Palembang Kota Mukjizat Tenis

Minggu, 08 Maret 2015 - 10:07 WIB
Palembang Kota Mukjizat Tenis
Palembang Kota Mukjizat Tenis
A A A
PALEMBANG - Faktor keberuntungan, dewi fortuna atau sebutan lain, kerap muncul ketika tim atau perorangan tersebut, menang dalam sebuah even olahraga. Tapi bagaimana jika satu daerah yang justru menjadi tempat pemberi kemenangan.

Apapun ungkapan diatas, setidaknya itulah yang dirasakan tim tenis Davis Indonesia, yang baru menyudahi perlawanan Iran 3- 0, pada babak pertama Grup II Zona Asia 2015, di Stadion Tenis Bukit Asam, Jakabaring Sport City, Palembang, kemarin siang.

Setelah di hari sebelumnya, dua single andalan Christopher Rungkat dan Sunu Wahyu Trijati berhasil menumbangkan petenis Iran. Christo menang dari Shahin Khaledan 6-2, 6-1, 6-0. Sementara Sunu sukses mengatasi Anoosha Shahgholi 6-3, 6-1, 6-0. Kemarin giliran ganda Christopher Rungkat/David Agung Susanto yang menaklukkan pasangan Iran, Amirvala Madanchi/Anoosha Shahgholi, 6-0, 6-4, 6-1.

Sebenarnya masih ada dua partai single lagi yang harus dimainkan tim Merah Putih kontra tim asal negara Timur Tengah tersebut, siang ini. Christopher Rungkat versus Anoosha Shahgholi dan Sunu Wahyu Trijati kontra Shahin Khaledan. Namun pertandingan itu tak berpengaruh bagi tim Indonesia.

Terlepas dari hasil gemilang tersebut, ternyata ada cerita emosional menarik antara tim tenis Indonesia dengan Kota Palembang. Karena, setiap event tenis yang digelar di kota Pempek ini, Indonesia selalu mendulang medali emas. Uniknya, torehan tertinggi tersebut menjadi pembasuh dahaga 17 tahun yang tak mampu melahirkan prestasi.

Menurut cerita Pelatih Tim Davis Indonesia, Roy Therik, Palembang selalu menjadi mukjizat bagi mereka. Walaupun kemenangan yang mereka raih atas Iran merupakan kemenangan komitmen pasukannya. “Kota Palembang kujizat tenis. Kami selalu mendapat kemenangan jika bermain disini. Itu sudah terjadi sejak SEA Games 2011 lalu, Islamic Solidarity Games 2013, diteruskan dengan ASEAN University Games 2014, hingga Davis Cup ini,” ungkapnya kepada KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin.

Roy menuturkan, meski baru mengarsiteki Cristoper Rungkat dkk setahun ini, tapi dia tak pernah lupa kalau Kota Palembang telah memberikan banyak medali untuk petenis Indonesia. Seperti pada SEA Games 2011, tim beregu, tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra memborong kepingan emas dari pesaing besar Asia Tenggara, yakni Thailand.

“Di Palembang juga kita banyak mendapat (lima) emas pada Islamic Solidarity Games 2013. Kemudian pada ASEAN University Games 2014, setelah 17 tahun tidak merasakan kemenangan, Indonesia juga mampu meraih dua emas,” tuturnya. Pria kelahiran Jakarta 12 November 1970 itu mengungkapkan, sejatinya untuk bisa menggapai medali dan kemenangan, bukan sekadar dimana tempat even tersebut digelar. Tapi butuh persiapan teknis dari tim itu sendiri.

“Ya saya bukan hanya pelatih, tapi saya sebagai kapten, tukang urut, dokter dan sebagainya. Karena untuk menang, butuh mental dan bagaimana menumbuhkan kepercayaan diri pemain. Tapi ya itu tadi, entah mengapa semua yang didapat petenis kita saat even nya digelar di Palembang. Apakah ini mukjizad bagi tenis atau bukan, hasilnya sudah ada,” tukasnya.

Mungkin mukjizat tersebut akan lebih cemerlang, jika perjuangan kwartet Chistopher Rungkat, Sunu Wahyu Trijati, David Agung Susanto dan Aditya Harry Sasongko, tidak terhenti pada babak kedua, yang di geber pada 17 - 19 Juli nanti. Bravo Indonesia.

Sidratul Muntaha
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4812 seconds (0.1#10.140)