Diiringi Ratusan Pelayat, Pusara Tanpa Ditandai Kijing
A
A
A
JEPARA - Ratusan pelayat dari berbagai kalangan mengiringi prosesi pemakaman aktor Alex Komang di Pemakaman Sirandu, Desa Pecangaan Kulon, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, kemarin siang.
Alex dimakamkan dekat dengan kuburan ayahnya, KH Shohibul Munir. Sekitar pukul 13.10 WIB, jenazah Alex Komang dibawa ke Masjid Walisongo Pecangaan dengan berjalan kaki. Setelah disalati, jenazah dibawa ke pemakaman di desa setempat. Jarak Pemakaman Sirandudenganrumah Alex Komang sekitar 200 meteran.
Makam aktor yang membintangi puluhan judul film ini layaknya makam warga pada umumnya. Tak ada kijing atau bebatuan lain yang biasanya digunakan untuk makam kalangan tertentu. Di atas makamnya hanya tertancap batu nisan bertulis Saifin Nuha dengan keterangan tanggal lahir dan wafat.
“Selamat jalan Lex. Banyak orang yang akan melanjutkan perjuanganmu,” kata aktor Slamet Rahardjo Djarot kemarin. Alex Komang lahir di Desa Pecangaan Kulon, Jepara. Ia terlahir dengan nama Saifin Nuha. Meski berasal dari kawasan pinggiran, Alex Komang bisa menasional, khususnya dalam bidang seni peran.
Dia bahkan pernah menyabet penghargaan pemeran pria terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) pada 1985 untuk film Doea Tanda Mata . Menurut Slamet Rahardjo, Alex sudah menunjukkan bahwa anak-anak desa punya bakat mumpuni dalam dunia seni peran. Hal itu juga disadari oleh Alex Komang. Dia pun tergerak untuk mengangkat berbagai potensi itu ke level atas.
“Kalau Jakarta kanhanya menjadikan saja. Justru bakat potensial itu banyak dari daerah-daerah kecil di luar Ibu Kota,” paparnya. Menurut pengisi acara Sentilan Sentilun di salah satu televisi swasta nasional ini, Alex Komang merupakan salah satu sineas Indonesia yang masih punya sisi idealisme. Sebab, meski sudah tenar namun Alex Komang masih mempunyai kepedulian untuk mengangkat dan memberdayakan potensi anak-anak di desa, khususnya di bidang teater dan sinematografi.
“Itu memang salah satu pesan yang diberikan Teguh Karya kepada Alex Komang. Ternyata Alex Komang bisa melakukan itu,” ungkap Slamet yang juga senior Alex Komang di Teater Populer asuhan Teguh Karya. Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU Zastrouw Al- Ngatawi mengatakan, Alex Komang memang berkomitmen memberi ruang bagi calon sineas muda di daerah agar karya-karya mereka bisa diketahui khalayak luas.
Alex Komang memang serius menggarap hal itu dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya lewat upaya Festival Film Santri 2012 yang digelar di Yogyakarta dan Jakarta. Lalu dia juga giat membuat warung film yang kegiatannya memutar film-film indie seperti yang pernah dilakukan di Yogyakarta dan Wonosobo, Jateng.
“Alex Komang memang ingin memberi ruang anak-anak daerah untuk berkembang. Dia juga berusaha mendamaikan antara kepentingan industri dan idealisme film,” paparnya. Idealisme Alex, menurut Zastrouw, diwujudkan dalam banyak hal. Salah satunya dengan mengarahkan pembuatan film yang dianggap mencerahkan.
Seperti dua film semi dokumenter tentang benturan NU-PKI di Indonesia yang rencananya mulai digarap Maret 2015 ini. Dua film semi dokumenter bergenre indie itu masing-masing berjudul Bughot dan Rujuk . Ide pembuatan dua film tersebut bermula dari aktivitas Alex Komang di PP Lesbumi PBNU. Di lembaga tersebut Alex Komang didapuk menjadi Wakil Ketua PP Lesbumi.
Lewat film tersebut Alex ingin menunjukkan sejarah yang lebih adil soal benturan NU-PKI mulai kurun waktu awal kemerdekaan hingga meletusnya peristiwa G- 30-S. Tak hanya itu, pesan moral film itu juga sekaligus untuk merintis munculnya rekonsiliasi antara NU-PKI. “Salah satu fase sejarah hitam negara ini harus diclearkan. Lebih penting lagi bagaimana luka itu bisa ditutup dengan rekonsiliasi,” harapnya.
Ditanya soal kelanjutan penggarapan dua film ini sepeninggal Alex Komang, Zastrouw belum memikirkannya. Tapi dia optimistis dua film itu bisa rampung dibuat. Sebab, sebelum meninggal Alex Komang sudah memberi “pembekalan” kepada sutradara dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penggarapan film tersebut. “Sutradaranya sudah ada dari Yogya. Nanti kita pikirkan lagi kelanjutannya bagaimana,” ucap Zastrouw.
Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menyebut peran Alex Komang dalam Festival Kartini Jepara sangat besar. Bahkan Alex Komang merupakan inisiator kegiatan tahunan yang digelar di Kabupaten Jepara untuk mengangkat kembali nilai-nilai yang diwariskan oleh pahlawan emansipasi perempuan di Indonesia tersebut. Festival Kartini Jepara digelar sejak 2012. Pada April ini acara tersebut akan digelar untuk ketiga kalinya.
Saat pertama kali diadakan, berbagai kegiatan digelar. Mulai dari bedah pemikiran RA Kartini dan relevansinya dengan kehidupan modern, workshop film yang menghadirkan aktris papan atas seperti Yenny Rachman, Yaty Octavia, dan sebagainya. Selain itu, pameran produkproduk andalan asal Jepara yang dirintis oleh RA Kartini seperti ukir-ukiran, mebel, dan batik.
“Pemkab dan masyarakat Jepara sangat kehilangan Alex Komang. Jasa-jasa baik beliau untuk Jepara besar,” sebut Ahmad Marzuqi di rumah duka Alex Komang. Menurut Marzuqi, “warisan” dari Alex Komang akan diteruskan oleh pemerintahnya dan masyarakat Jepara. Salah satu bentuknya dengan terus menggelar Festival Kartini tiap tahun. “Alex Komang ini asli Jepara yang namanya sudah menasional. Kita ingin ada anak-anak Jepara lain yang bisa mengikuti jejaknya,” harap Marzuqi.
Muhammmad oliez
Alex dimakamkan dekat dengan kuburan ayahnya, KH Shohibul Munir. Sekitar pukul 13.10 WIB, jenazah Alex Komang dibawa ke Masjid Walisongo Pecangaan dengan berjalan kaki. Setelah disalati, jenazah dibawa ke pemakaman di desa setempat. Jarak Pemakaman Sirandudenganrumah Alex Komang sekitar 200 meteran.
Makam aktor yang membintangi puluhan judul film ini layaknya makam warga pada umumnya. Tak ada kijing atau bebatuan lain yang biasanya digunakan untuk makam kalangan tertentu. Di atas makamnya hanya tertancap batu nisan bertulis Saifin Nuha dengan keterangan tanggal lahir dan wafat.
“Selamat jalan Lex. Banyak orang yang akan melanjutkan perjuanganmu,” kata aktor Slamet Rahardjo Djarot kemarin. Alex Komang lahir di Desa Pecangaan Kulon, Jepara. Ia terlahir dengan nama Saifin Nuha. Meski berasal dari kawasan pinggiran, Alex Komang bisa menasional, khususnya dalam bidang seni peran.
Dia bahkan pernah menyabet penghargaan pemeran pria terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) pada 1985 untuk film Doea Tanda Mata . Menurut Slamet Rahardjo, Alex sudah menunjukkan bahwa anak-anak desa punya bakat mumpuni dalam dunia seni peran. Hal itu juga disadari oleh Alex Komang. Dia pun tergerak untuk mengangkat berbagai potensi itu ke level atas.
“Kalau Jakarta kanhanya menjadikan saja. Justru bakat potensial itu banyak dari daerah-daerah kecil di luar Ibu Kota,” paparnya. Menurut pengisi acara Sentilan Sentilun di salah satu televisi swasta nasional ini, Alex Komang merupakan salah satu sineas Indonesia yang masih punya sisi idealisme. Sebab, meski sudah tenar namun Alex Komang masih mempunyai kepedulian untuk mengangkat dan memberdayakan potensi anak-anak di desa, khususnya di bidang teater dan sinematografi.
“Itu memang salah satu pesan yang diberikan Teguh Karya kepada Alex Komang. Ternyata Alex Komang bisa melakukan itu,” ungkap Slamet yang juga senior Alex Komang di Teater Populer asuhan Teguh Karya. Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU Zastrouw Al- Ngatawi mengatakan, Alex Komang memang berkomitmen memberi ruang bagi calon sineas muda di daerah agar karya-karya mereka bisa diketahui khalayak luas.
Alex Komang memang serius menggarap hal itu dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya lewat upaya Festival Film Santri 2012 yang digelar di Yogyakarta dan Jakarta. Lalu dia juga giat membuat warung film yang kegiatannya memutar film-film indie seperti yang pernah dilakukan di Yogyakarta dan Wonosobo, Jateng.
“Alex Komang memang ingin memberi ruang anak-anak daerah untuk berkembang. Dia juga berusaha mendamaikan antara kepentingan industri dan idealisme film,” paparnya. Idealisme Alex, menurut Zastrouw, diwujudkan dalam banyak hal. Salah satunya dengan mengarahkan pembuatan film yang dianggap mencerahkan.
Seperti dua film semi dokumenter tentang benturan NU-PKI di Indonesia yang rencananya mulai digarap Maret 2015 ini. Dua film semi dokumenter bergenre indie itu masing-masing berjudul Bughot dan Rujuk . Ide pembuatan dua film tersebut bermula dari aktivitas Alex Komang di PP Lesbumi PBNU. Di lembaga tersebut Alex Komang didapuk menjadi Wakil Ketua PP Lesbumi.
Lewat film tersebut Alex ingin menunjukkan sejarah yang lebih adil soal benturan NU-PKI mulai kurun waktu awal kemerdekaan hingga meletusnya peristiwa G- 30-S. Tak hanya itu, pesan moral film itu juga sekaligus untuk merintis munculnya rekonsiliasi antara NU-PKI. “Salah satu fase sejarah hitam negara ini harus diclearkan. Lebih penting lagi bagaimana luka itu bisa ditutup dengan rekonsiliasi,” harapnya.
Ditanya soal kelanjutan penggarapan dua film ini sepeninggal Alex Komang, Zastrouw belum memikirkannya. Tapi dia optimistis dua film itu bisa rampung dibuat. Sebab, sebelum meninggal Alex Komang sudah memberi “pembekalan” kepada sutradara dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penggarapan film tersebut. “Sutradaranya sudah ada dari Yogya. Nanti kita pikirkan lagi kelanjutannya bagaimana,” ucap Zastrouw.
Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menyebut peran Alex Komang dalam Festival Kartini Jepara sangat besar. Bahkan Alex Komang merupakan inisiator kegiatan tahunan yang digelar di Kabupaten Jepara untuk mengangkat kembali nilai-nilai yang diwariskan oleh pahlawan emansipasi perempuan di Indonesia tersebut. Festival Kartini Jepara digelar sejak 2012. Pada April ini acara tersebut akan digelar untuk ketiga kalinya.
Saat pertama kali diadakan, berbagai kegiatan digelar. Mulai dari bedah pemikiran RA Kartini dan relevansinya dengan kehidupan modern, workshop film yang menghadirkan aktris papan atas seperti Yenny Rachman, Yaty Octavia, dan sebagainya. Selain itu, pameran produkproduk andalan asal Jepara yang dirintis oleh RA Kartini seperti ukir-ukiran, mebel, dan batik.
“Pemkab dan masyarakat Jepara sangat kehilangan Alex Komang. Jasa-jasa baik beliau untuk Jepara besar,” sebut Ahmad Marzuqi di rumah duka Alex Komang. Menurut Marzuqi, “warisan” dari Alex Komang akan diteruskan oleh pemerintahnya dan masyarakat Jepara. Salah satu bentuknya dengan terus menggelar Festival Kartini tiap tahun. “Alex Komang ini asli Jepara yang namanya sudah menasional. Kita ingin ada anak-anak Jepara lain yang bisa mengikuti jejaknya,” harap Marzuqi.
Muhammmad oliez
(bhr)