genangan air. Terlebih, tidak semua unit pompa berfungsi baik sebab matinya aliran listrik PLN. Seperti yang terjadi di Simpang Kapt A Rivai, sejak pagi kemarin listrik mati sehingga pompa tidak dapat berfungsi.
“Pompa kami tidak jalan karena listrik mati. Baru siang hari (kemarin) sekitar pukul 14.00 WIB hidup kembali,” ujarnya. Dengan kompleksitas persoalan banjir di Palembang, jelas Budhy, pihaknya sedikit kesulitan. Namun demikian, pihaknya terus berupaya meminimalisir banjir. “Kami terus menjalin koordinasi dengan sejumlah pihak termasuk juga sedang persiapan untuk pembangunan rumah pompa di muara Sungai Bendung (Jalan Ali Gathmir). Juga tambahan dua unit pompa dengan kapasitas 1.000 liter per detik di sungai Baung dan kolam retensi IBA,” pungkasnya.
Kasi Informasi dan Observasi Badan Meteorlogi, Klimatologi dan Geofisikan SMB II Palembang, Agus Susanto mengatakan, kemarin memang terjadi intensitas hujan yang tinggi, berkisar antara 50 mm/hari dan lebih. Sementara, satu hari sebelumnya intensitas hujan kurang dari katagori lebat. Dia mengatakan, dalam kurun waktu beberapa hari kedepan, masih akan terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi.
“Karena itu, warga waspada. Meski hujan akan seperti sama seperti hari ini. Sedangkan mengenai kondisi pasang, saya belum update,” ujarnya kemarin. Sementara itu, Ketua DPRD Kota Palembang, Darmawan berharap persoalan banjir dan macet di Kota Palembang disikapi secara serius oleh pemkot dan dicarikan solusinya. Darmawan juga mengajak semua pihak siaga banjir. “Dari hal terkecil, masyarakat dan kita semua harus menjaga kebersihan lingkungan dengan rutin membersihkan saluran air di rumah-rumah agar tidak mampet. Jangan ada saluran air yang tersumbat,” ujarnya.
Tasmalinda/ sierra syailendra/ yulia savitri
(bhr)