Harga Properti Merangkak Naik

Selasa, 17 Februari 2015 - 11:03 WIB
Harga Properti Merangkak...
Harga Properti Merangkak Naik
A A A
BERINVESTASIdi bidang properti sepertinya tak akan memberi kerugian bagi pemiliknya. Hasil Survei Harga Properti Residential (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) mencatat harga properti sepanjang 2014 lalu ternyata terus meningkat.

Sebagai gambaran, informasi yang dilansir dari laman resmi BI, Minggu (15/2/2014) mencatat harga properti mengalami kenaikan sebesar 1,54 % pada triwulan ke empat pada 2014. Angka tersebut meningkat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar 1,46%. Peningkatan harga tersebut rupanya berdampak pada semua tipe rumah, terlebih untuk rumahrumah besar.

Bahkan SHPR mencatat kenaikan harga tersebut disertai pertumbuhan volume penjualan properti residensial. Seperti capaian penjualan properti resedensial pada triwulan keempat 2014 sebesar 40,07 %. Pertumbuhan volume penjualan tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,69%. Ya, kebutuhan masyarakat terhadap hunian memang masih besar.

Terlebih dengan pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Bahkan hasil survei menunjukkan sebanyak 72,2 % responden rupanya masih menggunakan KPR untuk fasilitas pembelian rumah, terutama tipe kecil Untuk pembiayaan pembangunan properti, hasil survei juga menunjukkan biaya pembangunan masih didominasi pihak internal pengembang. Sekitar 61,97% dari pengembang menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usahanya.

Soal prediksi harga properti residensial pada triwulan pertama tahun 2015 juga dinilai akan mengalami pertumbuhan, meskipun tak terlalu signifikan yakni di kisaran angka 0,89%. Berdasarkan data yang dihimpun KORAN SINDO, dari berbagai produk properti yang saat ini disuguhkan pihak pengembang seperti rumah, apartemen, dan kondotel. Persentase kebutuhan pasar rupanya masih didominasi oleh konsumen yang mencari rumah tinggal atau sekitar 70%.

Kemudian sisanya sebesar 20% diisi oleh pencari kondotel. Seperti penilaian penanggung jawab acara Indonesia Property Expo Igad Permana. Menurutnya, hunian rumah mulai dari tipe sederhana hingga mewah masih menjadi incaran kebanyakan konsumen. Misalnya harga rumah kisaran Rp100 juta yang diincar kelas menengah ke bawah, serta yang harganya Rp1-5 miliar untuk kelas menengah ke atas.

Kendati pertumbuhan harga properti terus meningkat, tapi bagi kalangan ekonomi menengah yang menginginkan hunian rumah di kawasan Ibu Kota tentu masih terasa sulit. Sehingga tak heran banyak warga Jakarta yang berpenghasilan menengah memilih tinggal di kawasan penyangga seperti Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang.

Pengamat properti dari Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengungkapkan, pilihan bagi masyarakat Jakarta yang ingin memiliki hunian yang berada di sekitaran Jakarta adalah membeli rumah dengan harga minimal seharga Rp700 juta atau apartemen seharga minimal Rp400 juta. Namun memiliki rumah dan apartemen dengan harga tersebut di ibu kota tentu sangat sulit. Pasalnya meskipun ada lokasinya tak terlalu baik dan layak huni.

“Apartemen seharga Rp400 juta maka penghasilan si konsumen harusnya minimal Rp10 juta per bulan dan itu pun belum diantisipasi nilai uang muka sebesar Rp 80 – 120 juta yang harus disiapkan di awal,” kata Ali seperti dikutip dari laman IPW. Begitu juga bila ingin memiliki rumah dengan penghasilan Rp10 juta per bulan,mereka bisa saja membeli rumah seharga Rp400 jutaan.

Namun jaraknya tentu sudah jauh dari Jakarta. Untuk menjembatani kebutuhan itu, pihaknya terus menyuarakan pada pemerintah untuk menjamin ketersediaan hunian termasuk mengendalikan harga tanah sudah sangat mendesak.

Heru muthahari/ okezone
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8256 seconds (0.1#10.140)