Sisi Lain Polisi yang Nyambi Berjualan Pisang
A
A
A
KOTA BANDUNG - Siapa yang menyangka jika di balik kewajibannya sebagai penegak hukum, polisi pun memiliki sisi lain yang lebih humanis dan inspiratif. Di Kota Bandung, Brigadir Ikhwan Sugiarto ternyata memiliki sisi lain yakni berjualan pisang.
Berawal dari iseng dan mulai dari nol, polisi yang menjabat Staf Keuangan Polrestabes Bandung ini mulai tertarik dengan dunia enteurpreneur. Pisang pun dipilihnya sebagai komoditas yang dijualnya. Usaha berjualan pisang sudah digelutinya sejak 2012 lalu. Ihwan menuturkan, tak mudah untuk terjun ke dunia bisnis.
Demi kesuksesan usahanya, pria kelahiran Sukabumi 4 Juli 1986 ini awalnya harus rela berjalan kaki hingga kantor tempatnya bekerja lantaran sepeda motornya dijual seharga Rp7 juta untuk modal bisnisnya. Sebelum terjun ke bisnis pisang, Ikhwan sempat tertarik dengan bidang bisnis lain yakni peternakan lele dan berjualan rempah-rempah.
Namun, karena kurangnya pengalaman, bisnis keduanya pun harus gulung tikar. Meskipun begitu, pria yang kini tengah menjalani pendidikan S2 di Univeritas Pasundan ini cukup gigih untuk terus mencari cara mendapatkan penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarganya, hingga akhirnya muncul ide untuk berjualan pisang.
“Waktu itu saya sempat bingung untuk mencari penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarga, apalagi saya dan istri sedang melanjutkan S2,” tuturnya. Modal sebesar Rp50 juta yang berasal dari tabungannya dan sang istri yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Pemkot Bandung pun akhirnya digulirkan untuk memulai bisnis pisang di pasar tradisional.
Dan 2013 lalu, titik terang bisnisnya mulai terlihat ketika dirinya ditawari menjalani interview sebagai pemasok pisang dari seorang teman yang bekerja di Yogya Departement Store. Kesempatan emas itu pun tak disia-siakan, Ikhwan akhirnya melakukan interview hingga dirinya diterima sebagai pemasok pisang di seluruh Yogya Departement Store.
“Mulai dari situ, sekarang saya bisa memasok pisang ke seluruh Yogya, khusus bakerynya. Kalau sekarang Yogya kan hanya ada di Jabar dan Jateng saja, jadi saya memasok pisang ke situ,” terangnya. Dengan semangat yang menggebu, Ikhwan pun terus melebarkan sayap bisnisnya dengan mendatangi perusahaan-perusahaan lain untuk memasok pisang yang dijualnya.
“Sampai sekarang, kalau ada kesempatan interview, saya pasti datang. Ada yang keterima, ada juga yang nggak. Tapi sampai sekarang saya sudah bisa memasok delapan perusahaan,” sebutnya. Kini, bisnis pisangnya itu terus berkembang, bahkan dia pun telah memiliki tujuh orang karyawan yang membantunya menggeluti bisnis pisang tersebut.
Dalam seminggu, Ikhwan mampu memasok empat hingga lima ton pisang raja bulu dan pisang ambon. Ekspansi bisnisnya ditunjang pula dengan kemampuan pendidikan S2-nya di bidang manajemen bisnis.
Sebagai seorang polisi berpangkat Brigadir dengan gaji pas-pasan, Ikhwan menyadari jika dirinya tak mungkin mampu memiliki barang dia miliki kini. “Saya tidak mempermasalahkan itu. Yang jelas saya mencari sampingan dari cara halal dan tidak merugikan orang lain,” jelasnya.
Agie Permadi
Berawal dari iseng dan mulai dari nol, polisi yang menjabat Staf Keuangan Polrestabes Bandung ini mulai tertarik dengan dunia enteurpreneur. Pisang pun dipilihnya sebagai komoditas yang dijualnya. Usaha berjualan pisang sudah digelutinya sejak 2012 lalu. Ihwan menuturkan, tak mudah untuk terjun ke dunia bisnis.
Demi kesuksesan usahanya, pria kelahiran Sukabumi 4 Juli 1986 ini awalnya harus rela berjalan kaki hingga kantor tempatnya bekerja lantaran sepeda motornya dijual seharga Rp7 juta untuk modal bisnisnya. Sebelum terjun ke bisnis pisang, Ikhwan sempat tertarik dengan bidang bisnis lain yakni peternakan lele dan berjualan rempah-rempah.
Namun, karena kurangnya pengalaman, bisnis keduanya pun harus gulung tikar. Meskipun begitu, pria yang kini tengah menjalani pendidikan S2 di Univeritas Pasundan ini cukup gigih untuk terus mencari cara mendapatkan penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarganya, hingga akhirnya muncul ide untuk berjualan pisang.
“Waktu itu saya sempat bingung untuk mencari penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarga, apalagi saya dan istri sedang melanjutkan S2,” tuturnya. Modal sebesar Rp50 juta yang berasal dari tabungannya dan sang istri yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Pemkot Bandung pun akhirnya digulirkan untuk memulai bisnis pisang di pasar tradisional.
Dan 2013 lalu, titik terang bisnisnya mulai terlihat ketika dirinya ditawari menjalani interview sebagai pemasok pisang dari seorang teman yang bekerja di Yogya Departement Store. Kesempatan emas itu pun tak disia-siakan, Ikhwan akhirnya melakukan interview hingga dirinya diterima sebagai pemasok pisang di seluruh Yogya Departement Store.
“Mulai dari situ, sekarang saya bisa memasok pisang ke seluruh Yogya, khusus bakerynya. Kalau sekarang Yogya kan hanya ada di Jabar dan Jateng saja, jadi saya memasok pisang ke situ,” terangnya. Dengan semangat yang menggebu, Ikhwan pun terus melebarkan sayap bisnisnya dengan mendatangi perusahaan-perusahaan lain untuk memasok pisang yang dijualnya.
“Sampai sekarang, kalau ada kesempatan interview, saya pasti datang. Ada yang keterima, ada juga yang nggak. Tapi sampai sekarang saya sudah bisa memasok delapan perusahaan,” sebutnya. Kini, bisnis pisangnya itu terus berkembang, bahkan dia pun telah memiliki tujuh orang karyawan yang membantunya menggeluti bisnis pisang tersebut.
Dalam seminggu, Ikhwan mampu memasok empat hingga lima ton pisang raja bulu dan pisang ambon. Ekspansi bisnisnya ditunjang pula dengan kemampuan pendidikan S2-nya di bidang manajemen bisnis.
Sebagai seorang polisi berpangkat Brigadir dengan gaji pas-pasan, Ikhwan menyadari jika dirinya tak mungkin mampu memiliki barang dia miliki kini. “Saya tidak mempermasalahkan itu. Yang jelas saya mencari sampingan dari cara halal dan tidak merugikan orang lain,” jelasnya.
Agie Permadi
(bhr)