Imlek Momentum Bangun Relasi Antar Etnis
A
A
A
PALEMBANG - Perayaan tahun baru Imlek merupakan momentum antar umat beragama dan etnis membangun hubungan yang lebih baik dari waktu – waktu. Karena kerukukan antar umat beragama yang tercipta selama ini menjadi modal penting membangun Sumsel.
Saat mengunjungi salah satu tokoh masyarakat Tionghoa Palembang, Yudi Timotius, Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan, kedatangannya merupakan bagian tanggungjawabnya sebagai pemimpin untuk memastikan perayaan Hari Raya Imlek 2566 yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa, berlangsung aman dan tanpa adanya gesekan antar etnis dan umat beragama.
"Alhamdulillah, semuanya baik-baiksaja tanpa adanya gejolak dan gesekan antar etnis masyarakat dan umat beragama. Semua saya harapkan rukun karena hal ini merupakan modal pertama dan penting bagi kita membangun daerah," jelasnya. Menurut Alex, perayaan Imlek kali ini juga membuktikan Sumsel sebagai salah satu daerah zero accident konflik antar umat.
"Kita harus bangga dengan prestasi ini, jadi kita patut mempertahankan. Apalagi Sumsel akan menjadi tuan rumah event internasional seperti Asian Games pada 2018 nanti, tentunya saya mengajak kepada seluruh masyarakat bahwa menjaga keamanan merupakan tanggung jawab bersama dan bukan semata-mata tugas pemerintah dan aparat," katanya.
Kepada masyarakat Tionghoa yang merayakan, Alex berharap dilakukan dengan sukacita dan kebersamaan. "Jadikan momentum untuk melakukan evaluasi serta titik tolak untuk menumbuhkan semangat baru dan harapan baru diantara sesama umat manusia," imbuh nya.
Tokoh masyarakat Tionghoa Kota Palembang, Yudi Timotius mengaku jika dirinya sekaligus mewakili keluarga besar masyarakat Tionghoa di Palembang mengapresiasi konsistensi gubernur dalam menjaga toleransi antar umat beragama di Sumsel. "Kami berharap, di tahun yang baru ada berkat dari Sang Pencipta. Doa kami memasuki tahun baru ini, semoga seluruh masyarakat Sumsel mendapatkan berkat dan memperoleh sukses," sebutnya. Rayakan Imlek dengan Sanjo Meskipun tak seramai saat Lebaran Idul Fitri, namun tradisi sanjo juga mewarnai perayaan imlek.
Sejumlah warga Kota Palembang melakukan tradisi sanjo kerumah warga keturunan Tionghoa untuk merayakan Imlek atau Sin Tjia. Di tahun kambing kayu ini sejak pagi warga sudah mulai sanjo. Umumnya mereka yang datang merupakan tetangga atau warga yang bekerja pada warga keturunan Tionghoa tersebut.
Seperti di Lorong Gubah, sekumpulan warga menggunakan sepeda motor dan berpakaian khas berbondong-bondong keluar seraya ada yang berteriak “gong xi fa cai’. Di pemukiman Pakjo, Way Hitam Palembang tampak cukup banyak deretan kendaraan roda dua dan empat di rumah warga keturunan Tionghoa.
Mereka datang silih berganti dari hanya sekedar mengucapkan selamat “gong xi fa cai” hingga menyantap makanan yang disajikan pemilik rumah. Agung, 42, warga Alang - Alang Lebar mengaku setiap tahun datang ketempat rekan kerjanya yang merupakan warga keturunan Tionghoa saat perayaan Imlek. “Yah sama yah, kayak kita Lebaran Idul Fitri.
Ngucapin selamat meski suasana berbeda,” jelas Agung kemarin. Kedatangan merayakan Imlek selain menghormati rekan kerjanya itu juga sebagai ajang silahturahim antar sesama. Ketiga anak Agungpun tak ketinggalan mendapatkan angpao usai sanjo. Keluarga Aking, 40, yang sengaja menggelar open house untuk tahun baru imlek mengaku senang karena banyak didatangi tetangga dan rekan kerjanya.
Diapun mengaku tidak ada persiapan khusus untuk merayakan Imlek. Hanya menghiasi secara sederhana rumahnya dengan ornamen ala Tionghoa. Keluarga Akingpun cukup menyediakan makanan yang siap santap dari olahan ikan seperti pempek. “Ini tradisi sanjo, yang untuk mempererat persaudaraan saja,” ungkap nya.
Andhiko tungga alam/ sierra syailendra
Saat mengunjungi salah satu tokoh masyarakat Tionghoa Palembang, Yudi Timotius, Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan, kedatangannya merupakan bagian tanggungjawabnya sebagai pemimpin untuk memastikan perayaan Hari Raya Imlek 2566 yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa, berlangsung aman dan tanpa adanya gesekan antar etnis dan umat beragama.
"Alhamdulillah, semuanya baik-baiksaja tanpa adanya gejolak dan gesekan antar etnis masyarakat dan umat beragama. Semua saya harapkan rukun karena hal ini merupakan modal pertama dan penting bagi kita membangun daerah," jelasnya. Menurut Alex, perayaan Imlek kali ini juga membuktikan Sumsel sebagai salah satu daerah zero accident konflik antar umat.
"Kita harus bangga dengan prestasi ini, jadi kita patut mempertahankan. Apalagi Sumsel akan menjadi tuan rumah event internasional seperti Asian Games pada 2018 nanti, tentunya saya mengajak kepada seluruh masyarakat bahwa menjaga keamanan merupakan tanggung jawab bersama dan bukan semata-mata tugas pemerintah dan aparat," katanya.
Kepada masyarakat Tionghoa yang merayakan, Alex berharap dilakukan dengan sukacita dan kebersamaan. "Jadikan momentum untuk melakukan evaluasi serta titik tolak untuk menumbuhkan semangat baru dan harapan baru diantara sesama umat manusia," imbuh nya.
Tokoh masyarakat Tionghoa Kota Palembang, Yudi Timotius mengaku jika dirinya sekaligus mewakili keluarga besar masyarakat Tionghoa di Palembang mengapresiasi konsistensi gubernur dalam menjaga toleransi antar umat beragama di Sumsel. "Kami berharap, di tahun yang baru ada berkat dari Sang Pencipta. Doa kami memasuki tahun baru ini, semoga seluruh masyarakat Sumsel mendapatkan berkat dan memperoleh sukses," sebutnya. Rayakan Imlek dengan Sanjo Meskipun tak seramai saat Lebaran Idul Fitri, namun tradisi sanjo juga mewarnai perayaan imlek.
Sejumlah warga Kota Palembang melakukan tradisi sanjo kerumah warga keturunan Tionghoa untuk merayakan Imlek atau Sin Tjia. Di tahun kambing kayu ini sejak pagi warga sudah mulai sanjo. Umumnya mereka yang datang merupakan tetangga atau warga yang bekerja pada warga keturunan Tionghoa tersebut.
Seperti di Lorong Gubah, sekumpulan warga menggunakan sepeda motor dan berpakaian khas berbondong-bondong keluar seraya ada yang berteriak “gong xi fa cai’. Di pemukiman Pakjo, Way Hitam Palembang tampak cukup banyak deretan kendaraan roda dua dan empat di rumah warga keturunan Tionghoa.
Mereka datang silih berganti dari hanya sekedar mengucapkan selamat “gong xi fa cai” hingga menyantap makanan yang disajikan pemilik rumah. Agung, 42, warga Alang - Alang Lebar mengaku setiap tahun datang ketempat rekan kerjanya yang merupakan warga keturunan Tionghoa saat perayaan Imlek. “Yah sama yah, kayak kita Lebaran Idul Fitri.
Ngucapin selamat meski suasana berbeda,” jelas Agung kemarin. Kedatangan merayakan Imlek selain menghormati rekan kerjanya itu juga sebagai ajang silahturahim antar sesama. Ketiga anak Agungpun tak ketinggalan mendapatkan angpao usai sanjo. Keluarga Aking, 40, yang sengaja menggelar open house untuk tahun baru imlek mengaku senang karena banyak didatangi tetangga dan rekan kerjanya.
Diapun mengaku tidak ada persiapan khusus untuk merayakan Imlek. Hanya menghiasi secara sederhana rumahnya dengan ornamen ala Tionghoa. Keluarga Akingpun cukup menyediakan makanan yang siap santap dari olahan ikan seperti pempek. “Ini tradisi sanjo, yang untuk mempererat persaudaraan saja,” ungkap nya.
Andhiko tungga alam/ sierra syailendra
(bhr)