Dana Kube Pusat Kemungkinan Berubah
A
A
A
YOGYAKARTA - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyempatkan diri mengunjungi warung soto yang berada di Jalan Hayam Wuruk Yogyakarta, guna melihat dari dekat salah satu bentuk pemanfaatkan hibah kelompok usaha bersama.
“Ini adalah salah satu bentuk pemanfaatan dana hibah kelompok usaha bersama (kube) perkotaan. Selain kube perkotaan, juga ada kube pedesaan dengan varian pemanfaatan yang berbeda-beda,” kata Khofifah di Yogyakarta, kemarin. Menurut dia, pada APBN 2015, pemerintah pusat menganggarkan dana hibah sekitar Rp85 triliun dan dana yang dikelola oleh Kementerian Sosial melalui APBN murni adalah sekitar Rp5 triliun.
Namun demikian, dia mengatakan masih dimungkinkan ada perubahan besaran dana hibah karena dalam waktu dekat akan ada proses pembahasan anggaran perubahan. “Jadi, ada juga kementerian lain yang mengelola dana hibah bantuan sosial. Dengan mengetahui secara langsung seperti ini, maka kami bisa memberikan rekomendasi kepada kementerian lain terkait pemanfaatan dana hibah,” katanya.
Pemberian hibah dan bantuan sosial tersebut, lanjut dia, tidak terlepas dari target pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Pada periode 2014–2019, pemerintah memasang target mampu menurunkan angka kemiskinan sebesar 4%. Saat berkunjung ke warung makan tepi jalan itu, Khofifah menyempatkan diri bertemu dengan sejumlah warga yang juga menerima bantuan kelompok usaha bersama.
Dia bahkan sempat mencicipi soto yang dijual di warung tersebut dan memuji rasa soto yang dinilainya cukup sedap. Sementara itu, pemilik warung soto sekaligus Ketua Kube Sejahtera XIV Bausasran Kecamatan Danurejan Junaedi mengatakan, menerima bantuan hibah kube pada tahun lalu.
Satu kelompok terdiri dari 10 orang yang menerima bantuan senilai Rp20 juta. “Setiap anggota menerima bantuan Rp1,8 juta dan sisanya ditabung di bank. Dana ini pun bisa diputar untuk kebutuhan anggota kelompok,” katanya.
Ia mengatakan, dana yang diterimanya sangat membantu pengembangan usaha yang dikelolanya. Setelah menerima bantuan, ia bisa membeli bahan baku lebih banyak bila dibanding saat belum menerima bantuan.
“Saya bisa membeli daging sapi dan ayam dengan jumlah dua kali lipat dibanding sebelum menerima bantuan sehingga omzet yang saya peroleh juga lebih banyak,” katanya yang sudah berjualan soto di lokasi itu selama 10 tahun.
Sementara itu, penerima bantuan kube di kelompoknya memilih memanfaatkan dana yang diterima untuk berjualan mi ayam, gudeg, menjahit, toko kelontong, martabak manis, dan usaha pencucian baju. Di Kota Yogyakarta hingga saat ini sudah ada 509 kube dan usaha sosial ekonomi produktif (USEP).
”Tidak semuanya bisa berjalan baik, namun kami tetap memberikan pendampingan khususnya bagi usaha yang tidak bisa berjalan baik,” kata Pendamping Kube Kota Yogyakarta Yosef Widiatmoko.
Ant
“Ini adalah salah satu bentuk pemanfaatan dana hibah kelompok usaha bersama (kube) perkotaan. Selain kube perkotaan, juga ada kube pedesaan dengan varian pemanfaatan yang berbeda-beda,” kata Khofifah di Yogyakarta, kemarin. Menurut dia, pada APBN 2015, pemerintah pusat menganggarkan dana hibah sekitar Rp85 triliun dan dana yang dikelola oleh Kementerian Sosial melalui APBN murni adalah sekitar Rp5 triliun.
Namun demikian, dia mengatakan masih dimungkinkan ada perubahan besaran dana hibah karena dalam waktu dekat akan ada proses pembahasan anggaran perubahan. “Jadi, ada juga kementerian lain yang mengelola dana hibah bantuan sosial. Dengan mengetahui secara langsung seperti ini, maka kami bisa memberikan rekomendasi kepada kementerian lain terkait pemanfaatan dana hibah,” katanya.
Pemberian hibah dan bantuan sosial tersebut, lanjut dia, tidak terlepas dari target pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Pada periode 2014–2019, pemerintah memasang target mampu menurunkan angka kemiskinan sebesar 4%. Saat berkunjung ke warung makan tepi jalan itu, Khofifah menyempatkan diri bertemu dengan sejumlah warga yang juga menerima bantuan kelompok usaha bersama.
Dia bahkan sempat mencicipi soto yang dijual di warung tersebut dan memuji rasa soto yang dinilainya cukup sedap. Sementara itu, pemilik warung soto sekaligus Ketua Kube Sejahtera XIV Bausasran Kecamatan Danurejan Junaedi mengatakan, menerima bantuan hibah kube pada tahun lalu.
Satu kelompok terdiri dari 10 orang yang menerima bantuan senilai Rp20 juta. “Setiap anggota menerima bantuan Rp1,8 juta dan sisanya ditabung di bank. Dana ini pun bisa diputar untuk kebutuhan anggota kelompok,” katanya.
Ia mengatakan, dana yang diterimanya sangat membantu pengembangan usaha yang dikelolanya. Setelah menerima bantuan, ia bisa membeli bahan baku lebih banyak bila dibanding saat belum menerima bantuan.
“Saya bisa membeli daging sapi dan ayam dengan jumlah dua kali lipat dibanding sebelum menerima bantuan sehingga omzet yang saya peroleh juga lebih banyak,” katanya yang sudah berjualan soto di lokasi itu selama 10 tahun.
Sementara itu, penerima bantuan kube di kelompoknya memilih memanfaatkan dana yang diterima untuk berjualan mi ayam, gudeg, menjahit, toko kelontong, martabak manis, dan usaha pencucian baju. Di Kota Yogyakarta hingga saat ini sudah ada 509 kube dan usaha sosial ekonomi produktif (USEP).
”Tidak semuanya bisa berjalan baik, namun kami tetap memberikan pendampingan khususnya bagi usaha yang tidak bisa berjalan baik,” kata Pendamping Kube Kota Yogyakarta Yosef Widiatmoko.
Ant
(ftr)