AS Puji Emansipasi di Indonesia
A
A
A
MEDAN - Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Kristen F Bauer, memuji emansipasi wanita di Indonesia. Bahkan, Indonesia pernah memiliki seorang presiden perempuan.
“Di Amerika belum ada perempuan menjadi presiden. Sedangkan di Indonesia sudah pernah memiliknya,” katanya saat menjadi pembicara Kuliah Umum Pemberdayaan Kaum Perempuan Serta Kekerasan yang Sering Terjadi pada Perempuan di Wisma Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (13/3).
Kuliah umum tersebut merupakan rangkaian kegiatan American Day in Campus yang dipusatkan di Pendopo USU. American Day in Campus juga menggelar berbagai kegiatan seni dan budaya dari kedua negara. Kristen F Bauer mengatakan, berbagai hal yang sebelumnya tidak pernah terlintas untuk dilakukan perempuan, sekarang perempuan bisa menjadi apa saja.
“Saya menjamin jika hal ini semakin baik, maka para perempuan di masa datang akan semakin hebat,” ujarnya. Namun, Kristen mengatakan, kasus kekerasan terhadap wanita di dua negara (Amerika Serikat dan Indonesia) masih tinggi. “Angka kekerasan di dunia tidak terkecuali di Indonesia dan Amerika masih tinggi,” katanya.
Di Amerika Serikat, kata Kristen, kasus kekerasan terhadap wanita semakin berkurang karena pemerintah berhasil memaksimalkan penegakan hukum. Selain itu, perlu banyak melibatkan wanita dalam bidang politik dan ekonomi sehingga bisa memperjuangkan kepentingan kaumnya.
“Kami selalu menghargai perempuan. Amerika selalu memberikan penghargaan kepada para perempuan yang mampu menunjukkan perannya dalam bidang perubahan serta pemberdayaan perempuan di segala bidang,” ujarnya.
Wakil Rektor IV USU, Prof Ningrum Natasya Sirait mengatakan, kontribusi perempuan Indonesia, terutama di bidang pendidikan, ekonomi, dan politik, sudah mulai baik. “Namun, kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi di negeri ini. Payung hukum untuk melindungi perempuan di Indonesia sudah bagus, hanya praktiknya belum berjalan maksimal,” katanya.
Dia menyatakan, permasalahan seputar kekerasan terhadap perempuan merupakan tugas penting ke depan. “Semua pihak harus berkontribusi, terutama kaum perempuan. Kalau perempuan tidak berbuat, jangan harap laki-laki akan melakukannya lebih baik,” kata Ningrum.
Syukri amal
“Di Amerika belum ada perempuan menjadi presiden. Sedangkan di Indonesia sudah pernah memiliknya,” katanya saat menjadi pembicara Kuliah Umum Pemberdayaan Kaum Perempuan Serta Kekerasan yang Sering Terjadi pada Perempuan di Wisma Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (13/3).
Kuliah umum tersebut merupakan rangkaian kegiatan American Day in Campus yang dipusatkan di Pendopo USU. American Day in Campus juga menggelar berbagai kegiatan seni dan budaya dari kedua negara. Kristen F Bauer mengatakan, berbagai hal yang sebelumnya tidak pernah terlintas untuk dilakukan perempuan, sekarang perempuan bisa menjadi apa saja.
“Saya menjamin jika hal ini semakin baik, maka para perempuan di masa datang akan semakin hebat,” ujarnya. Namun, Kristen mengatakan, kasus kekerasan terhadap wanita di dua negara (Amerika Serikat dan Indonesia) masih tinggi. “Angka kekerasan di dunia tidak terkecuali di Indonesia dan Amerika masih tinggi,” katanya.
Di Amerika Serikat, kata Kristen, kasus kekerasan terhadap wanita semakin berkurang karena pemerintah berhasil memaksimalkan penegakan hukum. Selain itu, perlu banyak melibatkan wanita dalam bidang politik dan ekonomi sehingga bisa memperjuangkan kepentingan kaumnya.
“Kami selalu menghargai perempuan. Amerika selalu memberikan penghargaan kepada para perempuan yang mampu menunjukkan perannya dalam bidang perubahan serta pemberdayaan perempuan di segala bidang,” ujarnya.
Wakil Rektor IV USU, Prof Ningrum Natasya Sirait mengatakan, kontribusi perempuan Indonesia, terutama di bidang pendidikan, ekonomi, dan politik, sudah mulai baik. “Namun, kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi di negeri ini. Payung hukum untuk melindungi perempuan di Indonesia sudah bagus, hanya praktiknya belum berjalan maksimal,” katanya.
Dia menyatakan, permasalahan seputar kekerasan terhadap perempuan merupakan tugas penting ke depan. “Semua pihak harus berkontribusi, terutama kaum perempuan. Kalau perempuan tidak berbuat, jangan harap laki-laki akan melakukannya lebih baik,” kata Ningrum.
Syukri amal
(ftr)