Observatorium Nasional Dibangun di NTT

Kamis, 12 Maret 2015 - 11:11 WIB
Observatorium Nasional Dibangun di NTT
Observatorium Nasional Dibangun di NTT
A A A
BANDUNG - Pemerintah Indonesia berencana membangun Observatorium Nasional dengan anggaran sekitar Rp300 miliar di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembangunan observatorium nasional itu akan dilakukan karena sebagai pusat penelitian astronomi Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat dinilai telah ketinggalan zaman dibandingkan perkembangan dunia astronomi di negara-negara lain.

Hal ini terlihat dari beberapa teknologi teleskop yang dimiliki, sarana, dan prasana yang kurang memadai. Selain itu, pertumbuhan bangunan di sekitar Observatorium Bosscha menyebabkan peneliti sulit melihat objek telitian astronomi mereka. Direktur Observatorium Bosscha Mahasena Putra menga takan, Observatorium Bosscha telah berusia 91 tahun.

Pihaknya bercita-cita di usia yang menjelang 100 tahun, dunia astronomi Indonesia harus memiliki sebuah observatorium yang lebih modern, baik secara teknologi maupun sarana dan prasarana. Rupanya, kata Mahasena, cita-cita dan keinginan para peneliti astronomi Indonesia mendapat sambutan hangat dari pemerintah pusat.

Menurut Mahasena, pihaknya tengah menyusun perencanaan pembangunan sebuah observatorium nasional yang rencananya akan dibangun di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Mahasena, pemberitaan yang menyebutkan Observartorium Bosscha akan dipindahkan ke Kupang, kurang tepat. Menurut dia, Bosscha akan tetap menjadi pusat penelitian astronomi di Indonesia.

Keberadaan observatorium nasional merupakan pengembangan dari Observatorium Bosscha itu sendiri. “Bukan dipindahkan, melainkan dikembangkan lagi. Bosscha tetap jadi pusat penelitian astronomi di Indonesia, “ kata Mahasena saat ditemui KORANSINDO di Gedung Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganeca, kemarin.

Pemilihan tempat di Kupang, ujar Mahasena, sudah diteliti pihaknya sejak 2007 silam. Untuk menentukan sebuah tempat yang akan dijadikan lokasi pembangunan observatorium, ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi. Mulai dari ketinggian, aksesibilitas, dan yang paling penting kawasan tersebut memiliki curah hujan yang sedikit dan kering.

Dari hasil identifikasi tersebut, maka dipilihlah hutan lindung Gunung Timau yang berada di kawasan Taman Nasional Mutis Timau, Kabupaten Kupang. Gunung tersebut memiliki ketinggian hingga 1.700 meter. Akan tetapi menurut Mahasena, observatorium akan dibangun dilereng gunung yang berketinggian 1.300 meter.

“Kalau di puncaknya, lahannya tidak luas. Sedangkan di lereng, lahannya lebih datar dan luas, Bangunan observatoriumpun nantinya tidak akan massif, jadi seperti di Bosscha saja. Yang berbeda lebih pada kemodernan teknologi dan bangunannya,” ujar dia. Bangunan observatorium itu, tutur Mahasena akan didirikan dengan konsep modern, ringan, dan lebih menekankan kefungsional.

Dari segi teknologipun jauh lebih maju dibanding teleskop yang ada di Observatorium Bosscha. “Di Kupang nanti, kami akan menyediakan teleskop berdia meter hingga 3 meter. Hal ini memungkinkan benda langit yang sulit diteliti di Bosscha, bisa dilihat di Kupang. Selain itu di Bosscha sendiri teleskop hanya berdiameter 60 cm. Jadi bisa dibayangkan, kemungkinan banyaknya benda langit dan fenomena langit yang langka, bisa diamati dengan teleskop di Kupang nanti,” tutur Mahasena.

Observatorium tersebut, ungkap dia, diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp300 miliar di luar biaya pembebasan tanah. Dana tersebut dianggarkan untuk pendirian bangunan, operasional selama tiga tahun pertama, beasiswa sumber daya manusia (SDM), hingga pembelian peralatan canggih.

“Sebesar 50% dari anggaran itu akan tersedot untuk membeli peralatan berteknologi yang jauh lebih canggih dari Bosscha. Memang masih di bawah Eropa dan Amerika, setaralah dengan Thailand,” ungkap dia.

Proyek ini, kata Mahasena, kini berada di tangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Rencananya tahun ini, Lapan akan mengajukan dan membicarakan proyek pembangunan observatorium nasional itu dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

“Dalam grafik perencanaannya, pembebasan lahan dilakukan tahun depan. Pada 2018 mulai dengan instalasi tahap awal peralatan observatorium nasional. Kemungkinan, pembangunan proyek ini membutuhkan waktu sekitar sembilan tahun. Sejauh ini draf perencanaannya sudah jadi,” kata Mahasena.

Anne rufaidah
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3918 seconds (0.1#10.140)