AWAS, Bengawan Solo MulaiMeluap
A
A
A
KARANGANYAR - Tingginya curah hujan mengguyur wilayah Jateng dalam beberapa hari terakhir membuat sejumlah daerah siaga mengantisipasi ancaman banjir. Luapan banjir sudah mulai dirasakan warga yang bermukim di bantaran Sungai Bengawan Solo.
Ketinggian air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu memasuki level kuning atau mendekati bahaya. Karena itu, warga yang tinggal di Wonogiri Sukoharjo, Solo, Karanganyar, dan Sragen, diminta waspada. Di Karanganyar, ada tiga dusun yang rawan terendam, yakni Dusun Daleman di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten; Dusun Ngelo di Desa Kebakdan DusunTlumpuk, DesaWaru, di Kecamatan Kebakkramat. Dari pantauan di pos Jembatan Jurug di perbatasan Karanganyar-Solo, ketinggian air mencapai 7,27 meter pada pukul 08.30 WIB kemarin.
“Jika ketinggian mencapai 9 meter, kemungkinan besar akan terjadi banjir,” kata Jarot, salah satu relawan penanggulangan bencana, kemarin. Para relawan kini telah bersiaga di posko bencana di Kantor Desa Kebak. Ketiga dusun itu diakui paling rawan banjir karena lokasinya berada di dataran paling rendah. Para relawan di posko bencana juga mempersiapkan segala kebutuhan untuk evakuasi.
Mulai dari tenda darurat, perahu karet, pelampung, dan logistik sesuai kebutuhan di lapangan. Lokasi pengungsian di Balai Desa Waru juga telah disiapkan. Berdasarkan informasi yang didapatkan KORAN SINDO, pintu air waduk Gajah Mungkur di Wonogiri telah dibuka pada pukul 09.30 WIB. Pembukaan pintu air itu akan berdampak pada meningkatkan aliran air Sungai Bengawan Solo.
Debit air kiriman diprediksi sampai di pos pantau Jurug sekitar 7 jam setelah pintu waduk Gajah Mungkur dibuka. Malam sebelumnya, Minggu (8/2), luapan Bengawan Solo sempat menggenangi jalan di Dusun Daleman. Namun, genangan tak sampai merendam permukiman.
“Warga telah mengantisipasi dengan mengungsikan kendaraan ke tempat lebih aman. Sedangkan benda berharga lainnya ditempatkan di rak khusus guna menghindari genangan air,” kata Hari Satoto, ketua RT 7/RW 6 Dusun Daleman. Sebanyak 38 kepala keluarga (KK) di dusun itu telah belajar dari pengalaman banjir sebelumnya. Ditambah pelatihan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar sehingga mereka siap jika sewaktu waktu bencana datang.
70 Rumah Terancam Abrasi
Di wilayah Sragen, ada 70 rumah terancam abrasi Sungai Bengawan Solo. Warga yang tinggal di Dusun Nyawak, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, ketar-ketir ketika debit air Sungai Bengawan Solo meningkat saat hujan deras. Menurut Cipto Wardoyo,70, salah satu warga mengaku, cemas karena rumahnya hanya berjarak sekitar satu meter dari bibir sungai. Abrasi sungai sebenarnya telah berlangsung lama.
Dahulu dirinya pernah mempunyai pekarangan rumah seluas 1.070 meter persegi. Namun, kini hanya tersisa beberapa meter karena tergerus air sungai. “Dulu rumah saya menghadap ke pekarangan dan sungai. Namun setelah abrasi, posisinya dipindah agar lebih aman,” ungkap Cipto, kemarin. Ketika kemarau, tanah di pinggiran sungai mengering dan retak.
Setelah turun hujan, kondisi tanah tidak terlalu kuat dan tergerus sungai. Dia mengaku lima kali mengubah posisi rumah akibat abrasi yang setiap tahun ratarata menggerus tanah antara 1-2 meter. Jalan kecil yang menjadi akses ke jalan besar kini telah hilang terendam air. Tak jauh berbeda diungkapkan Warsinah, 45, warga lainnya. Dia telah tiga kali membangun rumah akibat terkikis abrasi.
Dia berharap pemerintah turun tangan memberikan solusi. “Kalau bisa dibangun tanggul atau talud penahan banjir,” kata Warsinah. Dalam beberapa tahun ke depan, rumah di pinggiran sungai diperkirakan akan ikut hanyut tergerus abrasi. Warga cemas ketika hujan deras seperti sekarang. Pasalnya, kondisi tanah menjadi labil akibat terdorong derasnya air sungai.
Warga lainnya, Gondo Suwarno mengatakan, abrasi terparah terasa pada tahun 2002- 2003 lalu. Namun sampai kini belum ada solusi dari pemerintah untuk membuat tanggul penahan luapan air sungai. Di bagian lain, talud jembatan di Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, ambrol, kemarin pagi. Ambrolnya talud mengakibatkan separuh badan jalan tergerus. Jalur cukup vital karena menghubungkan Kecamatan Karangmalang-Kedawung. Diduga ambrolnya talud akibat tergerus air sungai yang meluap saat hujan.
“Warga tidak tahu persis kapan ambrolnya karena jembatan terletak di area persawahan dan jauh dari permukiman penduduk,” ungkap Wagimin, salah satu warga setempat. Namun, diperkirakan berlangsung pagi karena sehari sebelumnya tidak terjadi apa-apa. Jalan ditutup dan hanya kendaraan roda dua yang diperkenankan lewat. Sementara kendaraan roda empat harus memutar karena sangat berisiko jika nekat melintas.
Operasikan Rumah Pompa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo mulai mengoperasikan sejumlah rumah pompa di beberapa pintu air. Pengoperasian dilakukan setelah Kota Solo diguyur hujan deras sejak beberapa hari kemarin. Kepala BPBD Solo, Gatot Sutanto menyebutkan, pengoperasian rumah pompa itu lantaran air yang berada di sejumlah anak Sungai Bengawan Solo meluap.
Sementara beberapa hari terakhir ini ketinggian air Sungai Bengawan Solo lebih tinggi dibandingkan dengan anak sungai yang berada di dalam kota. Menurutnya, pada saat kondisi tersebut maka pintu air yang ada di sejumlah titik di Kota Solo tidak bisa dibuka karena dikhawatirkan air Bengawan Solo akan masuk dan merendam permukiman.
“Pada saat seperti ini kami operasikan rumah pompa untuk membuang air ke Bengawan Solo. Kalau dibuang lewat pintu air tidak bisa karena posisinya lebih rendah dari Bengawan Solo,” ucapnya, kemarin. Gatot menambahkan, pengoperasian pompa itu akan dilakukan terus menerus saat anak sungai meluap dan ketinggian air di Bengawan Solo diatas batas normal.
“Kami akan pantau terus perkembangannya seperti apa, yang jelas rumah pompa akan beroperasi saat pintu air tidak memungkinkan dibuka,” ujarnya. Pihaknya juga mengatakan saat ini menyiagakan pera petugas di sejumlah pintu air dan di bantaran Bengawan Solo. Akibat meluapnya sungai dalam kota, Taman Cerdas yang berada di Kelurahan Gandekan, Jebres, terendam selama beberapa jam.
Salah seorang petugas taman cerdas, Sartoto, menyebutkan air itu mulai masuk ke taman yang berada di bantaran Bengawan Solo itu sekitar pukul 00.30 WIB kemarin. Menurutnya, air sempat masuk ke ruang IT dan perpustakaan taman. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan masih akan terjadi hingga April mendatang.
“Karena itu kami terus mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap potensi terjadi bencana. Terutama yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir dan tanah longsor,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Reni Kraningtyas. Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Pramana mengimbau masyarakat tetap waspada akan ancaman bencana di provinsi ini. “Tidak hanya musim hujan. Musim peralihan maupun kemarau harus tetap waspada. Karena bencana di provinsi ini memang selalu mengancam dalam musim apa pun,” katanya.
Kedatangan KA Terlambat
Kedatangan kereta api (KA) di Stasiun Poncol dan Tawang Semarang mengalami keterlambatan akibat banjir yang melanda DKI Jakarta. Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 4 Semarang, Suprapto menyebutkan, sejak Senin (9/2) hingga Selasa (10/2), semua KA yang dari Jakarta tujuan Surabaya maupun Semarang mengalami keterlambatan.
Keterlambatan rata-rata kurang dari 2 jam. Kemarin, sejumlah KA yang mengalami keterlambatan di antaranya KA Tawang Jaya (Senen- Ponco), KA Argo Anggrek (Gambir- Surabaya), KA Argo Muria (Gambir-Tawang), dan KA Menoreh (Senen-Tawang). “Keterlambatan ini akibat menumpuknya perjalanan KA di Wilayah Daop 1 Jakarta,” kata Suprapto.
PT KAI juga memberlakukan pembatalan tiket dengan pengembalian100% harga tiket khusus kereta yang berdampak banjir. Suprapto menjelaskan, pembatalan atau pengembalian bea tiket dapat dilakukan maksimal 3 x 24 jam setelah jadwal pemberangkatan keretaapi.“Untuk diWilayah Daop 4 pembatalan bisa dilakukan di Poncol dan Tawang,” katanya.
Ary wahyu wibowo/Arief setiadi/Amin fauzi/Andik sismanto
Ketinggian air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu memasuki level kuning atau mendekati bahaya. Karena itu, warga yang tinggal di Wonogiri Sukoharjo, Solo, Karanganyar, dan Sragen, diminta waspada. Di Karanganyar, ada tiga dusun yang rawan terendam, yakni Dusun Daleman di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten; Dusun Ngelo di Desa Kebakdan DusunTlumpuk, DesaWaru, di Kecamatan Kebakkramat. Dari pantauan di pos Jembatan Jurug di perbatasan Karanganyar-Solo, ketinggian air mencapai 7,27 meter pada pukul 08.30 WIB kemarin.
“Jika ketinggian mencapai 9 meter, kemungkinan besar akan terjadi banjir,” kata Jarot, salah satu relawan penanggulangan bencana, kemarin. Para relawan kini telah bersiaga di posko bencana di Kantor Desa Kebak. Ketiga dusun itu diakui paling rawan banjir karena lokasinya berada di dataran paling rendah. Para relawan di posko bencana juga mempersiapkan segala kebutuhan untuk evakuasi.
Mulai dari tenda darurat, perahu karet, pelampung, dan logistik sesuai kebutuhan di lapangan. Lokasi pengungsian di Balai Desa Waru juga telah disiapkan. Berdasarkan informasi yang didapatkan KORAN SINDO, pintu air waduk Gajah Mungkur di Wonogiri telah dibuka pada pukul 09.30 WIB. Pembukaan pintu air itu akan berdampak pada meningkatkan aliran air Sungai Bengawan Solo.
Debit air kiriman diprediksi sampai di pos pantau Jurug sekitar 7 jam setelah pintu waduk Gajah Mungkur dibuka. Malam sebelumnya, Minggu (8/2), luapan Bengawan Solo sempat menggenangi jalan di Dusun Daleman. Namun, genangan tak sampai merendam permukiman.
“Warga telah mengantisipasi dengan mengungsikan kendaraan ke tempat lebih aman. Sedangkan benda berharga lainnya ditempatkan di rak khusus guna menghindari genangan air,” kata Hari Satoto, ketua RT 7/RW 6 Dusun Daleman. Sebanyak 38 kepala keluarga (KK) di dusun itu telah belajar dari pengalaman banjir sebelumnya. Ditambah pelatihan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar sehingga mereka siap jika sewaktu waktu bencana datang.
70 Rumah Terancam Abrasi
Di wilayah Sragen, ada 70 rumah terancam abrasi Sungai Bengawan Solo. Warga yang tinggal di Dusun Nyawak, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, ketar-ketir ketika debit air Sungai Bengawan Solo meningkat saat hujan deras. Menurut Cipto Wardoyo,70, salah satu warga mengaku, cemas karena rumahnya hanya berjarak sekitar satu meter dari bibir sungai. Abrasi sungai sebenarnya telah berlangsung lama.
Dahulu dirinya pernah mempunyai pekarangan rumah seluas 1.070 meter persegi. Namun, kini hanya tersisa beberapa meter karena tergerus air sungai. “Dulu rumah saya menghadap ke pekarangan dan sungai. Namun setelah abrasi, posisinya dipindah agar lebih aman,” ungkap Cipto, kemarin. Ketika kemarau, tanah di pinggiran sungai mengering dan retak.
Setelah turun hujan, kondisi tanah tidak terlalu kuat dan tergerus sungai. Dia mengaku lima kali mengubah posisi rumah akibat abrasi yang setiap tahun ratarata menggerus tanah antara 1-2 meter. Jalan kecil yang menjadi akses ke jalan besar kini telah hilang terendam air. Tak jauh berbeda diungkapkan Warsinah, 45, warga lainnya. Dia telah tiga kali membangun rumah akibat terkikis abrasi.
Dia berharap pemerintah turun tangan memberikan solusi. “Kalau bisa dibangun tanggul atau talud penahan banjir,” kata Warsinah. Dalam beberapa tahun ke depan, rumah di pinggiran sungai diperkirakan akan ikut hanyut tergerus abrasi. Warga cemas ketika hujan deras seperti sekarang. Pasalnya, kondisi tanah menjadi labil akibat terdorong derasnya air sungai.
Warga lainnya, Gondo Suwarno mengatakan, abrasi terparah terasa pada tahun 2002- 2003 lalu. Namun sampai kini belum ada solusi dari pemerintah untuk membuat tanggul penahan luapan air sungai. Di bagian lain, talud jembatan di Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, ambrol, kemarin pagi. Ambrolnya talud mengakibatkan separuh badan jalan tergerus. Jalur cukup vital karena menghubungkan Kecamatan Karangmalang-Kedawung. Diduga ambrolnya talud akibat tergerus air sungai yang meluap saat hujan.
“Warga tidak tahu persis kapan ambrolnya karena jembatan terletak di area persawahan dan jauh dari permukiman penduduk,” ungkap Wagimin, salah satu warga setempat. Namun, diperkirakan berlangsung pagi karena sehari sebelumnya tidak terjadi apa-apa. Jalan ditutup dan hanya kendaraan roda dua yang diperkenankan lewat. Sementara kendaraan roda empat harus memutar karena sangat berisiko jika nekat melintas.
Operasikan Rumah Pompa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo mulai mengoperasikan sejumlah rumah pompa di beberapa pintu air. Pengoperasian dilakukan setelah Kota Solo diguyur hujan deras sejak beberapa hari kemarin. Kepala BPBD Solo, Gatot Sutanto menyebutkan, pengoperasian rumah pompa itu lantaran air yang berada di sejumlah anak Sungai Bengawan Solo meluap.
Sementara beberapa hari terakhir ini ketinggian air Sungai Bengawan Solo lebih tinggi dibandingkan dengan anak sungai yang berada di dalam kota. Menurutnya, pada saat kondisi tersebut maka pintu air yang ada di sejumlah titik di Kota Solo tidak bisa dibuka karena dikhawatirkan air Bengawan Solo akan masuk dan merendam permukiman.
“Pada saat seperti ini kami operasikan rumah pompa untuk membuang air ke Bengawan Solo. Kalau dibuang lewat pintu air tidak bisa karena posisinya lebih rendah dari Bengawan Solo,” ucapnya, kemarin. Gatot menambahkan, pengoperasian pompa itu akan dilakukan terus menerus saat anak sungai meluap dan ketinggian air di Bengawan Solo diatas batas normal.
“Kami akan pantau terus perkembangannya seperti apa, yang jelas rumah pompa akan beroperasi saat pintu air tidak memungkinkan dibuka,” ujarnya. Pihaknya juga mengatakan saat ini menyiagakan pera petugas di sejumlah pintu air dan di bantaran Bengawan Solo. Akibat meluapnya sungai dalam kota, Taman Cerdas yang berada di Kelurahan Gandekan, Jebres, terendam selama beberapa jam.
Salah seorang petugas taman cerdas, Sartoto, menyebutkan air itu mulai masuk ke taman yang berada di bantaran Bengawan Solo itu sekitar pukul 00.30 WIB kemarin. Menurutnya, air sempat masuk ke ruang IT dan perpustakaan taman. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan masih akan terjadi hingga April mendatang.
“Karena itu kami terus mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap potensi terjadi bencana. Terutama yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir dan tanah longsor,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Reni Kraningtyas. Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Pramana mengimbau masyarakat tetap waspada akan ancaman bencana di provinsi ini. “Tidak hanya musim hujan. Musim peralihan maupun kemarau harus tetap waspada. Karena bencana di provinsi ini memang selalu mengancam dalam musim apa pun,” katanya.
Kedatangan KA Terlambat
Kedatangan kereta api (KA) di Stasiun Poncol dan Tawang Semarang mengalami keterlambatan akibat banjir yang melanda DKI Jakarta. Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 4 Semarang, Suprapto menyebutkan, sejak Senin (9/2) hingga Selasa (10/2), semua KA yang dari Jakarta tujuan Surabaya maupun Semarang mengalami keterlambatan.
Keterlambatan rata-rata kurang dari 2 jam. Kemarin, sejumlah KA yang mengalami keterlambatan di antaranya KA Tawang Jaya (Senen- Ponco), KA Argo Anggrek (Gambir- Surabaya), KA Argo Muria (Gambir-Tawang), dan KA Menoreh (Senen-Tawang). “Keterlambatan ini akibat menumpuknya perjalanan KA di Wilayah Daop 1 Jakarta,” kata Suprapto.
PT KAI juga memberlakukan pembatalan tiket dengan pengembalian100% harga tiket khusus kereta yang berdampak banjir. Suprapto menjelaskan, pembatalan atau pengembalian bea tiket dapat dilakukan maksimal 3 x 24 jam setelah jadwal pemberangkatan keretaapi.“Untuk diWilayah Daop 4 pembatalan bisa dilakukan di Poncol dan Tawang,” katanya.
Ary wahyu wibowo/Arief setiadi/Amin fauzi/Andik sismanto
(bbg)