Bertani, Pilihan Mengisi Hari Tua dengan Produktif

Minggu, 22 Februari 2015 - 11:11 WIB
Bertani, Pilihan Mengisi...
Bertani, Pilihan Mengisi Hari Tua dengan Produktif
A A A
Masa pensiun bisa menjadi mimpi buruk sebagian orang. Banyak dari mereka yang kemudian mengurangi aktivitasnya seperti hanya berdiam di rumah untuk momong cucu.

Namun, Yadapen, lembaga pensiunan lembaga Katolik yang beralamat di Taman Bringin Semarang, mencoba untuk memberi kegiatan positif setelah mereka lepas dari pekerjaan. Para pensiunan dari beberapa lembaga Katolik seperti Rumah Sakit Elizabeth Semarang, sekolah Dominico Savio, Pangudi Luhur, dan lainnya akan dilatih agar menguasai pertanian modern. Lahan juga telah disiapkan seluas 1,7 hektare yang berada di Kelurahan Nongkosawit Gunungpati dan berjarak tak kurang dari 80 meter dari Polsek Gunungpati.

Di lahan itu kini telah ditanam melon berumur 47 hari kualitas ekspor, baby buncis (buncis prancis), dan bunga matahari. Lokasi itu merupakan titik percontohan untuk pertanian modern yang dirintis Yadapen. Sebagai pemilik lahan, Yadapen menggandeng PT Rahayuning Bumi Lestari (PT RBL), yang bergerak di bidang pertanian dan holtikultura untuk mengelola.

“Kami akan tawarkan, kalau ada pegawai jelang pensiun untuk belajar bercocok tanam. Kalaupun tidak dalam skala besar, minimal bisa diterapkan dalam plasma atau 50 pot-pot kecil di rumah,” ungkap Ketua Yadapen Romo Agustinus Sarwanto kemarin. Setiap hari, tak kurang ada sekitar lima petani yang merawat tanaman di sana.

Di lokasi tersebut nantinya akan dibangun ruang pertemuan. Sekadar diketahui, karyawan lembaga Katolik yang menjadi peserta Yadapen saat ini berjumlah 36.000 orang. Adapun yang sudah pensiun 8.300 orang. Romo Agustinus mengakui, selama ini pihaknya hanya menghimpun dana dan memberikannya kembali kepada para pensiunan. Melalui tempat pelatihan modern itu diharapkan bisa menjadi wadah untuk belajar bercocok tanam bagi pensiunan yang relatif masih muda untuk tetap aktif.

Dia ingin Kota Atlas menjadi hijau, atau city in the garden , bisa seperti negara Singapura. “Ini proyek jangka panjang. Tanah yang subur tetap akan kami jaga agar kualitasnya tidak mengalami penurunan. Kita mengambil dari bumi dan kita juga yang wajib merawat bumi,” ucapnya. Direktur Utama PT RBL Budi Prayogo mengaku memilih melon yang memiliki kualitas ekspor agar bisa menarik perhatian bagi pensiunan.

Melon daging putih lokal rata-rata seharga Rp4.000 per kilogram (kg), sedangkan melon daging merah yang ditanam per kg bisa mencapai Rp8.000. Pertanian modern bisa memberikan survival income sehingga ada jaminan hidup. Jika teknologinya baik, lingkungan hidup baik, hasil baik, pasar juga harus bagus. Jangan sampai hanya dijual di Pasar Krempyeng.

“Untuk lahan 1,7 hektare butuh pupuk 10 ton dan kita gunakan pupuk organik 30 ton. Kami ingin menjaga, bukan sekali panen langsung habis,” tandasnya. “Profesi petani itu hebat, mereka harus tahu,” ujarnya lagi.

Giyarto, 51, petani yang ditunjuk menggarap melon di lahan itu, mengakui tanah di lokasi tersebut sangat subur. Dengan melakukan dua kali pemupukan sudah tumbuh buah.

Arif Purniawan
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3463 seconds (0.1#10.140)