Pola Tanam Sleman Dinasionalkan
A
A
A
SLEMAN - Keberhasilan Sleman meningkatkan hasil produksi pertanian melalui sistem Mina dan Udang Galah Padi atau Ugadi direspons positif oleh pemerintah pusat. Sistem ini bukan hanya meningkatkan hasil produksi pertanian, terutama padi, ikan, dan udang.
Tapi juga sektor lain seperti pariwisata sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Atas keberhasilan ini, pemerintah berencana menerapkan sistem tersebut di wilayah Indonesia lainnya. Sebagai langkah awal, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih dan anggota Wantimpres Sidarta kemarin mengunjungi Sleman untuk melihat langsung pola tanam tersebut.
Sri Adiningsih mengatakan, keberhasilan Sleman dalam meningkatkan produksi pertanian dengan sistem mina dan ugadi telah menarik perhatian pemerintah. Apalagi dengan sistem ini dapat meningkatkan produksi hingga 30%. Dia menambahkan, sistem seperti ini bukan hanya bisa menjadi percontohan bagi daerah lain di Nusantara, juga mendukung program pemerintah menuju swasembada pangan.
“Pengembangan produksi pangan yang terintegrasi dengan padi, ikan, dan udang serta tanaman di pinggiran lahan dalam satu lahan pertanian merupakan langkah maju. Ini luar biasa bisa mendukung keberhasilan swasembada pangan,” puji Sri Adiningsih usai penebaran benih udang galah pada lahan pertanian padi di Dusun Dero, Harjobinangun, Pakem, Sleman, kemarin.
Menurut Sri Adiningsih, dengan meningkatkan hasil produksi pertanian itu, bukan hanya akan meningkatkan penghasilan petani dan pertumbuhan ekonomi. Tapi juga mampu mempercepat target swasembada pangan. Apalagi lahan pertanian sekarang juga semakin sempit sehingga cara seperti ini merupakan hal yang sangat efektif. “Kami akan melaporkan hal ini kepada presiden,” ujarnya.
Anggota kelompok Tani Mina Muda Samberembe, Pakem, Satrianto mengatakan, selain produksi pertanian meningkat, sistem mina dan ugadi juga mengurangi penggunaan pupuk sampai 70%. Sebab kotoran ikan dapat menjadi pupuk tanaman. Selain itu, sambung dia, tanaman kokok dan gulma tanaman dapat menjadi makanan ikan dan udang.
Bahkan tikus juga tidak masuk ke tanaman padi karena terhalang kolam. “Untuk kendala, kami kesulitan memperoleh benih udang karena harus indent selama dua bulan. Juga belum adanya teknologi untuk mengolah pakan ikan alternatif dengan menggunakan bahan-bahan dari lingkungan lokal,” katanya.
Sekretaris daerah (Sekda) Sleman Sunartono mengatakan, dari 22.000 hektare (ha) lahan pertanian di Sleman, untuk pengembangan mina dan ugadi belum ada 1%. Yaitu baru 63 ha atau 0,28%. Ini lantaran tidak semua lahan pertanian bisa dijadikan lahan mina dan ugadi. “Sistem ini telah kami lakukan sejak dua tahun lalu,” tandasnya.
Priyo setyawan
Tapi juga sektor lain seperti pariwisata sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Atas keberhasilan ini, pemerintah berencana menerapkan sistem tersebut di wilayah Indonesia lainnya. Sebagai langkah awal, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih dan anggota Wantimpres Sidarta kemarin mengunjungi Sleman untuk melihat langsung pola tanam tersebut.
Sri Adiningsih mengatakan, keberhasilan Sleman dalam meningkatkan produksi pertanian dengan sistem mina dan ugadi telah menarik perhatian pemerintah. Apalagi dengan sistem ini dapat meningkatkan produksi hingga 30%. Dia menambahkan, sistem seperti ini bukan hanya bisa menjadi percontohan bagi daerah lain di Nusantara, juga mendukung program pemerintah menuju swasembada pangan.
“Pengembangan produksi pangan yang terintegrasi dengan padi, ikan, dan udang serta tanaman di pinggiran lahan dalam satu lahan pertanian merupakan langkah maju. Ini luar biasa bisa mendukung keberhasilan swasembada pangan,” puji Sri Adiningsih usai penebaran benih udang galah pada lahan pertanian padi di Dusun Dero, Harjobinangun, Pakem, Sleman, kemarin.
Menurut Sri Adiningsih, dengan meningkatkan hasil produksi pertanian itu, bukan hanya akan meningkatkan penghasilan petani dan pertumbuhan ekonomi. Tapi juga mampu mempercepat target swasembada pangan. Apalagi lahan pertanian sekarang juga semakin sempit sehingga cara seperti ini merupakan hal yang sangat efektif. “Kami akan melaporkan hal ini kepada presiden,” ujarnya.
Anggota kelompok Tani Mina Muda Samberembe, Pakem, Satrianto mengatakan, selain produksi pertanian meningkat, sistem mina dan ugadi juga mengurangi penggunaan pupuk sampai 70%. Sebab kotoran ikan dapat menjadi pupuk tanaman. Selain itu, sambung dia, tanaman kokok dan gulma tanaman dapat menjadi makanan ikan dan udang.
Bahkan tikus juga tidak masuk ke tanaman padi karena terhalang kolam. “Untuk kendala, kami kesulitan memperoleh benih udang karena harus indent selama dua bulan. Juga belum adanya teknologi untuk mengolah pakan ikan alternatif dengan menggunakan bahan-bahan dari lingkungan lokal,” katanya.
Sekretaris daerah (Sekda) Sleman Sunartono mengatakan, dari 22.000 hektare (ha) lahan pertanian di Sleman, untuk pengembangan mina dan ugadi belum ada 1%. Yaitu baru 63 ha atau 0,28%. Ini lantaran tidak semua lahan pertanian bisa dijadikan lahan mina dan ugadi. “Sistem ini telah kami lakukan sejak dua tahun lalu,” tandasnya.
Priyo setyawan
(ftr)