Stok Beras di Pasaran Berkurang 10%

Kamis, 26 Februari 2015 - 12:01 WIB
Stok Beras di Pasaran...
Stok Beras di Pasaran Berkurang 10%
A A A
YOGYAKARTA - Melonjaknya harga beras di sejumlah daerah salah satu sebabnya karena stok di pasaran menipis. Di DIY, stok beras di pasaran berkurang sekitar 10% dibanding kondisi normal. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop-UKM) DIY Riyadi Ida Bagus mengatakan, harga beras saat ini mengalami lonjakan drastis.

"Misalnya harga beras IR 1 dari harga normal Rp8.600 sekarang sudah naik mencapai Rp10.000 per kilogram," katanya, kemarin. Menurut Riyadi, ada beberapa variabel harga beras di pasaran mengalami kenaikan signifikan. "Salah satunya saat ini pasokan beras ke pasar memang berkurang antara 5–10% dibandingkan masa-masa normal," katanya, kemarin.

Berkurangnya stok beras di pa saran ini disebabkan banjir yang merendam sejumlah area persawahan. "Harus diakui, banjir di sejumlah daerah ikut ber pengaruh," katanya. Riyadi mengungkapkan, meski stok beras di pasaran menipis, namun stok beras di DIY masih cukup.

Stok beras di gudang Bulog DIY saat ini masih sebanyak 12.500 ton. Asumsinya, stok tersebut masih mencukupi sampai tiga bulan ke depan, cukup sampai panen raya. Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindagkop-UKM DIY Eko Witoyo menambahkan, untuk mengendalikan harga beras, program operasi pasar sudah digelar sejak awal pekan di dua kabupaten dan satu kota di DIY.

"Kami sediakan 14 ton beras untuk operasi pasar," katanya. Beberapa lokasi OP ialah di Kota Yogyakarta meliputi Kantor Kecamatan Ngampilan dan Gon domanan, Pasar Kotagede, Pasar Lempuyangan, Pasar Prawiro taman, Pasar Sentul, Pasar Demangan, dan Pasar Legi. Sedangkan untuk Sleman digelar di Pasar Balangan dan Kulonprogo di Pasar Bendungan.

Bantul Minta 80 Ton Beras untuk Operasi Pasar

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul mengajukan operasi pasar beras. Empat titik di empat kecamatan diusulkan menerima operasi pasar untuk mengendalikan harga beras. Disperindagkop Bantul meminta pasokan sebanyak 20 ton setiap titik.

Kepala Disperindagkop Bantul Sulistyanto mengungkapkan, setelah melakukan pemantauan harga beras di pasar-pasar tradisional, mereka mengajukan operasi pasar ke Bulog DIY. Namun operasi pasar tersebut tidak dilaksanakan di pasar tradisional, tetapi ditujukan langsung ke pemukiman-pemukiman padat penduduk.

"Surat pengajuan sudah kami sampaikan Selasa (24/2) lalu. Tapi kami meminta berasnya yang kualitas di atas beras miskin," tuturnya kemarin saat inspeksi mendadak (Sidak) pasar tradisional bersama Komisi B DPRD Bantul.

Dari pantauan yang mereka lakukan, Rabu (25/5) kemarin, harga beras cenderung turun dibanding hari sebelumnya. Harga beras sudah berada di posisi Rp10.000 turun dari sebelumnya Rp11.000. Namun demikian, pihaknya tetap mengharapkan ada operasi pasar. Menurutnya, dengan operasi pasar tersebut, diharapkan dapat menolong rakyat miskin yang mengalami kesulitan mendapatkan beras dengan harga tinggi saat ini.

Namun di sisi lain, operasi pasar tersebut di harapkan mampu mempengaruhi harga pasar secara umum. Sehingga dengan operasi pasar ini, harga beras di pasar bisa turun dan kembali ke harga normal. "Ya harapannya memang untuk menurunkan harga beras saat ini," tuturnya. Sulis menambahkan, saat ini harga beras di pasaran memang mengalami kenaikan karena stok di petani ataupun pasar tradisional sudah mulai menipis.

Di gudang-gudang swasta kondisi beras sudah mulai berkurang banyak karena memang belum masanya panen. Diperkirakan mulai pertengahan Maret nanti harga beras mulai stabil. Namun demikian, Sulis memastikan stok beras di Bantul masih cukup untuk dua bulan mendatang. Pasalnya di gudang Bulog yang berada di kecamatan Pandak masih mencukupi kebutuhan beras. Sehingga masyarakat diminta tidak panik dengan kenaikan harga beras saat ini.

"Kondisi ini sebenarnya biasa terjadi pada Januari. Akan tetapi karena musim tanam mundur, maka kondisi sulit beras juga mundur," ungkapnya. Warti, 60, pedagang beras di Pasar Piyungan mengatakan, pasokan beras dari petani memang mengalami penurunan. Jika biasanya mencapai 3 kuintal per hari, kini hanya sekitar 1 kuintal. Namun di sisi lain, permintaan masih stabil, sehingga harga memang cenderung naik. Saat ini ia masih mampu menjual 2–3 kuintal per hari.

"Harganya hari ini (Rabu) masih Rp10.000," tuturnya. Ketua Komisi B DPRD Bantul Widodo berharap agar pemerintah segera melakukan antisipasi terkait harga beras yang cukup tinggi saat ini. Pihaknya berharap agar operasi pasar segera direalisasikan agar nanti harga pasar bisa turun kembali dan tidak membuat masyarakat terjepit.

Operasi Pasar Beras Diserbu Pedagang

Kenaikan harga jual beras di pasar tradisional, direspons cepat oleh Pemkab Kulonprogo dengan melakukan operasi pasar (OP) beras, di Pasar Bendungan, Wates, kemarin. Hanya saja, operasi ini dinilai salah sasaran. Sebagian besar pembeli adalah pedagang beras. Operasi Pasar kemarin dilaksanakan di depan UPTD Pengelola Pasar Bendungan.

Operasi ini merupakan kerja sama antara Disperindag dan ESDM Kulonprogo bersama dengan Disperindag dan UKM DIY, dan Bulog. Pada hari pertama kemarin disiapkan 3 ton beras DIY yang diambilkan dari gudang Bulog. “Operasi ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengendalikan harga,” kata Kepala Disperindag dan ESDM Kulonprogo Niken Probolaras.

Menurutnya, operasi seperti ini juga akan dilakukan lagi dengan berkoordinasi dengan kecamatan. Termasuk untuk merealisasikan usulan bupati yang menggagas operasi beras secara mandiri. Nantinya akan dilaksanakan oleh Pemkab Kulonprogo dengan mengandalkan beras dari petani (gapoktan). Hanya saja proses ini butuh anggaran untuk subsidi kepada masyarakat.

Disinggung banyaknya pembeli beras dari kalangan pedagang, Niken tidak mempermasalahkan. Operasi beras tidak ada aturan bakunya. Sehingga siapa saja bisa membeli beras yang ditawarkan. Sebelumnya UPTD juga telah melakukan sosialisasi dengan melibat kan UPTD. “Karena itu kedepan kami akan gandeng kecamatan agar sasaran lebih tepat,” kata Niken.

Tokoh masyarakat Wates, Made Arsa Wijaya melihat operasi beras yang dilaksanakan kemarin tidak tepat sasaran. Sebab sebagian pembeli yang datang adalah para pedagang pasar. Praktis, tujuan untuk menstabilkan harga sulit tercapai. Apalagi para pedagang yang membeli beras juga akan dijual kembali kepada konsumen. “Mestinya dijual langsung kepada masyarakat satu atau dua kantong. Tidak seperti ini,” ujar nya.

Salah seorang pedagang, Kemijem, mengaku membeli sekitar 200 kg beras pada operasi beras ini. Rencananya beras ini akan dijual kembali kepada masyarakat di kios miliknya yang ada di Pasar Bendungan. Sebelum dijual, kata dia, beras operasi pasar ini akan dioplos dengan beras lain yang baru. Tujuannya agar kualitas beras menjadi lebih bagus.

“Ini kualitasnya sedang, kalau dikonsumsi kurang enak. Nanti dioplos dengan yang baik biar laku,” kata Kemiyem. Rencananya beras yang di beli seharga Rp6.800 per kilogram ini akan dijual Rp7.500 setelah dioplos dengan beras IR64. Pedagang beras yang lain Tirto Lestari mengaku membeli beberapa kantong beras untuk menambah stok dagangannya. Biasanya dia membeli beras di tempat penggilingan.

Namun semenjak beras mahal, dia kesulitan mendapatkan beras dengan harga yang sesuai. “Di penggilingan kosong, jadi beli di sini,” tuturnya. Salah seorang warga, Wiryo Utomo, mengaku senang dengan adanya operasi pasar. Sebab harga beras terus merangkak naik. Sementara dirinya tidak pernah mendapatkan bantuan raskin. “Ya senang kalau ada operasi pasar seperti ini,” tandas Mbah Wiryo yang membeli 10 kg. kuntadi

Ridwan anshori/ erfanto linangkung
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9771 seconds (0.1#10.140)