Menjadi Perwakilan Indonesia di Jepang
A
A
A
KABUPATEN SUMEDANG - Pembelajaran bisa dilakukan tak terbatas di ruang kelas. Bahkan lebih juah lagi dikonsep pendidikan bisa bersentuhan langsung dengan aktivitas perkotaan. Seperti sekolah Al-Hidayah Internasional Green School (IGS) Sumedang.
Dalam menjalankan proses pembelajaran, sekolah ini memanfaatkan aktivitas kota sebagai proses pembelajaran. Menurut Kepala IGS Soni Abu Nawas, IGS hadir dengan cita-cita membangun sekolah dengan konsep yang memanfaatkan kota, bergerak bersama dalam membangun kota, dan ramah lingkungan. “Ketika IGS ada, cita-citanya menghadirkan konsep sekolah yang memanfaatkan kota, bergerak bersama sehingga anak-anak memahami pembangunan kotanya yang ramah lingkungan,” ungkapnya.
Setelah konsep pembelajaran yang memanfaatkan kota secara konsisten dilakukan, baru diketahui bahwa hal tersebut sangat berkaitan erat dengan program Education for Sustainable Development (ESD) dari organisasi PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO). Sehingga IGS berkesempatan menjadi salah satu sekolah binaan UNESCO.
“Alhamdulillah kami mendapatkan kesempatan kerja sama dengan sekolah di bawah binaan UNESCO. November 2014 lalu kami ke Jepang bersama empat sekolah lain di Indonesia untuk memaparkan program ESD. Kami lolos dan menjadi perwakilan sekolah di Indonesia untuk program ESD berbazis pendidikan international.
Kami menandatangani MOA yang merupakan perjanjian kerja sama selama lima tahun untuk menjadi sister school Yanagawa Elementary School dari Jepang,” paparnya. Sebagai tugas pertama, kepala sekolah dan salah satu guru IGS berangkat ke Jepang tepatnya Yanagawa Elementary School dalam agenda yang sudah disepakati selama lima tahun ke depan. Tim IGS akan menggelar kegiatan selama seminggu (21- 28 Februari 2015) di sekolah binaan UNESCO tersebut.
“Kami di sana melihat bagaimana program ESD dijalankan. Sharing idea, melihat pembuatan RPP, aplikasi ESD. Jepang juga nantinya ke sekolah kami,” bebernya. Untuk diketahui, program ESD merupakan program UNESCO hasil kerja sama dengan beberapa kementerian termasuk kementerian pendidikan di Indonesia. Di tiap negara minimal ada satu sekolah yang mengadaptasi program ESD ini.
Soni menjelaskan, sekolah yang menjalankan program ESD membuat kurikulum aplikatif yang memuat 11 indikator ESD di antaranya ketahanan pangan, sanitasi, kesehatan, ekonomi, dan lainlain. Dengan begitu, lulusan sekolah tersebut diharapkan bisa mengaplikasikan diintegrasikan dalam pembelajaran. “Siswa bisa faham bahwa setelah lulus dari sekolah, jadi apapun profesinya harus berakidah berkelanjutan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai pendukung,” sebutnya.
Perjalanan ke Jepang ini, kata Soni, merupakan wujud mimpinya selama ini. Sebab, kesempatan menjalin kerja sama dengan salah satu sekolah terbaik di Jepang tidak datang kepada setiap sekolah. “Pengalaman luar biasa. Kesempatan ini tidak datang tiap hari, tidak datang ke tiap sekolah. Kami begitu semangat make it real,” sambungnya meskipun dengan susah payah dalam mengumpulkan biaya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dia ingin menunjukkan kepada para siswanya, khususnya, bahwa if have dream, ketika ditekuni, diusahakan, mimpi itu akan tercapai. Pihaknya ingin membawa anak-anak Sumedang ke belahan dunia.
Fauzan
Dalam menjalankan proses pembelajaran, sekolah ini memanfaatkan aktivitas kota sebagai proses pembelajaran. Menurut Kepala IGS Soni Abu Nawas, IGS hadir dengan cita-cita membangun sekolah dengan konsep yang memanfaatkan kota, bergerak bersama dalam membangun kota, dan ramah lingkungan. “Ketika IGS ada, cita-citanya menghadirkan konsep sekolah yang memanfaatkan kota, bergerak bersama sehingga anak-anak memahami pembangunan kotanya yang ramah lingkungan,” ungkapnya.
Setelah konsep pembelajaran yang memanfaatkan kota secara konsisten dilakukan, baru diketahui bahwa hal tersebut sangat berkaitan erat dengan program Education for Sustainable Development (ESD) dari organisasi PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO). Sehingga IGS berkesempatan menjadi salah satu sekolah binaan UNESCO.
“Alhamdulillah kami mendapatkan kesempatan kerja sama dengan sekolah di bawah binaan UNESCO. November 2014 lalu kami ke Jepang bersama empat sekolah lain di Indonesia untuk memaparkan program ESD. Kami lolos dan menjadi perwakilan sekolah di Indonesia untuk program ESD berbazis pendidikan international.
Kami menandatangani MOA yang merupakan perjanjian kerja sama selama lima tahun untuk menjadi sister school Yanagawa Elementary School dari Jepang,” paparnya. Sebagai tugas pertama, kepala sekolah dan salah satu guru IGS berangkat ke Jepang tepatnya Yanagawa Elementary School dalam agenda yang sudah disepakati selama lima tahun ke depan. Tim IGS akan menggelar kegiatan selama seminggu (21- 28 Februari 2015) di sekolah binaan UNESCO tersebut.
“Kami di sana melihat bagaimana program ESD dijalankan. Sharing idea, melihat pembuatan RPP, aplikasi ESD. Jepang juga nantinya ke sekolah kami,” bebernya. Untuk diketahui, program ESD merupakan program UNESCO hasil kerja sama dengan beberapa kementerian termasuk kementerian pendidikan di Indonesia. Di tiap negara minimal ada satu sekolah yang mengadaptasi program ESD ini.
Soni menjelaskan, sekolah yang menjalankan program ESD membuat kurikulum aplikatif yang memuat 11 indikator ESD di antaranya ketahanan pangan, sanitasi, kesehatan, ekonomi, dan lainlain. Dengan begitu, lulusan sekolah tersebut diharapkan bisa mengaplikasikan diintegrasikan dalam pembelajaran. “Siswa bisa faham bahwa setelah lulus dari sekolah, jadi apapun profesinya harus berakidah berkelanjutan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai pendukung,” sebutnya.
Perjalanan ke Jepang ini, kata Soni, merupakan wujud mimpinya selama ini. Sebab, kesempatan menjalin kerja sama dengan salah satu sekolah terbaik di Jepang tidak datang kepada setiap sekolah. “Pengalaman luar biasa. Kesempatan ini tidak datang tiap hari, tidak datang ke tiap sekolah. Kami begitu semangat make it real,” sambungnya meskipun dengan susah payah dalam mengumpulkan biaya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dia ingin menunjukkan kepada para siswanya, khususnya, bahwa if have dream, ketika ditekuni, diusahakan, mimpi itu akan tercapai. Pihaknya ingin membawa anak-anak Sumedang ke belahan dunia.
Fauzan
(bhr)