Adegan Tarian Percintaan Dikecam

Jum'at, 20 Februari 2015 - 10:04 WIB
Adegan Tarian Percintaan Dikecam
Adegan Tarian Percintaan Dikecam
A A A
BANTUL - Pembukaan Pekan Olahraga Pelajar di Lapangan Trirenggo, depan Rumah Dinas Bupati Bantul, dikecam masyarakat. Sebab dalam pembukaan itu ditampilkan tarian yang mempertontonkan kekerasan dan gerakan percintaan sepasang kekasih.

Panitia penyelenggara mengaku tidak tahu menahu soal isi tarian itu. Dalam adegan itu, memang ada suguhan tarian cukup menghebohkan peserta dan tamu undangan. Tarian perjuangan cinta dibumbui adegan mesra tampak tergambar.

Padahal tarian tersebut ditonton ratusan anak-anak sekolah dan disuguhkan di depan bupati serta beberapa kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Tarian tersebut dibawakan empat pasangan muda-mudi berasal dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Bantul.

Tarian itu dimulai dengan adegan ada perselisihan sepasang muda-mudi akibat orang ketiga. Bahkan, dalam perselisihan dilanjutkan dengan adegan pengeroyokan pemuda sebelum sang wanita takluk kepada salah satu pemuda. Beberapa adegan yang menggambarkan perjuangan pemuda mendapatkan cinta sang wanita disuguhkan kepada pengunjung.

Beberapa adegan seperti pelukan dan adegan akan berciuman dengan memegang kepala sang wanita beberapa kali terlihat. Setiap kali ada adegan semacam itu, selalu disambut teriakan dan siulan dari anak-anak sekolah yang merupakan atlet peserta Pekan Olahraga Pelajar itu.

Beberapa gurauan muncul dari para tamu undangan dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) yang hadir mewakili SKPD masing-masing. Mereka menyesalkan tarian itu ditampilkan di depan anak-anak, meskipun mereka enggan dikutip resmi. Bahkan, sang pembawa acara dalam upacara tersebut berseloroh menanggapi gerakan tarian-tarian itu.

“Wah, ndelok iki dadi pengen mulih (wah lihat ini jadi ingin pulang),” tuturnya. Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) Kabupaten Bantul, Zahrowi, menyesalkan penampilan dari para penari itu. Dia menilai panitia lengah dan kurang selektif terhadap apa yang ditampilkan peserta.

Seharusnya tarian yang ditampilkan sesuai dengan adat istiadat dan budaya di Kabupaten Bantul. Menurutnya, tarian itu mengandung unsur kekerasan dan pornoaksi yang sangat tidak sesuai dengan kultur budaya Kabupaten Bantul. Apalagi ditampilkan di depan anak-anak atau pelajar yang masih perlu pendidikan karakter bangsa.

Karena itu, harus ada evaluasi terhadap tarian tersebut dan panitia penyelenggara. “Bukan berarti mematikan seni itu sendiri, tetapi kalau bisa harus sesuai dengan norma dan budaya yang ada di lingkungan sekitar,” tuturnya. Memang seni tidak memiliki batasan, hanya perlu disesuaikan dengan norma dan adat istiadat serta siapa yang menikmati.

Adegan pornoaksi dan kekerasan tidak layak ditampilkan di depan anak-anak karena efeknya sangat luar biasa. Tanpa tarian itu pun, sebenarnya aksi-aksi pencabulan atau amoral lainnya banyak terjadi di Bantul, seperti penyekapan dan pengeroyokan yang dilakukan gerombolan pelajar wanita.

Ketua Panitia Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten Bantul yang juga Kepala Kantor Pemuda dan Olahraga, Supriyanto Widodom, membantah jika tarian itu vulgar karena para pakaian yang dikenakan para penari tidak ada yang terbuka. Terkait dengan gerakan, menurutnya, itu masih dalam batasan dan menggambarkan remaja saat ini, seperti perayaan Valentine belum lama ini yang memang identik dengan kasih sayang.

“Tidak vulgar kok, wong pakaiannya sopan,” katanya. Meskipun ada adegan mesra, tapi Supriyanto tidak mempermasalahkan karena di bagian akhir tarian itu ada gerakan mengajak kepada para penonton untuk tidak meniru mereka. Supriyanto mengaku tidak mengetahui sebelumnya tarian seperti apa yang akan ditampilkan PPI karena dia menyerahkan sepenuhnya kepada mereka.

Erfanto linangkung
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5754 seconds (0.1#10.140)