Pedagang Pasar Betung Tinggalkan Kios
A
A
A
PANGKALAN BALAI - Ratusan kios di Pasar Betung yang baru dibangun tahun 2014 lalu ditinggalkan pedagang. Letak kios berada di bagian belakang sehingga pembeli yang datang sangat sepi, menjadi asalan pedagang.
Akibatnya, pasar yang di bangun menggunakan dana APBD Banyuasin tahun 2013 dan bantuan dari pihak ketiga itu, terbengkalai. Suminah, pedagang sayur mengatakan, kios tersebut sudah lama tidak ditempatinya. Karena pembeli lebih suka berbelanja di kios yang berada di depan.
“Kami sempat jualan di sini selama sebulan atau tak lama selesai dibangun. Itu pun karena diperintahkan pengelola pasar. Kalau ada pembeli, tentu kami tetap bertahan di sana. Tapi kalau sepi, kami terus merugi,” keluhnya, kemarin. Warga Kelurahan Rimba Asam, Kecamatan Betung itu menceritakan, yang membuat pedagang merasa kecewa dan tertipu, pada saat kios sepi pembeli pengelola pasar bukan mencarikan solusi agar pembeli mau belanja ke kios bagian belakang. Mereka justru membangun kios baru di bagian depan.
“Sekarang di bagian depan pasar sudah ada kios baru. Padahal, dulu kami diusir berdagang di sana dan direlokasi ke kios baru di belakang, dengan alasan agar lebih tertata rapi dan akan digunakan untuk lahan parkir,” jelasnya. Keluhan lain juga disampaikan pedagang buah, Sulaiman, bahwa pengelola pasar tetap mengharuskan membayar karcis sebesar Rp8.000 dan iuran bulanan sebesar Rp22.000, meskipun kondisi pasar tetap sepi.
“Di Pasar Betung ini, setiap ada pergantian kepala pasar pasti ada peraturan baru. Dalam hal ini kita (pedagang) merasa dirugikan. Tapi sepertinya pemerintah tidak memerhatikan nasib kami, padahal kios tersebut dibeli seharga Rp1,5 juta,” bebernya. Secara terpisah, Kepala Pasar Betung Gunawan melalui stafnya, Harun mengakui, kios yang terletak di bagian belakang itu memang dibangun menggunakan dana APBD pada tahun 2013 yang lalu.
Kios yang kosong tersebut memang di tinggal pedagang, lantaran penjualan sedang sepi. “Berapa nilainya (bangunan pasar) saya kurang tahu. Tapi memang, sekarang sepi pembeli. Itu yang membuat mereka mengeluh dan memilih untuk pindah jualan ke bagian atas di bangunan baru,” ujarnya.
Namun Harun mengatakan, kios baru tersebut dibangun atas swadaya pedagang dibantu pihak kedua. Setiap pedagang dikenakan iuran per kiosnya sebesar Rp1,5 juta. “Sedangkan untuk yang sewa per hari mereka wajib membayar Rp10.000/hari dan iuran per bulan Rp22.000,” pungkasnya.
Yopie cipta raharja
Akibatnya, pasar yang di bangun menggunakan dana APBD Banyuasin tahun 2013 dan bantuan dari pihak ketiga itu, terbengkalai. Suminah, pedagang sayur mengatakan, kios tersebut sudah lama tidak ditempatinya. Karena pembeli lebih suka berbelanja di kios yang berada di depan.
“Kami sempat jualan di sini selama sebulan atau tak lama selesai dibangun. Itu pun karena diperintahkan pengelola pasar. Kalau ada pembeli, tentu kami tetap bertahan di sana. Tapi kalau sepi, kami terus merugi,” keluhnya, kemarin. Warga Kelurahan Rimba Asam, Kecamatan Betung itu menceritakan, yang membuat pedagang merasa kecewa dan tertipu, pada saat kios sepi pembeli pengelola pasar bukan mencarikan solusi agar pembeli mau belanja ke kios bagian belakang. Mereka justru membangun kios baru di bagian depan.
“Sekarang di bagian depan pasar sudah ada kios baru. Padahal, dulu kami diusir berdagang di sana dan direlokasi ke kios baru di belakang, dengan alasan agar lebih tertata rapi dan akan digunakan untuk lahan parkir,” jelasnya. Keluhan lain juga disampaikan pedagang buah, Sulaiman, bahwa pengelola pasar tetap mengharuskan membayar karcis sebesar Rp8.000 dan iuran bulanan sebesar Rp22.000, meskipun kondisi pasar tetap sepi.
“Di Pasar Betung ini, setiap ada pergantian kepala pasar pasti ada peraturan baru. Dalam hal ini kita (pedagang) merasa dirugikan. Tapi sepertinya pemerintah tidak memerhatikan nasib kami, padahal kios tersebut dibeli seharga Rp1,5 juta,” bebernya. Secara terpisah, Kepala Pasar Betung Gunawan melalui stafnya, Harun mengakui, kios yang terletak di bagian belakang itu memang dibangun menggunakan dana APBD pada tahun 2013 yang lalu.
Kios yang kosong tersebut memang di tinggal pedagang, lantaran penjualan sedang sepi. “Berapa nilainya (bangunan pasar) saya kurang tahu. Tapi memang, sekarang sepi pembeli. Itu yang membuat mereka mengeluh dan memilih untuk pindah jualan ke bagian atas di bangunan baru,” ujarnya.
Namun Harun mengatakan, kios baru tersebut dibangun atas swadaya pedagang dibantu pihak kedua. Setiap pedagang dikenakan iuran per kiosnya sebesar Rp1,5 juta. “Sedangkan untuk yang sewa per hari mereka wajib membayar Rp10.000/hari dan iuran per bulan Rp22.000,” pungkasnya.
Yopie cipta raharja
(bhr)