Relokasi Warga di Tiga Kecamatan Mendesak
A
A
A
KARANGANYAR - Warga di wilayah tanah ambles di tiga kecamatan wilayah Kabupaten Karanganyar berharap pemerintah setempat segera memindahkan mereka ke lokasi yang aman. Rekahan tanah yang masih terus terjadi membuat mereka ketakutan untuk tetap tinggal.
Bahkan, alat sistem peringatan dini (early warning system) longsor juga berbunyi. Sekitar 453 warga ditiga desa telah mengungsi ke lokasi yang dianggap aman. Bupati Karanganyar Juliyatmono kemarin sudah melihat langsung kondisi tanah ambles di Desa Balong dan Desa Menjing di Kecamatan Jenawi. Bupati juga sempat mengecek kondisi SMPN 1 Jenawi yang terancam longsoran.
Dari tinjauan ke lapangan ini, Juliyatmono menegaskan siap menerbitkan surat keputusan (SK) pernyataan darurat bencana menyusul peristiwa tanah ambles di tiga kecamatan di wilayahnya. SK diperlukan sebagai syarat administratif guna merelokasi warga yang tinggal di kawasan bencana. “Kami sudah lihat langsung kondisinya, relokasi memang mendesak karena menyangkut keamanan jiwa masyarakat,” ujar Juliyatmono kemarin.
Dia mengimbau warga di daerah rawan untuk selalu waspada, terutama saat turun hujan. Mengenai pelaksanaan relokasi diserahkan kepada perangkat desa dan pemerintah kecamatan serta berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar. Warga diminta tidak perlu khawatir karena pemerintah siap membantu meringankan permasalahan.
Sukiyem, salah satu warga Desa Menjing, berharap pemerintah segera turun tangan memberikan bantuan pembangunan rumah. Dirinya sudah tidak sabar pindah ke lokasi yang lebih aman. “Ini saya sudah membongkar rumah karena punya lokasi pindah. Tempatnya cukup aman untuk ditinggali,” ujar Sukiyem.
Namun, pembangunan rumah belum dimulai karena masih menunggu bantuan sebagaimana yang dijanjikan pemerintah. Lokasi barunya nanti di Dusun Selokarto yang masih satu wilayah dengan Desa Menjing. Dwi Sutarno, 36, warga lainnya, mengaku baru saja pulang dari perantauan karena kondisi di daerahnya. Dia berharap bantuan segera turun karena kondisi memang sudah membahayakan.
Bantuan diakui akan meringankan beban warga yang akan membangun tempat baru yang aman. Tak jauh berbeda diungkapkan Harsono, 61, salah satu warga Desa Balong yang tinggal di posko pengungsian di balai desa setempat. Dia tidak betah jika tinggal terlalu lama di posko yang disediakan. Dia sebenarnya merasa lebih tenang tinggal di rumah sendiri. Namun, situasi yang membahayakan membuatnya harus mengungsi untuk sementara waktu.
“Ini cuma bawa sertifikat tanah, ternak dan alat elektronik masih di rumah sana,” ucapnya. Harsono berharap relokasi segera terlaksana agar kehidupannya kembali normal seperti sedia kala. Seperti diketahui, 453 warga dari 120 kepala keluarga (KK) di tiga desa di Kecamatan Jenawi dan Kerjo terpaksa mengungsi menyusul kejadian tanah ambles di wilayah tersebut.
Rekanan tanah berisiko merobohkan rumah yang ditinggali. Mereka berasal dari Desa Balong dan Menjing, Kecamatan Jenawi; serta Desa Gempolan, Kecamatan Kerjo. Selain dua kecamatan itu, beberapa kali juga sudah terjadi tanah longsor di wilayah Ngargorejo.
Ary wahyu wibowo
Bahkan, alat sistem peringatan dini (early warning system) longsor juga berbunyi. Sekitar 453 warga ditiga desa telah mengungsi ke lokasi yang dianggap aman. Bupati Karanganyar Juliyatmono kemarin sudah melihat langsung kondisi tanah ambles di Desa Balong dan Desa Menjing di Kecamatan Jenawi. Bupati juga sempat mengecek kondisi SMPN 1 Jenawi yang terancam longsoran.
Dari tinjauan ke lapangan ini, Juliyatmono menegaskan siap menerbitkan surat keputusan (SK) pernyataan darurat bencana menyusul peristiwa tanah ambles di tiga kecamatan di wilayahnya. SK diperlukan sebagai syarat administratif guna merelokasi warga yang tinggal di kawasan bencana. “Kami sudah lihat langsung kondisinya, relokasi memang mendesak karena menyangkut keamanan jiwa masyarakat,” ujar Juliyatmono kemarin.
Dia mengimbau warga di daerah rawan untuk selalu waspada, terutama saat turun hujan. Mengenai pelaksanaan relokasi diserahkan kepada perangkat desa dan pemerintah kecamatan serta berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar. Warga diminta tidak perlu khawatir karena pemerintah siap membantu meringankan permasalahan.
Sukiyem, salah satu warga Desa Menjing, berharap pemerintah segera turun tangan memberikan bantuan pembangunan rumah. Dirinya sudah tidak sabar pindah ke lokasi yang lebih aman. “Ini saya sudah membongkar rumah karena punya lokasi pindah. Tempatnya cukup aman untuk ditinggali,” ujar Sukiyem.
Namun, pembangunan rumah belum dimulai karena masih menunggu bantuan sebagaimana yang dijanjikan pemerintah. Lokasi barunya nanti di Dusun Selokarto yang masih satu wilayah dengan Desa Menjing. Dwi Sutarno, 36, warga lainnya, mengaku baru saja pulang dari perantauan karena kondisi di daerahnya. Dia berharap bantuan segera turun karena kondisi memang sudah membahayakan.
Bantuan diakui akan meringankan beban warga yang akan membangun tempat baru yang aman. Tak jauh berbeda diungkapkan Harsono, 61, salah satu warga Desa Balong yang tinggal di posko pengungsian di balai desa setempat. Dia tidak betah jika tinggal terlalu lama di posko yang disediakan. Dia sebenarnya merasa lebih tenang tinggal di rumah sendiri. Namun, situasi yang membahayakan membuatnya harus mengungsi untuk sementara waktu.
“Ini cuma bawa sertifikat tanah, ternak dan alat elektronik masih di rumah sana,” ucapnya. Harsono berharap relokasi segera terlaksana agar kehidupannya kembali normal seperti sedia kala. Seperti diketahui, 453 warga dari 120 kepala keluarga (KK) di tiga desa di Kecamatan Jenawi dan Kerjo terpaksa mengungsi menyusul kejadian tanah ambles di wilayah tersebut.
Rekanan tanah berisiko merobohkan rumah yang ditinggali. Mereka berasal dari Desa Balong dan Menjing, Kecamatan Jenawi; serta Desa Gempolan, Kecamatan Kerjo. Selain dua kecamatan itu, beberapa kali juga sudah terjadi tanah longsor di wilayah Ngargorejo.
Ary wahyu wibowo
(ars)