Kapten Baru
A
A
A
MEDAN - PSMS Medan menunjuk gelandang serang Tri Yudha Handoko menjadi kapten Ayam Kinantan di Kompetisi Divisi Utama 2015. Yudha dinilai pantas menyandang ban kapten di lengannya.
“Peran kapten dalam tim harus memiliki jiwa leadearshipuntuk memimpin anggotanya sehingga tidak terbawa emosi saat pertandingan. Sosok seperti itu ada pada diri Yudha,” ujar CEO PSMS Sunardi A, di Stadion Kebun Bunga Medan, kemarin. Memang, belum banyak yang mengenal Yudha. Namun, dia memiliki darah PSMS. Ayahnya, Posan Makmur, adalah pemain PSMS era 1970-an. Artinya, Yudha bukan orang baru di tim bermarkas di Kebun Bunga itu.
Sepak terjangnya dalam membela PSMS dimulai 2009. Alumnus USU ini menjadi ikon PSMS. Sunardi mengatakan, dalam pertandingan, peran kapten sangat berat dan harus memiliki jiwa satria dan menjunjung tinggi sportivitas. Bila dalam pertandingan terjadi masalah, peran sang kapten harus dapat membuat dingin hati para pemain di saat pemain lain emosinya sedang memuncak. Selain itu, sosok kapten harus memiliki ilmu psikologis untuk dapat mengetahui karakter dan jiwa pemain yang menjadi skuad PSMS.
“Sosok yang pas sebagai kapten PSMS setelah pihak manajemen dan tim pelatih melakukan evaluasi selama pertandingan uji coba memutuskan untuk sosok seorang kapten seharusnya putra daerah asal Medan, apalagi PSMS milik masyarakat Medan sudah sepantasnya dipimpin anak Medan. Sebagai calon maka pilihan terhadap Tri Yudha Handoko yang telah membela PSMS semenjak tahun 2009,” paparnya.
Yudha pun diharapkan mampu mengemban tugas memimpin rekan-rekannya di lapangan. Tantangan berat akan dihadapinya mengingat emosi pemain belum mampu dikontrol dengan baik. Terlihat di laga ujicoba melawan PSK USU, pemain PSMS terpancing emosi dengan permainan yang diperagakan tim lawan. Bahkan, Yudha sendiri dikeluarkan dari lapangan, buntut kericuhan yang terjadi dengan pemain PSK USU. Namun, Yudha mengaku siap menjadi kapten PSMS.
“Memang peran sebagai pemimpin lapangan hijau dalam satu tim sangat berat. Beratnya beban yang dipikul akan semakin ringan bila pemain lainnya samasama dapat melakoni pertandingan dengan jiwa positif dan tidak cepat mudah terpancing saat lawan melakukan provokasi untuk memancing emosi,” papar suami dari Yunita itu.
Pegawai PT Bank Sumut ini menuturkan, sebagai putra daerah yang dipercaya menjadi kapten tim, bersama teman-teman segera menyatukan misi untuk siap tempur menghadapi lawan.
“Para pemain PSMS memiliki jiwa fanatisme dan tidak pernah menganggap enteng lawan. Seberapa hebatnya tim dalam Grup I harus dapat dijinakkan dengan kekompakan tim. Tentunya peran sang kapten harus mampu memberikan motivasi dan semangat kepada pemain satu tim dengan tujuan memperoleh nilai penuh saat laga kandang maupun tandang,” pungkas bapak satu anak ini.
Haris dasril
“Peran kapten dalam tim harus memiliki jiwa leadearshipuntuk memimpin anggotanya sehingga tidak terbawa emosi saat pertandingan. Sosok seperti itu ada pada diri Yudha,” ujar CEO PSMS Sunardi A, di Stadion Kebun Bunga Medan, kemarin. Memang, belum banyak yang mengenal Yudha. Namun, dia memiliki darah PSMS. Ayahnya, Posan Makmur, adalah pemain PSMS era 1970-an. Artinya, Yudha bukan orang baru di tim bermarkas di Kebun Bunga itu.
Sepak terjangnya dalam membela PSMS dimulai 2009. Alumnus USU ini menjadi ikon PSMS. Sunardi mengatakan, dalam pertandingan, peran kapten sangat berat dan harus memiliki jiwa satria dan menjunjung tinggi sportivitas. Bila dalam pertandingan terjadi masalah, peran sang kapten harus dapat membuat dingin hati para pemain di saat pemain lain emosinya sedang memuncak. Selain itu, sosok kapten harus memiliki ilmu psikologis untuk dapat mengetahui karakter dan jiwa pemain yang menjadi skuad PSMS.
“Sosok yang pas sebagai kapten PSMS setelah pihak manajemen dan tim pelatih melakukan evaluasi selama pertandingan uji coba memutuskan untuk sosok seorang kapten seharusnya putra daerah asal Medan, apalagi PSMS milik masyarakat Medan sudah sepantasnya dipimpin anak Medan. Sebagai calon maka pilihan terhadap Tri Yudha Handoko yang telah membela PSMS semenjak tahun 2009,” paparnya.
Yudha pun diharapkan mampu mengemban tugas memimpin rekan-rekannya di lapangan. Tantangan berat akan dihadapinya mengingat emosi pemain belum mampu dikontrol dengan baik. Terlihat di laga ujicoba melawan PSK USU, pemain PSMS terpancing emosi dengan permainan yang diperagakan tim lawan. Bahkan, Yudha sendiri dikeluarkan dari lapangan, buntut kericuhan yang terjadi dengan pemain PSK USU. Namun, Yudha mengaku siap menjadi kapten PSMS.
“Memang peran sebagai pemimpin lapangan hijau dalam satu tim sangat berat. Beratnya beban yang dipikul akan semakin ringan bila pemain lainnya samasama dapat melakoni pertandingan dengan jiwa positif dan tidak cepat mudah terpancing saat lawan melakukan provokasi untuk memancing emosi,” papar suami dari Yunita itu.
Pegawai PT Bank Sumut ini menuturkan, sebagai putra daerah yang dipercaya menjadi kapten tim, bersama teman-teman segera menyatukan misi untuk siap tempur menghadapi lawan.
“Para pemain PSMS memiliki jiwa fanatisme dan tidak pernah menganggap enteng lawan. Seberapa hebatnya tim dalam Grup I harus dapat dijinakkan dengan kekompakan tim. Tentunya peran sang kapten harus mampu memberikan motivasi dan semangat kepada pemain satu tim dengan tujuan memperoleh nilai penuh saat laga kandang maupun tandang,” pungkas bapak satu anak ini.
Haris dasril
(ars)