Dubes-Konjen Belajar Membatik
A
A
A
KAJEN - Empat orang Duta Besar dan seorang Konsulat Jenderal negara sahabat belajar membatik di Kampoeng BNI Batik Wiradesa, Kabupaten Pekalongan.
Mereka juga disuguhi proses pembuatan batik mulai dari melukis di atas kain mori, mencelup ke dalam lerak hingga memasarkannya. Duta Besar Mongolia, Shagdar Battsetseg, mengakui tingkat kesulitan membatik, terutama batik tulis, sehingga dirinya tidak heran dengan harga batik tulis buatan Indonesia dijual sangat mahal.
“Tingkat kesulitan membuat batik tulis In do nesia sangat tinggi, itulah mengapa harga batik tulis Indonesia sangat mahal. Selain itu, kualitasnya juga bagus,” katanya da lam kunjungan ke Pekalongan. Dia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap kualitas batik tulis Indonesia. Bahkan, dia sempat memamerkan seragam Kebesaran Mogolia yang dibuat dari batik tulis Indonesia. Selain dia, ada dubes Libya, Afganistan, Kazaqtan, serta Kon sulat Jendral Ekuador.
Kegiatan dipusatkan di Batik Pesisir milik H Failasuf yang juga memproduksi batik pesisiran. Konjen Ekuador, Gonzales, mengakui batik merupakan salah satu warisan budaya yang men dunia. Karena itu, sudah se layaknya masyarakat Indonesia menjaga dan melestarikannya. “Perlu untuk menjaga dan melestarikan. Mungkin karena tingkat kesulitan yang tinggi, membuat para generasi muda eng gan meneruskannya. Jadi ber terima kasihlah masih ada yang melestarikannya,” katanya.
Pemimpin Sentra Kredit Kecil (SKC) Pekalongan, Irwansyah Kasuma Putera mengungkapkan, ini adalah kegiatan memperkenalkan budaya kearifan lokal serta potensi yang ada di Kabupaten Pekalongan. Kampoeng BNI Batik Wiradesa merupakan kampung binaan yang dirintis oleh Bank BNI sejak 2010. Anggotanya berjumlah 50 orang dan sudah menyalurkan kredit hingga Rp3,3 miliar.
“Ini merupakan program pem berdayaan masyarakat dalam suatu kawasan dengan konsep kluster untuk optimalisasi dan efektivitas program pening katan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Prahayuda febrianto
Mereka juga disuguhi proses pembuatan batik mulai dari melukis di atas kain mori, mencelup ke dalam lerak hingga memasarkannya. Duta Besar Mongolia, Shagdar Battsetseg, mengakui tingkat kesulitan membatik, terutama batik tulis, sehingga dirinya tidak heran dengan harga batik tulis buatan Indonesia dijual sangat mahal.
“Tingkat kesulitan membuat batik tulis In do nesia sangat tinggi, itulah mengapa harga batik tulis Indonesia sangat mahal. Selain itu, kualitasnya juga bagus,” katanya da lam kunjungan ke Pekalongan. Dia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap kualitas batik tulis Indonesia. Bahkan, dia sempat memamerkan seragam Kebesaran Mogolia yang dibuat dari batik tulis Indonesia. Selain dia, ada dubes Libya, Afganistan, Kazaqtan, serta Kon sulat Jendral Ekuador.
Kegiatan dipusatkan di Batik Pesisir milik H Failasuf yang juga memproduksi batik pesisiran. Konjen Ekuador, Gonzales, mengakui batik merupakan salah satu warisan budaya yang men dunia. Karena itu, sudah se layaknya masyarakat Indonesia menjaga dan melestarikannya. “Perlu untuk menjaga dan melestarikan. Mungkin karena tingkat kesulitan yang tinggi, membuat para generasi muda eng gan meneruskannya. Jadi ber terima kasihlah masih ada yang melestarikannya,” katanya.
Pemimpin Sentra Kredit Kecil (SKC) Pekalongan, Irwansyah Kasuma Putera mengungkapkan, ini adalah kegiatan memperkenalkan budaya kearifan lokal serta potensi yang ada di Kabupaten Pekalongan. Kampoeng BNI Batik Wiradesa merupakan kampung binaan yang dirintis oleh Bank BNI sejak 2010. Anggotanya berjumlah 50 orang dan sudah menyalurkan kredit hingga Rp3,3 miliar.
“Ini merupakan program pem berdayaan masyarakat dalam suatu kawasan dengan konsep kluster untuk optimalisasi dan efektivitas program pening katan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Prahayuda febrianto
(ars)