Bahan Bakar Alternatif, Mudah Proses Pembuatannya
A
A
A
MARTAPURA - Kalau sebelumnya kotoran sapi hanya dijadikan pupuk kompos untuk tanaman. Saat ini dengan ditunjang kemajuan teknologi, kotoran sapi dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif biogas dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kadistamben) Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Yos Sugiono, menjelaskan proses penelitian dan tahapan pemanfaatan energi alternatif biogas dari kotoran sapi terus dikembangkan di kabupaten dengan julukan “Sebiduk Sehaluan”. “Rencananya untuk tahap uji coba dan pengembangannya akan kami lakukan pada tahun 2016.
Saat ini kami masih dalam tahap pengumpulan data dan pembinaan kelompok. Ada dua kelompok yang sudah dibina di Kelurahan Sungai Tuha Jaya Kecamatan Martapura dan Desa Pracak Kecamatan Bunga Mayang,” katanya, kemarin. Untuk di Kelurahan Sungai Tuha Jaya, bertempat di rumah Lamio, energi Bio Gas dari hasil kotoran sapi sudah digunakan selama lima tahun dan mereka sampai sekarang merasakan manfaatnya.
“Tentang program ini supaya masyarakat lebih mengenal manfaat dan kegunaan kotoran sapi sebagai bahan bakar alternatif kedepan. Karena itu Distamben juga sudah melakukan uji coba pengembangannya di Desa Pracak,” terangnya. Proses penyempurnaan pengelolaan Bio Gas di lokasi nantinya akan disiapkan bak tempat penampungan kotoran sapi serta material penunjang lainnya.
“Mengingat di sini banyak peternak sapi. Ja di bahan baku kotoran sapi untuk mewujudkan pengembangan teknologi tepat guna alternatif bio gas cukup tersedia,” ungkapnya. Yos menambahkan, jika dalam uji coba tersebut berjalan sukses, nanti akan dilanjutkan dengan pemasangan jaringan instalasi pipa-pipa ke rumah-rumah warga .”Bahan bakar alternatip bio gas dari hasil kotoran sapi ini skalanya dengan empat ekor sapi bisa memenuhi kebutuhan untuk satu keluarga,” imbuhnya.
Karena manfaat dan kegunaannya langsung dirasakan masyarakat. Masyarakat, kata dia, juga harus mengetahui jika bio gas ini aman untuk digunakan dan kecil kemungkinan mengakibatkan bahaya kebakaran maupun meledak. “Selain itu, dengan pemanfaatan bio gas kotoran sapi, secara tidak langsung membantu program ramah lingkungan dan pola hidup sehat di sekitar lingkungan tempat tinggal,” kata Yos.
Lamio, peternak sapi warga Kelurahan Sungai Tuha Jaya menjelaskan, sudah beberapa tahun terakhir memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai alternatif bio gas. Limbah kotoran Sapi itu sehari-harinya dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan. Dirinya memelihara enam ekor sapi sehingga bisa memenuhi kebutuhan bahan baku dan tidak mengalami kesulitan.
Untuk tahap berikutnya, dia mengumpulkan bahan-bahan material untuk merancang instalasi sederhana menyerupai sistem pembuangan diantaranya drum penampung kotoran, pipa, valve, slang plastik serta kompor gas. Setelah seluruh bahan terkumpul, lalu menyiapkan tempat di belakang rumah dekat kandang sapi.
“Kami membuat lubang dengan kedalaman dua meter dan diameter lingkaran satu setengah meter. Lalu di cor beton. Setelah itu drum penampungan dimasukkan ke dalam lubang tadi, baru dilanjutkan merangkai instalasi pipa. Terakhir memasang kompor gas,” tuturnya. Selanjutnya kotoran sapi dimasukkan di dalam drum penampungan.
Tahap pertama, sebanyak 25 ember ditambah air 25 ember. “Satu banding satu. Sebelum drum ditutup larutan kotoran sapi yang sudah bercampur air diberi tambahan larutan pengurai bakteri sejenis Mp 4 Katalis,” ungkapnya. Seluruh bahan baku yang sudah dicampur, kata dia, belum bisa langsung digunakan karena menunggu proses selama dua minggu. “Setelah dua minggu, kami buka knop valve dan gas yang keluar melalui kompor sudah bisa digunakan untuk memasak maupun keperluan lain,“ katanya.
Dadang dinata
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kadistamben) Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Yos Sugiono, menjelaskan proses penelitian dan tahapan pemanfaatan energi alternatif biogas dari kotoran sapi terus dikembangkan di kabupaten dengan julukan “Sebiduk Sehaluan”. “Rencananya untuk tahap uji coba dan pengembangannya akan kami lakukan pada tahun 2016.
Saat ini kami masih dalam tahap pengumpulan data dan pembinaan kelompok. Ada dua kelompok yang sudah dibina di Kelurahan Sungai Tuha Jaya Kecamatan Martapura dan Desa Pracak Kecamatan Bunga Mayang,” katanya, kemarin. Untuk di Kelurahan Sungai Tuha Jaya, bertempat di rumah Lamio, energi Bio Gas dari hasil kotoran sapi sudah digunakan selama lima tahun dan mereka sampai sekarang merasakan manfaatnya.
“Tentang program ini supaya masyarakat lebih mengenal manfaat dan kegunaan kotoran sapi sebagai bahan bakar alternatif kedepan. Karena itu Distamben juga sudah melakukan uji coba pengembangannya di Desa Pracak,” terangnya. Proses penyempurnaan pengelolaan Bio Gas di lokasi nantinya akan disiapkan bak tempat penampungan kotoran sapi serta material penunjang lainnya.
“Mengingat di sini banyak peternak sapi. Ja di bahan baku kotoran sapi untuk mewujudkan pengembangan teknologi tepat guna alternatif bio gas cukup tersedia,” ungkapnya. Yos menambahkan, jika dalam uji coba tersebut berjalan sukses, nanti akan dilanjutkan dengan pemasangan jaringan instalasi pipa-pipa ke rumah-rumah warga .”Bahan bakar alternatip bio gas dari hasil kotoran sapi ini skalanya dengan empat ekor sapi bisa memenuhi kebutuhan untuk satu keluarga,” imbuhnya.
Karena manfaat dan kegunaannya langsung dirasakan masyarakat. Masyarakat, kata dia, juga harus mengetahui jika bio gas ini aman untuk digunakan dan kecil kemungkinan mengakibatkan bahaya kebakaran maupun meledak. “Selain itu, dengan pemanfaatan bio gas kotoran sapi, secara tidak langsung membantu program ramah lingkungan dan pola hidup sehat di sekitar lingkungan tempat tinggal,” kata Yos.
Lamio, peternak sapi warga Kelurahan Sungai Tuha Jaya menjelaskan, sudah beberapa tahun terakhir memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai alternatif bio gas. Limbah kotoran Sapi itu sehari-harinya dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan. Dirinya memelihara enam ekor sapi sehingga bisa memenuhi kebutuhan bahan baku dan tidak mengalami kesulitan.
Untuk tahap berikutnya, dia mengumpulkan bahan-bahan material untuk merancang instalasi sederhana menyerupai sistem pembuangan diantaranya drum penampung kotoran, pipa, valve, slang plastik serta kompor gas. Setelah seluruh bahan terkumpul, lalu menyiapkan tempat di belakang rumah dekat kandang sapi.
“Kami membuat lubang dengan kedalaman dua meter dan diameter lingkaran satu setengah meter. Lalu di cor beton. Setelah itu drum penampungan dimasukkan ke dalam lubang tadi, baru dilanjutkan merangkai instalasi pipa. Terakhir memasang kompor gas,” tuturnya. Selanjutnya kotoran sapi dimasukkan di dalam drum penampungan.
Tahap pertama, sebanyak 25 ember ditambah air 25 ember. “Satu banding satu. Sebelum drum ditutup larutan kotoran sapi yang sudah bercampur air diberi tambahan larutan pengurai bakteri sejenis Mp 4 Katalis,” ungkapnya. Seluruh bahan baku yang sudah dicampur, kata dia, belum bisa langsung digunakan karena menunggu proses selama dua minggu. “Setelah dua minggu, kami buka knop valve dan gas yang keluar melalui kompor sudah bisa digunakan untuk memasak maupun keperluan lain,“ katanya.
Dadang dinata
(bhr)