Bank Sumut Menuju Regional Champion
A
A
A
MEDAN - Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Gatot Pujo Nugroho, menegaskan tugas Direktur Utama (Dirut) PT Bank Sumut, Edie Rizliyanto, untuk menjadikan bank itu sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) Regional Champion.
“Amanah kami dan pemegang saham lainnya, Bank Sumut harus jadi BPD Regional Champion. Artinya, direksi yang ada harus memaksimalkan kinerja dan pelayanan perbankan di bank milik orang Sumut ini,” ungkap Gatot selaku pemegang saham pengendali (PSP) PT Bank Sumut seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Gedung Bank Sumut, Jumat (6/3).
Gatot memaparkan, dalam RUPSLB PT Bank Sumut, kemarin, para pemegang saham yang terdiri dari gubernur Sumut dan 33 kepala daerah kabupaten/ kota di Sumut melakukan sejumlah agenda, yakni pengangkatan Edie Rizliyanto sebagai Dirut PT Bank Sumut, dan penetapan jadwal perekrutan direktur bisnis dan syariah PT Bank Sumut yang masih kosong.
Kemudian, mengesahkan prosedur pengisian Dewan Komisaris PT Bank Sumut dan Dewan Pengawas Syariah PT Bank Sumut, yang bakal berakhir. “Bank Sumut harus lebih baik. Tadi pemegang saham dapat laporan dana pihak ketiga (DPK) sudah lebih besar dari publik, bukan lagi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan perbandingan 80% dengan 20%. Makanya soal penambahan penyertaan modal dari APBD, kami rasa tidak dulu sementara ini,” ujar Gatot.
Dirut PT Bank Sumut, Edie Rizliyanto, yang hadir bersama direksi lainnya yakni Direktur Kepatuhan, Yulianto Maris; Direktur Operasional, Didi Duharsa; dan Direktur Pemasaran, Ester J Ginting, menyampaikan terima kasih atas amanah yang diberikan pemegang saham. “Ke depannya, dukungan dari seluruh stakeholder di Sumut juga sangat kami perlukan untuk mewujudkan Bank Sumut sebagai BPD Regional Champion,” ucapnya.
Dia mengatakan, akan melakukan sejumlah langkah program strategis untuk memaksimalkan kinerja dan pelayanan perbankan PT Bank Sumut yakni memaksimalkan good coorporate governance (GCG), meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menambah produk, dan penguatan fitur layanan.
“Kemudian kami juga akan memperluas unit usaha syariah dan restrukturisasi sistem informasi teknologi (IT). Sebab, layanan perbankan saat ini semakin canggih dan berbasis teknologi,” tuturnya.
Manajemen Bank Sumut juga akan mengimplementasi credit risk management . Hal ini diperlukan untuk memastikan proses kredit berjalan sesuai kebutuhan perusahaan. Misalnya memutuskan kebijakan kredit tidak boleh hanya satu orang yang menyetujui. “Ke depannya, NPL (non performing loan) yang masih tinggi juga akan ditekan dengan program khusus. Detailnya bisa saya jelaskan nanti,” ucapnya.
Edie menambahkan, sejak 2012 PT Bank Sumut sudah mencanangkan diri sebagai bank devisa. Hal itu selama ini sudah berjalan dengan produk giro, kredit, dan jual beli valuta asing (valas). “Tapi kita masih berstatus bank devisa terbatas dari otoritas jasa keuangan (OJK). Untuk produk lainnya sebagai bank devisa, seperti trade finance, memang kami akan kick off tahun ini,” ujarnya.
Anggota Komisi C DPRD Sumut, Chaidir Ritonga, sebelumnya mengatakan, Bank Sumut sudah cukup tertinggal dari bank lain di daerah ini karena lama tidak punya dirut. Direksi baru diharapkan segera mengejar penambahan modal dari luar APBD.
“Lalu, bisa menerbitkan obligasi atau melantai di bursa, jadi tidak harus menunggu APBD saja. Kemudian, direksi juga harus membangun pelayanan perbankan berbasis teknologi,” ucapnya.
Fakhrur rozi
“Amanah kami dan pemegang saham lainnya, Bank Sumut harus jadi BPD Regional Champion. Artinya, direksi yang ada harus memaksimalkan kinerja dan pelayanan perbankan di bank milik orang Sumut ini,” ungkap Gatot selaku pemegang saham pengendali (PSP) PT Bank Sumut seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Gedung Bank Sumut, Jumat (6/3).
Gatot memaparkan, dalam RUPSLB PT Bank Sumut, kemarin, para pemegang saham yang terdiri dari gubernur Sumut dan 33 kepala daerah kabupaten/ kota di Sumut melakukan sejumlah agenda, yakni pengangkatan Edie Rizliyanto sebagai Dirut PT Bank Sumut, dan penetapan jadwal perekrutan direktur bisnis dan syariah PT Bank Sumut yang masih kosong.
Kemudian, mengesahkan prosedur pengisian Dewan Komisaris PT Bank Sumut dan Dewan Pengawas Syariah PT Bank Sumut, yang bakal berakhir. “Bank Sumut harus lebih baik. Tadi pemegang saham dapat laporan dana pihak ketiga (DPK) sudah lebih besar dari publik, bukan lagi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan perbandingan 80% dengan 20%. Makanya soal penambahan penyertaan modal dari APBD, kami rasa tidak dulu sementara ini,” ujar Gatot.
Dirut PT Bank Sumut, Edie Rizliyanto, yang hadir bersama direksi lainnya yakni Direktur Kepatuhan, Yulianto Maris; Direktur Operasional, Didi Duharsa; dan Direktur Pemasaran, Ester J Ginting, menyampaikan terima kasih atas amanah yang diberikan pemegang saham. “Ke depannya, dukungan dari seluruh stakeholder di Sumut juga sangat kami perlukan untuk mewujudkan Bank Sumut sebagai BPD Regional Champion,” ucapnya.
Dia mengatakan, akan melakukan sejumlah langkah program strategis untuk memaksimalkan kinerja dan pelayanan perbankan PT Bank Sumut yakni memaksimalkan good coorporate governance (GCG), meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menambah produk, dan penguatan fitur layanan.
“Kemudian kami juga akan memperluas unit usaha syariah dan restrukturisasi sistem informasi teknologi (IT). Sebab, layanan perbankan saat ini semakin canggih dan berbasis teknologi,” tuturnya.
Manajemen Bank Sumut juga akan mengimplementasi credit risk management . Hal ini diperlukan untuk memastikan proses kredit berjalan sesuai kebutuhan perusahaan. Misalnya memutuskan kebijakan kredit tidak boleh hanya satu orang yang menyetujui. “Ke depannya, NPL (non performing loan) yang masih tinggi juga akan ditekan dengan program khusus. Detailnya bisa saya jelaskan nanti,” ucapnya.
Edie menambahkan, sejak 2012 PT Bank Sumut sudah mencanangkan diri sebagai bank devisa. Hal itu selama ini sudah berjalan dengan produk giro, kredit, dan jual beli valuta asing (valas). “Tapi kita masih berstatus bank devisa terbatas dari otoritas jasa keuangan (OJK). Untuk produk lainnya sebagai bank devisa, seperti trade finance, memang kami akan kick off tahun ini,” ujarnya.
Anggota Komisi C DPRD Sumut, Chaidir Ritonga, sebelumnya mengatakan, Bank Sumut sudah cukup tertinggal dari bank lain di daerah ini karena lama tidak punya dirut. Direksi baru diharapkan segera mengejar penambahan modal dari luar APBD.
“Lalu, bisa menerbitkan obligasi atau melantai di bursa, jadi tidak harus menunggu APBD saja. Kemudian, direksi juga harus membangun pelayanan perbankan berbasis teknologi,” ucapnya.
Fakhrur rozi
(ftr)