3.000 Warga Sumut Rutin Cuci Darah

Jum'at, 13 Maret 2015 - 09:55 WIB
3.000 Warga Sumut Rutin Cuci Darah
3.000 Warga Sumut Rutin Cuci Darah
A A A
MEDAN - Perkembangan penderita penyakit gagal ginjal di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Jika pada 2007 ada sekitar 70.000 orang yang menderita gagal ginjal, pada 2012 bertambah menjadi sekitar 300.000 orang.

Di Sumatera Utara (Sumut) sendiri, kini ada sekitar 3.000 warga yang harus menjalani pengobatan dialisis atau cuci darah karena gagal ginjal. “Berdasarkan observasi kami, cukup banyak penderita cuci darah di Medan yang berasal dari (akibat) memakan obat antinyeri sendi berlama-lama tanpa nasihat (resep) dokter. Ini harus diwaspadai,” ujar Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Sumut - Aceh, Prof Harun Rasyid, di sela-sela peringatan World Kidney Day atau Hari Ginjal Sedunia di Lapangan Benteng, Medan, kemarin.

Menurut Prof Harun, gagal ginjal sebenarnya dapat dicegah. Rentang waktu seseorang akan mengalami gagal ginjal pun cukup panjang. Sayang, banyak yang tidak peduli ada bahaya yang mengancam, sehingga saat gagal ginjal telah terjadi baru mendapatkan tindakan medis. Prof Harun menyebutkan, penyebab paling banyak gagal ginjal dan harus menjalani terapi cuci darah adalah penderita diabetes, hipertensi, merokok, dan orang yang sembarangan makan obat, terutama memakan obat nyeri sendi secara bebas.

Risiko penyakit akan semakin besar jika memiliki lebih dari satu penyebab. Seperti penderita diabetes yang merokok, hipertensi dan merokok, atau hipertensi dan memakan obat antinyeri sendi terus-menerus. Parahnya, faktor risiko ini sering tanpa sadar dilakukan. Karena itu, agar dapat mengantisipasi atau mengenali lebih dini faktor risiko ini, sebaiknya setiap orang secara teratur memeriksakan diri dengan screening test, yakni pemeriksaan urin lengkap dan pemeriksaan tekanan darah serta gula darah periodik.

“Semua ini dapat dilakukan di puskesmas secara gratis,” katanya. Prof Harun menambahkan, 5-10% penyakit ginjal dimulai dari penyakit akut. Tapi jika ditangani secara benar, penyakit ginjal akut ini bisa disembuhkan. Lain kiranya dengan penyakit ginjal kronik yang sulit disembuhkan karena bersifat progresif. “Artinya, sekali ginjal rusak, akan berlanjut terus,” ucapnya.

Penyakit ginjal kronis ini dapat menyerang semua usia, walaupun risiko makin besar bisa usianya lebih dari 50 tahun. Sebab, semakin tinggi usia, fungsi ginjal semakin tidak baik. Untuk itu, agar dapat menghindari penyakit ginjal sejak dini, disarankan tidak meminum obat penghilang rasa nyeri atau obat lainnya dalam jangka panjang secara rutin tanpa petunjuk dokter, tidak menahan buang air kecil dalam waktu lama, jaga tekanan darah dan gula darah, jaga berat badan agar tetap ideal, hindari alkohol, rokok dan narkoba, berolahraga teratur, dan minum air putih delapan gelas sehari.

Sementara itu, Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, menuturkan, peringatan hari ginjal sedunia ini harus menjadi evaluasi masyarakat untuk dapat meningkatkan kewaspadaan dini terhadap gagal ginjal. Wali kota juga mengharapkan peringatan Hari Ginjal Sedunia ini jangan hanya sekadar seremoni, namun harus ditindaklanjuti di lapangan, baik oleh para dokter maupun relawan- relawan yang bisa menjadi pendekar-pendekar ginjal untuk memberi pencerahan dan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana mengantisipasi bahaya ginjal.

“Sebelum terserang, mari kita jaga ginjal dengan perilaku hidup sehat, salahsatunya berolahraga. Sebab, mencegah lebih baik daripada mengobati,” ujarnya.

Siti amelia
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7590 seconds (0.1#10.140)